part 3 : Alasannya

103 13 6
                                    

Pikirannya kosong. Entah harus harus apa. Sepanjang pelajaran berlangsung, ternyata gak ada seekor rumus pun yang mampir ke otak kosong itu. Membiarkannya tetap kosong. Terus saja kosong. Tidak sepenuhnya kosong sebenarnya, pikirannya masih saja dibanjiri satu hal. Cewek itu.

Setelah bel pulang berdentang, gerbang sekolah kembali dipenuhi murid yang tidak sabar. Terus berdesakan di gerbang kecil itu. Awalnya gak ada niat untuk ikut berdesak-desakan di gerbang sesak itu, namun tubuhnya yang berjalan gontai hanya terbawa arus dan terdesak keluar. Mendorongnya dengan sadis. 

Setelah berhasil lolos dari gerbang neraka itu, ia hanya sanggup berjalan gontai. Entah kemana kakinya membawa. Berjalan seolah punya nyawanya sendiri. Terus berjalan. Terus dan berhenti di sebuah taman. Ia memasukinya, mencari sebuah tempat duduk yang teringat di otaknya. Ia menangis. Cewek itu menangis sejadi-jadinya tanpa peduli seumum apa taman itu.

Tiba-tiba.....
.
.
.
.
.
.
.
.
--

.

Sebuah tangan lembut menarik kepala Ernet. Meletakkannya dengan perlahan dan hati-hati di pundaknya. Seolah itu barang berharga yang tak ingin dilepaskannya. Tak ingin sedikit pun jauh darinya.

"Maaf. Kayaknya gue cuma sanggup bilang itu," ujar Rio dengan perlahan. Matanya yang tampak memantul di kacamata orang yang berjalan di depan mereka. Serasa ingin menangis lebih keras meliatnya. Disini Ernet tau dia yang terluka. Tapi, sorot mata Rio terlihat lebih hancur dari apapun.

"Lo kenapa? Bukannya harusnya seneng? Selamat ya! Lo punya pacar!" ujar Er sesenggukan.

"Jangan bilang gitu, gue mau nangis. Maafin gue! Awalnya gue kaget liat lo tadi pagi! Gue seneng banget! Lo cantik! Banget! Tapi, akhirnya gue sedih! Kemaren malem, gue jadian sama Dia, Aqila. Gue baru kenal sama dia. Tapi, dia ngajakin pacaran. Gue gak jawab. Tapi, dia nganggep kita pacaran. Gue ga bisa apa-apa. Dia anak teman bunda. Gue ngerasa ga enak kalo mutusin gitu aja! Maafin gue! Sumpah gue ga maksud mainin lo! " jelas Rio panjang lebar

"Lo suka sama dia?" tanyanya putus asa

"Mungkin pada awalnya. Gue gak tau pasti. Gue cuma ngerasa beda deket dia," ujar Rio malas 

"Lo gak takut dia dateng ke sini dan marahin lo?" tanya Er  penasaran.

"Entah! Tapi kayaknya gue malah bakalan seneng. Kalo dia marah, otomatis dia bakal murusin gue kan?" ujarnya kali ini benar-benar dengan nada yang menyakitkan.

"Tapi, lo nyakitin dia! Bakal lebih dari satu orang yang ngerasa sakit nantinya. Lo harus mikirin itu baik-baik. Lo mungkin gak tau rasanya disakitin. Itu sakit banget," ujar Er dengan begitu dewasanya.

"Lo sakit gara- gara gue! Sumpah! Kenapa juga dia nembak gue gitu," ujarnya dengan nada kesal.

Entah apa kabar cewe dengan panggilan Aqila itu. Yang pasti dia sakit banget kalau tahu pacarnya berduaan dengan cewe lain di taman yang indah itu. Dia memang terlalu agresif. Cewe nembak cowo? Ugh.... Tapi, disini entah siapa yang bisa di salahin. Toh, Rio emang pernah ngerasa beda. Jadi, mungkin cewek itu gak bisa disalahin.

Sekian lama keadaan hening. Kehabisan bahan obrolah. Dari tadi pun yang diobrolin hanya sebatas keluhan Rio tentang nasibnya. Ernet merasakan sakit. Ia ingin pulang dan curhat dengan teddy kesayangannya. Tapi, juga kasian dengan Rio. Kepalanya yang dari tadi masih nempel di kepala Ernet sepertinya benar-benar sedang kacau. Tapi, entah ia harus apa.

-------------------------------------
Huft, part 3 selesai.....
Ceritanya gimana? *krik krik sepi bangget.

Okelah, usaha buat dapetin pembaca itu emang ga gampang. Gak masalah yang penting author udah seneng  bisa ngeluarin semua isi otak author *senyum-senyum sendiri.

*Er dateng tiba-tiba 

Ernet : "Thor... part selanjutnya putusin Aqila sama Kak Rio ya... Gue udah nurut sama lo! Sekarang lo yang harus nurutin gue!" *ketawa gak jelas jangan di dengerin.

Author : "Gak bisa! Di sini tetep ghe yang ngatur! Siapa lo? Jangan ngatur gue!" * lagi-lagi ketawa evil.

Ditunggu vote dan commentnya lhoo.. Ayolah.... * memohon dengan nada mengiba

Ernet : "miris banget sih lo thor"

# selanjutnya gue sama Ernet berantem. Sementara Rio ngeliatin dari jauh. Akhirnya si Er malu sendiri tu. Hahahahha

Cinta Banyak SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang