Delapan :

177 15 0
                                    

#Suamiku_Kakak_Kelas_Galak

"Ya udah kita satu kelompok aja Ra, ajak Ikbal satu lagi, gmn Bal?"

"Gue sih, ngikut aja."

"Oke, berarti kita satu kelompok, buatnya di rumah gue aja gimana?" tanya Nisa.

"Tapi aku gak---"

"Gue yang jemput gimana?" timpal Ikbal.

"Eh, gak usah, aku udah sering banget repotin kamu, biar aku sendiri aja," tolak Ara.

"Udah lah Ra santai aja, pokoknya lo tungguin gua," ucap Ikbal.

"Gak papa?"

"Iya Araneidae," ucap Ikbal sambil tersenyum manis.

"Oke, berarti gua tunggu kalian jam lima oke."

"Ya udah pulang yuk."

___

Semua siswa-siswi sudah pulang, termasuk Ikbal dan Nisa. Yang tersisa hanya Ara dia sekarang menunggu di halte, entah siapa yang ia tunggu. Padahal Ikbal dan juga Nisa sudah mengajaknya pulang tapi Ara menolak, takut merepotkan.

"Aduh, Ara harus gimana ya? Apa pulang jalan kaki aja? Tapi, oke Ara jalan kaki, dari pada kemaleman," gumam Ara, ia takut kemaleman sampai kerumah pasti Reskal akan marah besar.

Ara memulau langkahnya berjalan kaki. Sudah Berkilo-kilo meter Ara berjalan, sekarang Ara merasakan capek, akibat matahari yang terik membuat keringat membasahi pipinya. Tapi Ara harus semangat tidak jauh lagi Ara akan sampai.

Tittttt!

Ara dikagetkan dengan klakson sebuah mobil, membuat Ara menoleh ke belakang.

Samar-samar Ara melihat orang di dalam mobil sampai akhirnya wanita paruh baya itu keluar.

"Ara, menantu bunda kok jalan kaki?" tanya Marisa.

"Reskal mana? Apa dia ninggalin kamu? Atau kalian lagi marahan?"

Marisa menghujani Ara dengan pertanyaan membuat Ara bingung harus jawab apa. Ara tidak akan memberi tau apa yang selama ini ia alami ke bunda.

"Gak kok bun," ujar Ara mencoba tersenyum.

Marisa mengusap keringat yang membasahi muka Ara dengan tangan yang lembut.  Membuat Ara kembali teringat dengan sang ibu, yang tak tau kemana.

"Aduh, menantu mama pasti capek, ya udah mama anter ya?"

Ara mengangguk, Ara tidak sanggup berjalan lagi. Dengan keadaan yang lemah ini.

Mertua dan menantu itu memasuki mobil, yang di dalamnya ada Ayah Reskal.

"Ara kamu kenapa?"

"Ara gak papa kok yah," ucap Ara tersenyum.

"Yah, kita anterin Ara ya?" tanya Marisa.

"Iya bun."

Diperjalanan menuju kediaman Ara, mereka hanya terdiam dengan pikiran masing-masing.

Lima belas menit menempuh perjalanan, kini mereka sampai di depan rumah.

"Bun, mampir dulu yuk," ajak Ara sembari keluar dari mobil.

"Iya makasih, yuk yah."

"Kalian duluan aja, Ayah mau parkirin mobil dulu."

Menantu dan mertua itu, mengangguk mendengar ucapan Mahendra.

Marisa merangkul Ara masuk ke rumah. Dan diselingi dengan canda tawa meraka.

"Emang iya Bun?"

"Iya Reskal tuh, anaknya suka gitu orangnya," ucap Bunda dan mendapatkan tawaan dari Ara.

"Huft, hahha kirain orang kek kak Reskal gak bakal gitu."

Yaps, Reskal kalau lagi bersama Bundanya seperti anak bayi besar. Dan ia tak pernah sekali pun membantah perkataan Bundanya, oleh karena itu Ara dan Reskal menikah karena paksaan dari Bunda.

"Bunda mau minum apa?"

"Gak usah sayang, kamu pasti capek habis pulang jalan kaki. Nanti kalau bunda mau Bunda buatin  sendiri," ujar Bunda.

"Sekarang menantu Bunda yang cantik ini, ganti baju habis itu istirahat ya," sambung Marisa, ia sangat menyayangi Ara seperti Reskal anaknya sendiri.

"Ta---tapi Bunda."

"Udah sayang, kamu istirahat aja Bunda bentar lagi pulang kok."

"Nanti kalau Bunda pulang, panggil aku ya Bun," ujar Ara pergi ke kamar.

Marisa membalasnya dengan senyuman.

'Kasian Ara, dia tidak tau papa dan mamanya kemana. Dan harus terpaksa menikah dengan Reskal. Lambat laun kamu pasti tau sayang' batin Marisa kasihan terhadap Ara.

"Bun, lagi mikirin apa? Kok melamun?" tanya Mahendra.

Mahendra membuat Marisa kaget dan membuyarkan lamunan sang istri tercinta.

"Gak papa kok," elak Marisa.

Mahendra ber 'oh' ria, dia tidak mau ambil pusing dengan lamunan sang istri dan memilih duduk di sofa.

"Ayah mau minum apa? Biar Bunda buatin," tutur Marisa beralih topik.

"Emm kopi aja Bun."

"Oke, Ayah tunggu disini."

Hendra mengangguk dan duduk di sofa. Saat Hendra sibuk dengan ponselnya  sebelum ia mendengar ketukan pintu dari luar.

Tok!
Tok!

"Iya, sebentar," ucap Hendra berjalan menuju pintu utama.

Hal itu membuat Reskal kaget bukan main, lantaran sang ayah tidak memberitau kalau mereka akan kesini.

'Pasti Ara yang nyuruh Ayah kesini, mau ngadu tuh anak?" batin Reskal bertanya-banya tentang kehadiran sang Ayah.

"Ayah? Ayah kok ada disini?" tanya Reskal kaget.

"Udah kita masuk dulu," ucap Hendra.

"Ayah tadi anterin Ara pulang. Kok kamu biarin  dia pulang jalan kaki? Kemana aja kamu?" tanya Hendra ke sang anak.

Selepas pulang sekolah Reskal, pergi mengantarkan Alexa ke rumah. Karena Lexa merengek minta diantarkan.

"Ak---"

Bersambung....

Suamiku Kakak Kelas GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang