7. Tindakan Impulsif Tuan Putri

325 69 0
                                    

Sudah genap dua jam dan tidak ada tanda-tanda para kesatria akan kembali. Bahkan rombongan putra mahkota yang tiap tahunnya selalu paling pertama selesai tidak ada satu pun yang menampakkan raganya.

Para putri maupun beberapa kesatria yang masih berjaga kelihatan cemas. Sama-sama memiliki spekulasi di kepala mereka mengenai kejadian buruk apa yang telah terjadi sejak kemunculan asap merah.

Namun setelah kepergian rombongan kesatria yang kedua, tidak ada lagi yang berani untuk memeriksa keadaan.

"Apa tidak ada kiriman bantuan dari istana?" tanya Arcelia pada Dona yang sedang berbincang-bincang dengan kesatria yang berjaga di luar tenda.

"Karena belum ada info jelas tentang apa yang terjadi, biasanya tidak akan dilaporkan, Nona."

Alis Arcelia terangkat. Jika tidak ada yang berani melihat keadaan, juga tidak ada yang melapor, berapa lama mereka akan menunggu tanpa kejelasan?

Bisa saja yang terjadi di dalam sana terlalu mengerikan hingga para kesatria kewalahan bahkan untuk mencoba melarikan diri.

Jika menyamakan dengan kehidupannya dulu, dalam menjalankan sebuah misi pasti ada beberapa kejadian yang tidak terduga terjadi walau sebelumnya sudah direncanakan dengan sebaik-baiknya.

Salah satu hal yang bisa membuat timnya selamat adalah dengan berimprovisasi walau keberhasilannya tidak sepenuhnya terjamin. Namun Renai tidak pernah sekali pun gagal dalam melaksanakan tugas selain misi terakhir yang membuat jiwanya melayang hingga ke dalam novel roman picisan seperti sekarang.

Gadis itu selalu belajar dari pengalaman. Dan situasi kini, mau tak mau membuatnya gelisah. Jika menyangkut hutan yang dikhususkan untuk berburu bukankah tempat itu otomatis memiliki banyak sekali kemungkinan kejadian tidak terduga bisa terjadi?

Misalnya saja kemunculan hewan buas mematikan yang mungkin sebelumnya tidak terdeteksi keberadaannya.

Arcelia menatap orang-orang sekitar dengan tatapan tidak habis pikir.

Sebanyak ini dan tidak ada satu pun yang mau ambil tindakan?

Bukankah sudah menjadi sumpah tidak tertulis bagi para kesatria untuk melindungi satu sama lain?

Kenapa sekarang semuanya malah bertingkah seperti pengecut yang lupa akan kewajibannya?

Rekan mereka di dalam hutan sana mungkin sedang berjuang bahkan untuk melarikan diri. Namun sisanya malah sibuk berharap cemas tidak berarti. Mengabaikan sisa-sisa waktu yang bisa saja tiap detiknya bernilai nyawa seseorang.

Tidak tahan dengan situasi yang dia lihat, Arcelia masuk ke dalam tendanya.

Butuh setidaknya dua puluh menit untuk dia berganti pakaian yang lebih luwes untuk bergerak. Dia memang sudah menyuruh Dona membawakan sepasang baju beserta celana untuk berkuda. Jaga-jaga saja, ujarnya saat itu.

Setelah keluar dengan penampilan yang jauh dari image putri anggun seperti dirinya yang lalu, Arcelia menatap Dona yang menganga tidak percaya.

"No-Nona, anda mau ke mana? Jangan bilang kalau Nona ingin menyusul—"

"Aku hanya ingin melihat situasi," potong Arcelia sambil memasang beberapa kancing di tangannya.

Dona yang biasanya cepat tanggap menggeleng tegas. "Tidak. Anda tidak boleh kemana-mana. Kami akan menjamin nyawa anda dengan nyawa kami jadi—Nona!" Pelayannya berteriak ke arah Arcelia yang tiba-tiba berlari ke arah kuda dengan lambang kediaman Salvory di lehernya.

Tanpa ragu Arcelia meraih kuda yang sedikit mungil di antara lainnya, dengan sigap langsung menaiki tubuhnya. Sedikit oleng, namun bisa dia atasi dengan mudah. Latihan berkuda seminggu gadis itu sepertinya tidak sia-sia.

Kedua pengawal dan Dona berlari ke arahnya dengan tatapan terkaget-kaget. Pasti mereka pikir Arcelia sudah tidak waras dan sudah berniat akan mengirimkan dokter kejiwaan saat pulang nanti.

"Nona, mohon turun dari kuda itu sekarang juga!"

"Keadaan di sana berbahaya, Nona! Kami akan dipenggal jika anda terluka akibat kelalaian kami!"

"Nona! Mohon tenang dan dengarkan saya. Turun dari kuda dan ikut saya kembali ke kediaman Salvory. Saya mohon," Dona menangis tersedu-sedu. Dia bahkan mencengkram kuat tali kuda yang Arcelia naiki.

Sepertinya mereka semua benar-benar mengkhawatirkan dirinya selain karena faktor kepala mereka yang punya nasib dipenggal saat pulang nanti jika gagal menjaganya.

Namun keputusan gadis itu sudah bulat. Jika dia bertekad, apa pun tidak akan pernah bisa menghentikannya.

Jadi Arcelia mengarahkan kudanya ke arah hutan dengan sigap dan berlari dengan kecepatan penuh. Mengabaikan teriakan histeris dari pengawal dan pelayannya.

Sebelum benar-benar masuk, dia berbalik.

Ditatapnya semua orang yang sedang menatapnya layaknya orang gila seantero kekaisaran yang ingin mengemban misi bunuh diri.

Bahkan ada beberapa orang yang sedang berbisik-bisik dengan tatapan meremehkan. Arcelia tahu bahwa ketika berhasil keluar pun, sepertinya nanti akan ada rumor buruk lain yang akan menimpa dirinya.

Namun Arcelia sudah bertekad. Sikap impulsifnya ini harus bisa menghasilkan sesuatu. Entah itu perubahan imagenya, atau menarik simpati dari siapa pun yang bisa membantu untuk memperjelas situasi yang telah terjadi.

Arcelia menarik napas sejenak, lalu berucap dengan lantang.

"Bagi siapa pun yang bisa bertarung, selusuri pinggir hutan! Sisanya pergi ke ibu kota untuk mencari bantuan! Jika dalam satu jam dari sekarang tidak ada satu pun kesatria yang keluar dari hutan, hubungi kediaman Salvory! Semoga keselamatan memberkati kita semua!"

Mengakhiri pengumuman diselipi permohonan akan keberhasilannya, Arcelia langsung melajukan kudanya ke dalam hutan dengan kencang.

Perburuan pertamanya, dimulai.

*** Bersambung ***

The Action of VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang