Bagian empat : Pingsan

221 15 0
                                    

#Suamiku_Kakak_Kelas_Galak
#part4

"Ara," panggil Ikbal dan Nisa serempak.

Ara yang mendengar itu, langsung menghapus air matanya dengan cepat. Dan menoleh ke sumber suara.

Ikbal Erlangga dan Nisa Abraham telah menjadi teman akrab Ara sejak SMP hingga saat ini. Hanya mereka yang ada saat Ara ada masalah. Ikbal, juga sudah lama menyimpan rasa terhadap Ara tapi, ia tidak berani mengungkapkannya Ikbal menunggu waktu yang tepat . Namun, Ara hanya menganggap Ikbal sebagai teman yang sudah seperti saudara.

"Eh kalian," ucap Ara mencoba tersenyum. Ia tidak boleh terlihat sedih didepan teman-temannya, karena Ara tidak mau menambah beban pikiran mereka.

"Lo ngapain disini sendirian?" tanya Nisa.

"Enggak kok, tadi aku cuma---"

"Cuma?"

" Enggak kok Nis, kita ke kelas yuk," ajak Ara sembari diikuti Ikbal.

Nisa dan Ikbal mencoba mengerti mungkin itu urusan pribadi Ara yang tidak bisa dia beritahukan kepada mereka.

Kring!

Bel pelajaran telah berbunyi membuat semua siswa-siswi Tunas Bangsa yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing segera masuk ke kelas masing-masing.

Sama halnya dengan Ara dan kedua temennya, kini mereka sudah berada di dalam kelasnya. Ara sedang sibuk memikirkan punya hubungannya Alexa dengan Reskal suaminya.

"Heh lo kenapa?" tanya Nisa membuyarkan lamunan Ara.

"Enggak kok," Nisa memutar mata malas, setiap ia bertanya kepada Ara, Ara selalu menjawab itu.

"Ra dengerin ya. Lo kalau ada masalah langsung cerita sama gue. Gue ini temen lo!"

"Enggak kok, Ara gak ada masalah," elak Ara mungkin ini belum saatnya ia memberitahu kepada Nisa.

"Oke gue percaya sama lo! Tapi jika gue tau lo tutupin sesuatu dari gue, gue gak bisa mastiin kalau gua bisa maafin lo," jelas Nisa membuat Ara menegang.

Ara bingung harus menceritakan semuanya atau pertemanan mereka hancur. Ara merasa bersalah kepada Ara.

"Lo gak nyembunyiin sesuatu 'kan?" tanya Nisa memastikan.

"Ara---"

"Selamat pagi Anak-anak," sapa pak Yanto guru MTk.

Syukur lah! Pak Yanto datang tepat waktu. Jika tidak ia bingung menghadapi pertanyaan dari Nisa. Dan jika Ara menceritakannya ia bingung harus memulai dari mana.

"Pagi pak."

"Baik Anak-anak kita mulai pelajaran kita."

Pelajaran pun, berjalan dengan lancar. Semua murid menyimak dengan seksama penjelasan dari pak Yanto.

Kring!
Kring!
Kring!

Bel istirahat pun berbunyi, membuat siswa-siswi yang tadinya mengantuk dan Malas-malasan seketika seger bugar kembali.

Bel yang dari tadi mereka tunggu-tunggu akhirnya berbunyi.

"Baik, Anak-anak. Pelajaran hari ini saya cukupkan sampai disini saja. Sampai jumpa minggu depan," ucap pak Yanto, sembari keluar dari kelas.

Setelah sang guru keluar, siswa-siswi 11 IPA 1 berhamburan ke kantin untuk mengisi perut yang kosong. Berbeda dengan Ara, ia masih saja terduduk di bangkunya.

"Ra, kantin yuk," ajak Ikbal.

"Gak ah, kalian duluan aja," tolak Ara.

"Beneran ni, gak papa?" tanya Nisa.

"Iya."

Ara tidak mau ke kantin bukan karena apa. Pasalnya Reskal tidak memberinya uang jajan. Ara takut jika harus meminta kepada suaminya yang galak itu.

____

Kantin yang tadinya ribut dan riuh, kini terdiam melihat pasangan yang berjalan di area kantin.

"Minggir, gue sama pacar gue mau lewat!" tegas Lexa centil.

Mereka yang mendengar itu, langsung memberi jalan. Pasalnya mereka tidak mau ada masalah dengan Reskal yang terkenal galak dan kejam.

Jika ada yang mengusik kehidupan Reskal ia tak segan-segan menghabisi orang tersebut. Dan membuat mereka menderita seumur hidup.

"Dih, si nenek lampir sok ngatur," sinis Nisa.

"Udah lah Nis, makan aja makanan lo," ujar Ikbal.

Ikbal yang sedang menyeruput mie, jadi teringat akan Ara, dan khawatir dengan keadaannya. Mengapa gadis itu tidak mau ke kantin, tidak biasanya dia seperti itu.

"Bal, lo ngerasa gak sih, kalau ada sesuatu yang ditutup-tutupin Ara dari kita?" tanya Nisa dengan jiwa keponya yang menggejolak.

"Perasaan lo kali Nis," Ikbal mencoba tidak terhasut dengan omong Nisa si ratu gosip itu.

"Tapi ya Bal, setelah kepergian om Abizar dan tante Runi, Ara lebih milih diem dan tertutup bener gak, sih?"

Memang benar setelah kepergian orang tua Ara. Dia menjadi pribadi yang pendiem, tertutup dan lebih memilih sendiri. Alasannya Ara berfikir bahwa keluarganya meninggalnya.

" Udah lah Nis, gue ke toilet bentar ya," ucap Ikbal.

"Lah orang ditanya malah kabur," Nisa menggeleng melihat sikap Ikbal.

Bukannya ke toilet, Ikbal malah menuju ke kelas. Ke toilet hanya kebohongan ikbal, agar bisa menemui Ara. Ikbal sampai ke kelas dan melihat Ara tertidur. Ikbal yang melihat Ara tertidur langsung mendekat ke tempat Ara.

Kecantik wajah Ara dan keimutannya membuat Ikbal gemes. Tapi! Ada yang berbeda kenapa muka Ara terlihat lebih pucat?

"Ra."

"Ra, lo gak papa kan?" tanya Ikbal.

Saat Menggoyang-goyang tubuh Ara, Ikbal tidak mendapatkan respon membuatnya semakin khawatir.

"Ra, bangun."

Ikbal yang mengetahui Ara pingsan, langsung menggendong Ara k UKS.

Semua tatap mata melihat ke arah Ikbal yang sedang menggendong Ara.

"Dih cewek centil, ngapain coba mau digendong sama ikbal."

"Mereka cocok ya. Kek romeo and juliet."

"Pasti, cuma pura-pura tuh."


"Bos, itu kan Ara," Tunjuk Jonathan.

Besambung....

Suamiku Kakak Kelas GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang