Bab. 26. Happy Birthday, Rania!

270 17 27
                                    

Happy Reading
Typo Bertebaran!

***

"Dito."

Rania tersentak kaget. Ia, Iyan, Arina, Boy dan senior Adam, kembali menatap Varrel yang mulai melanjutkan ucapannya.

"Gue juga cukup kaget waktu tau kenyataan ini. Apalagi, selama ini emang Dito tinggal sendirian, setiap kita tanya di mana bokap nya, dia pasti bilang kalau bokapnya lagi kerja di luar negeri," Varrel menjeda kalimatnya, "soal saudara kembarnya, yang gue tau, dia cewek. Yang lainnya..." Varrel menggeleng menandakan ia tak tau informasi selain itu.

"Karena itu, akhir-akhir ini ada klompotan-klompotan yang sering datang di kantor polisi di mana Dito ditahan. Ternyata itu Galen, yang berusaha menyuap anggota polisi buat bebasin Dito. Tapi, karena mereka memegang teguh prinsip hukum, jadi penyuapan itu gak berhasil."

Rania memasang wajah datar setelah mendengar perkataan Varrel. Selama ini musuhnya ada di sekitarnya, namun mengapa ia tak menyadarinya?

Dito, pria itu yang pernah berhubungan dengannya, meskipun dengan keterpaksaan, ternyata adalah anak pembunuhan kedua orang tuanya.

"Kenapa gue baru tau fakta ini?" Semua mata menatap Rania.

"Musuh gue ada di sekitar gue, gue gak tau?! Gak guna!"

Brak!

Rania melempar guci yang ada di sebelahnya hingga hancur lebur. Nafas Rania memburu, Arina yang berada di sebelahnya berusaha menenangkannya.

"Tenang, Ran!"

"Kalau gue tau ini dari dulu, udah gue habisin si Dito. Biar Galen bisa merasakan apa yang gue rasakan selama ini. Kehilangan orang yang di sayang, itu gak enak, Rin!" Rania mengepalkan kedua tangannya.

Arina mengangguk mengerti. Sesaat pandangannya bertemu dengan iris mata Iyan. Ia tersenyum membalas senyuman manis yang Iyan tampilkan. Iyan mengalami apa yang Rania alami.

"Lo tenang dulu, Ran. Lo harus lebih hati-hati. Karena gue yakin, setelah kejadian ini, dia pasti gak bakal diam. Dia pasti ngincar lo dan cepat atau lambat .... dia bisa tau lo itu siapa." Kali ini Boy yang bersuara, mengeluarkan pendapatnya.

Varrel mengangguk, setuju dengan ucapan Boy. Sedangkan, senior Adam menatap Rania intens.

"Gue gak peduli dia mau tau gue siapa. Selagi dia enggak ngerusak rencana gue, gue gak peduli!"

Senior Adam menghela nafas panjang. Sudah hafal dengan salah satu anggotanya. Sedari kecil sudah bersamanya membuat ia hafal dengan sifat-sifat Rania.

"Kamu tidak boleh gegabah dan keras kepala Rania. Kendalikan diri kamu, saya tidak mau dengar yang tidak-tidak tentang kamu setelah ini." Rania melirik senior Adam sinis. Setelahnya ia mencoba untuk mengatur emosinya.

"Tetap menjalankan rencana seperti awal, kita harus mencari kelemahan-kelemahan Galen!" ucap Adam mengintrupsi. Ia melirik Boy dan mengangguk.

"Oh iya, gue lupa satu fakta. Ternyata selama ini orang yang membunuh Jeffrey Fidelis gak lain anaknya sendiri, Galen Fidelis. Dia melakukan itu karena, saat Jeffrey marah besar pada Galen, ia tak sengaja mengucapkan bahwa ia akan memberikan jabatan ketua mafianya pada salah satu bawahannya yang sangat ia percaya. Hal itu membuat Galen tak terima dan langsung membunuh Jeffrey saat itu juga. Jadi, dari fakta yang gue dapat, Galen gak pandang bulu kalau mau habisin seseorang. Apalagi orang itu yang menghalangi setiap rencananya."

"Gue gak habis pikir sama si Galen ini. Kejam banget jadi orang dah," celetuk Iyan heran.

"Namanya juga ketua Mafia, Yan," sambung Arina menimpali.

REGARA: Mysterious CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang