Haruto yang sedang membereskan buku gambarnya mendelik tidak suka kearah Junkyu yang baru saja bertanya.
"Papa punya mata nda? Liat dong Luto lagi apa?!"
"An-pippp" bisik Junkyu dengan perasaan dongkol.
Ia lalu melihat kearah sekitar dan saat merasa aman, tangannya dengan cepat menjitak pelan kepala putranya itu. Karna merasa tidak terima, Haruto membalasnya dengan menendang kaki Junkyu.
"Wle wle gak kerasa"
Untuk beberapa saat Haruto menatap kesal kearah Junkyu, namun setelahnya balita itu membuang mukanya dan kembali fokus dengan kegiatannya semula.
"Heh Cil, mau main ke rumah Jeje ya?"
Haruto menganggukan kepalanya malas, "Iya"
"Tapi Jejenya lagi main sama Dobby" bohong Junkyu, "Hayoo kamu di tikung" lanjutnya.
Junkyu berharap anaknya itu ngambek dan mangajaknya bergelut, tetapi sepertinya Haruto tidak peduli dengan ucapannya.
Setelah selesai Haruto langsung menggendong tas kecilnya dan mendekat kearah Junkyu.
"Papa Luto mau kelumah Jeje" pamitnya.
"Eettt bentar dulu, Ruto tolong ambilin dulu remot tv dong"
Mengerjapkan matanya, Haruto lalu menujuk kearah remot yang berada lima langkah di depan Junkyu.
"Itu lemot deket papa" katanya.
"Iya papa tahu, tolong ambilin ya"
Tanpa banyak bicara, Haruto langsung mengambil benda itu dan memberikannya kepada Junkyu.
"Sekalian keripiknya dong"
Haruto masih menurut dan itu membuat kelakuan bapaknya semakin menjadi.
"Iniiii, cudah ya. Luto mau main cama Jeje"
"Ehhh bentar dulu, Ruto pijetin kaki papa dong"
"Luto mau main ke lumah Jeje, nda mauuuu!"
"Kalo gak mau, nanti papa aduin sama mama kalo Ruto suka makan coklat diam diam"
"Aaaaaaaa" teriak Haruto kesal, dengan mata yang bermirror mirror dan perasaan dongkol, ia akhirnya memijati kaki bapak bangsatnya itu.
"Lakik jangan nangis, gak boleh cengeng" ucap Junkyu.
Dengan perasaan kesal yang sudah sampai batasnya, balita itu bersiap untuk berlari tapi sebelumnya dia menarik dulu bulu kaki Junkyu.
Tentu kelakuannya itu membuat papanya meraung kesakitan.
"Kalo laki da boleh nangic" ucap Haruto, membalikan kalimatnya Junkyu.
"Kenapa sih? Ribut banget" tanya Mashiho yang baru masuk kedalam rumah.
Haruto yang mendengar suara Mashiho langsung berbalik arah dan memeluk kaki ibunya.
"Loh Ruto, katanya mau main ke rumah Jeje? Terus itu papa kenapa?"
"Haruto cabut bulu kaki kakak" jawab Junkyu dengan ringisan yang masih keluar dari mulutnya.
Mashiho jongkok dan menatap anak semata kakinya tersebut.
"Ruto kenapa cabut bulu kaki papa hm?"
Haruto cemberut dan memilin ujung baju yang di pakainya, "Bukan calah Luto" cicitnya.
"Terus salah papa? Emang papa apain Ruto?"
Balita 4 tahun itu menatap ibunya dengan pandangan polos juga sesikit merasa bersalah.
"Luto mau main cama Jeje, tapi papa culuh culuh Luto teluc. Culuh Luto ambil Lemot, ambil kipik cama pijit pijit kaki papa. Luto nda mau, Luto mau main ke lumah Jeje" jelasnya.
Mashiho tetap diam karna ia merasa, Haruto belum selesai bicara.
"Kata papa kalo Luto gak mau, nanti papa bilang cama mama kalo Luto cuka ambil coklat dali kalukulus"