Beomgyu

744 149 31
                                    

Beomgyu menghembuskan napasnya, merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beomgyu menghembuskan napasnya, merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal. Tugas-tugas dari dosennya terbilang sangat-sangat tidak waras, tapi dengan begitu untungnya ia mampu mengerjakan semuanya dengan baik dan tempat waktu tanpa terlewat deadline.

Beomgyu melirik ke arah jam dinding sebentar. Rasanya ia ingin bersantai sambil meminum kopi di Cafe dengan tenang. Tidak butuh waktu lama, Beomgyu langsung menuju ke Cafe terdekat dengan rumah sewa yang dipilih langsung oleh orang tuanya. Beomgyu merantau ke kota karena ingin menggarap ilmu di Seoul dan menjadi yang terbaik agar kedua orang tuanya bangga.

"Tumben kau ke sini," ucap lelaki salah satu kasir yang sedang melayaninya, Beomgyu hanya tersenyum saat melihat teman dekatnya, Hyeonju.

"Seperti biasa, kau pasti tau pesanan ku."

"Siap! Duduklah."

Hyeonju seorang lelaki yang seumuran dengan Beomgyu, ia berkerja di Cafe ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan untuk kedua adiknya yang masih sekolah. Hyeonju tidak kuliah, karena ia pikir itu tidak penting, yang harus diutamakan ialah menghidupi kedua adiknya kemudian menyekolahkannya sampai lulus.

"Bagaimana dengan kuliahmu?" tanyanya sambil membawakan pesanan Beomgyu. Cafenya tidak terlalu besar, tempat duduk yang Beomgyu pilih di samping kasir yang langsung berhadapan dengan jendela. Hyeonju ikut duduk di sampingnya, karena memang Cafe sedang sepi, mungkin waktunya lebih bebas yang tidak harus terus-menerus berdiri di bagian kasir.

Beomgyu menyeruput minuman yang telah dipesannya, lalu membalas, "parah, makin hari makin sibuk dan selalu menumpuk."

"Sungguh? Aku sudah duga, pasti itu merepotkan," kata Hyeonju, lalu menepuk-nepuk bahu temannya. "Kau hebat! Kalau aku menjadimu mungkin aku akan menjadi gila."

Beomgyu hanya bisa tersenyum lebar. Iya, ia tau kalau ia hebat dan pastinya pantas untuk dibanggakan. Tidak apa-apa, yang penting percaya diri lebih dulu.

"Bagaimana dengan kedua adikmu? Mereka baik-baik saja?" tanya Beongyu yang kemudian Hyeonju terdiam sejenak, merubah posisi duduknya menjadi menghadap jendela.

"Ya, untuk saat ini baik-baik saja. Kalau untuk kemarin, Hunwo demam tinggi, sampai-sampai aku harus izin kerja untuk mengurusnya," jawab Hyeonju sambil tersenyum miris, dirinya seperti Single parent saat itu. Beomgyu tersenyum, menepuk bahu lelaki itu dengan bangga.

"Kau bahkan lebih hebat dariku, aku yakin kau akan menjadi ayah yang baik untuk masa depanmu nanti," puji Beomgyu. Hyeonju yang merasa berbunga-bunga langsung menyisir rambutnya kebelakang, sok tampan.

"Oh tentu, siapa sih yang tidak ingin memiliki pacar seperti ku?"

"Memangnya kau sudah punya?"

"Tidak, belum."

Beomgyu tertawa singkat, tidak niat. Temannya yang satu ini memang agak aneh. Beomgyu juga tidak tahu kenapa dirinya bisa berteman dengan Hyeonju.

"Kalau aku berkerja bagian administrasi, gimana menurutmu?" tanya Beomgyu tiba-tiba. Hyeonju menjawab, "tentu, kenapa tidak? Yang penting dapat uang."

Beomgyu mengangguk sekali. Ayahnya pernah berpesan kepadanya, kalau sudah lulus nanti, lebih baiknya ia melanjutkan perusahaan kakeknya yang memang secara turun-temurun perusahaan itu masih kuat untuk bertahan.

"Tapi aku pikir, itu kurang nyaman. Aku ingin yang jalan-jalan pergi jauh seperti keliling kota," ucap Beomgyu, yang setelah dipikir-pikir semenjak ia berada di Seoul. Beomgyu kepikiran untuk menjelajahi dunia, mengetahui berbagai tempat destinasi yang indah dan terbaik dari berbagai negara.

"Ya sudah, jadi supir bos saja," balas Hyeonju. Beomgyu langsung merubah ekspresinya menjadi datar, bukan itu yang ia maksud. Tapi benar juga, padahal akhir-akhir ini dirinya jarang keluar rumah, hanya sibuk di dalam kamar berduaan dengan tugas-tugas, keluar rumah kalau hanya ingin ke kampus ataupun berbelanja. Sok tahu ingin jalan-jalan ke luar negera pula.

Kemudian Beomgyu menatap temannya lagi. "Kalau aku memelihara tupai bagaimana menurutmu?" Seketika Hyeonju mengkerutkan dahinya. "Untuk apa? Tidak penting. Lebih baik kau beli sesuatu yang lebih berguna, makan saja susah, ngurus tupai pula."

Jujur saja, Hyeonju sebagai manusia yang hemat uang dan bahkan kemauannya sendiri tidak tahu apa, karena lebih mementingkan kebutuhan pokok dibandingkan yang lain.

"Tetapi terserah. Kalau kau ingin dan mungkin biar kau tidak kesepian, silahkan saja."

Mereka termasuk bukan teman yang suka berkelahi karena masalah kecil. Masing-masing dari mereka sudah dewasa dan memiliki jalannya sendiri, justru mereka saling belajar melalui pengalaman. Hyeonju juga tidak memaksakan argumennya untuk di terima langsung oleh Beomgyu, begitupun sebaliknya.

"Kau tau? Aku tertarik tupai karena anak itu," ujar Beomgyu yang Hyeonju memang mengetahuinya tentang Tyun yang menyukai boneka tupai.

"Cih, bermain sama anak kecil. Awas jadi pedofil." Beomgyu melirik Hyeonju tajam. Padahal Tyun dengannya tidak begitu jauh, hanya berbeda sedikit. Tidak lama kemudian ada pembeli yang masuk ke Cafe.

"Sebentar, ngelayanin pelanggan dulu," ujar Hyeonju yang membuat Beomgyu langsung mengangguk paham. Kemudian Beomgyu membuka ponselnya dan langsung muncul notifikasi pesan baru masuk.

Tyun

|Siang!
|Apa kau sedang sibuk?

Saat ingin membalasnya, tak lama Beomgyu mengalihkan pandangannya ke arah seorang wanita berambut panjang sebahu, mengenakan gaun panjang selutut berwarna merah marun, wanita itu juga mengenakan tas kecil berwarna merah senada.

"Ahh, akhirnya kau datang. Duduk di sampingku," titahnya. Wanita itu duduk di sampingnya, menghadap Beomgyu. Tanpa aba-aba seketika pipi Beomgyu langsung disambut dengan bibir merona milik wanita itu.

Beomgyu sedikit tersentak, setelahnya ia tersenyum manis ke arah wanita itu. Mungkin karena Cafe memang sepi pelanggan, bisa saja mencari kesempatan. Tidak lama kemudian, wanita itu membuka suaranya.

"Jadi, kita kencan di sini?"

"Jadi, kita kencan di sini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Virtual WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang