part 1 : Siapa mereka?

191 17 14
                                    

Ernet. Cewek satu ini benar-benar tak kenal umur. Sudah belasan kali rasanya ia meniup lilin ulang tahun, tapi tidak ada sedikit pun kedewasaan yang hinggap ke tubuhnya. Yah, se-kekanak-kanakan apaun gadis ini, perasaan yang rutin menghampiri jutaan murid sekolahan juga ia rasakan. Ya, ia juga menyukai cowok layaknya orang normal lainnya.

Rio. Tikipal pangeran idaman. Tubuh jangkunya melewati angka seratus tujuh puluh. Angka itu ia dapat dengan berkeringat ria di lapangan basket hampir setiap istirahat, jam kosong, sampai pulang sekolah. Tak ada seorang pun yang pernah benar-benar melihat Rio membuka bukunya kecuali di ruangkelas, tapi otak kinclongnya selalu bisa diandalkan, sekali saja membaca, semua nyangkut sudah.

Tampilannya memang berantakan, sebelas duabelas dengan berandalan sekolah. Tapi, yakin deh, kalau rapi pasti cakep banget. Seandainya dia mau peduli sama penampilan. Tapi, buat apa juga? tampil begitu saja, Rio benar-benar sukses mamikat puluhan hati yang bikin dia masuk golongan populer.

Hal yang paling disayangkan--bagi Ernet-- adalah Rio  hanya tertarik dengan cewek-cewek normal berotak kinclong. Hal ini spontan bikin Er gak masuk cewek tipenya. Tapi, apa sih yang gak bisa dilakukan dengan cinta?Er memang gak bisa kemana-mana bawa buku, jalannya pelan-pelan serasa tiap jengkalnya sambil mikir soal fisika, ngobrolnya di kantin terus cekikikan kalau ada grombolan cowok yang lewat.

Sebel deh kalau inget kak Rio bilang cewek kek gitu manarik  pikir Ernet tiap kali melihat Rio memperhatikan kumpulan cewe yang cekikikan disela makannya.

"Ernet!!! Kerneta Putri Pradama! Yhu!!!!" tiba-tiba ada cewek yang teriak-teriak dari kejauhan. Siapa lagi kalau bukan Tasya. Satu-satunya sahabat Er. Menurut Er ( untuk selanjutnya mungkin dipanggil begitu) bocah satu ini masuk kategori hampir dewasa . Tapi, dia kelewat cerewet. Bawel banget.

"Lo kemana aja? Gue cariin juga" ujarnya yang terlihat kelelahan. Gak biasa-biasanya dia bawa setumpuk buku begitu.

"Lo ngapain sama buku-buku itu?" tanya Er dengan wajah mengejek.

"Cih! Gue tau kok lo itu pinter dan gue enggak, tapi gue tetep mau berusaha! Besok kita ada ujian kan?" ujar Tasya sok tegas. Wita Syakila A.T. itu nama lengkapnya. Nama panggilannya sendiri diambil dari potongan dua nama depannya. Sedangkan untuk nama belakangnya A.T, Tasya  sendiri gak pernah tahu apa kepanjangannya.

"Ya! Tapi, ga biasanya! Mau ada ujian kek apa pun biasanya juga lo santai aja! Lo kan biasa SKS mbak? Lo kesambet ya?Atau jangan jangan ada apa-apanya nih? Kasih tau gue!" ujar Er memukul-mukul wajahnya denganlembut.

"Eh, gue pergi dulu ya! Tuh! Disana Rio lagi latihan!" ujarnya menenggelamkan rasa penasaran Er dengan cepatnya.

Cewek manis itu kini berjalan mengitari lapangan basket. Sambil melompat-lompat hingga rambutnya yang tergerai manis itu mengikuti alunan lompatannya. Beberapa kali ia melantunkan lagu-lagu kesayangannya. Semua orang yang melihatnya yakin dia salah mengenakan seragam. Entah bagaimana bisa seragam sekolah terkenal itu bisa melekat di tubuh kekanak-kanakan itu. 

"Kak Rio! Aku bawain minum sama anduk nih! Kalo capek langsung ke sini aja ya!" tawar Ernet pada cowok tinggi yang masih asik bermain di tengah lapangan. Spontan cekikikan mengejek datang dari teman-temannya.

"Yo! Adek manis lo dateng tuh!" ujar teman-temannya sambil merebut bola di tangannya. Rio hanya mendesah lalu berjalan mendekati gadis itu. 

"Er! Apaan sih lo! Ga ada kerjaan apa?" tanyanya frustasi pada gadis yang selalu mengganggu latihan basketnya.

"Demi kak Rio semua kerjaan lewat!" serunya tersenyum. Lalu, membukakan sebotol minuman dan menyodorkannya pada pangerannya itu.

Cowok itu lalu mengambilnya dan duduk di samping gadis yang masih memperhatikannya itu. Dipandangnya sedikit wajah gadis itu dengan ekspresi kesal. Diperhatikan tiap sentinya. Dia gadis yang cantik, manis pula. Namun, sayang tingkahnya terasa berlebihan. Hanya itu saja sepertinya.

Andai dia bisa duduk manis dengan anggun di bangku penonton. Menunggunya dengan sebotol minuman dan sehelai handuk putih. Tentu saja dengan tidak berteriak-teriak seperti ini. Tentu cowok itu bakal suka sama dia.

"Er, cepet balik sana ke clubmu! Nanti pulang sekolah gue tunggu di gerbang! Pulang bareng!" ujar Rio dengan seulas senyum. gadis itu pergi meninggalkannya dengan ceria. Seperti anak kecil yang dijanjikan sebuah mainan.

.

.

.

Semua siswa mengerubuti gerbang yang hanya selebar dua kali rentangan tangan mereka itu. Semuanya menanti untuk bebas dari sekolah itu. Sementara seorang lain menunggu kerumunan itu menipis. Tak rela rasanya seragam yang telah ditatanya rapi-rapi ikut berdesak-desakan dalam kerumunan itu.

"Kak Rio udah nunggu lama ya!" ujar gadis itu melihat cowok cakep bersandar di tembok dekat gerbang sekolah.

"Lo ngapain aja sih Er? Keluarnya lama banget!" ujarnya sambil mengambil posisi berdiri di hadapannya. Lalu menggandeng tangan lembut itu, menariknya dari kebisingan di gerbang sekolah. 

Gadis manis yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi itu hanya bisa memulaskan senyum yang dianggapnya paling manis. Lalu, diam tak berkutik. Sementara cowok itu terus saja membawanya menuju suatu tempat. 

----------------------------------

Fufufufu part pertama cerita ini selesai. Ohya, ini cerita tentang masa lalunya Er. Masa depannya ya di cerita pertama itu.

Cerita ini kayaknya bakal panjang. Bakal diisi oleh panas dinginnya perasaan cinta si Er. Author sendiri ga tau gimana akhirnya.

Ernet : Thor happy ending aja yak! Biarin gue sama kak Rio

Author : Gak tau ya! Bisa aja nti gue yang masuk ke cerita itu, trus tiba-tiba Rio sukanya sama gue! HAhahaha # ketawa Evil

Ernet : *kabur entah kemana, tenang dia bakal balik nanti kalau udah waktunya. Toh, dia ga bakal ngelewatin part selanjutnya

Ditunggu ya vote sama komennya. Tolong lah hargai keringat gue yang ga menetes itu...

Cinta Banyak SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang