Ernet berjalan menyusuri trotoar putih di depan sekolahnya. Ia berjalan sambil meloncat-loncat. Sesekali tubuhnya meliuk di kerumunan orang yang sibik membicarakan banyak hal. Sebuah senyum terlukis di wajah segarnya. Ernet memasuki gerbang dengan diliputi rasa bahagia yang memuncak. Namun, tak satu pun tahu. Bahkan dirinya sendiri tak yakin. Ia merasa khawatir tantang satu hal. Entah apa itu. Ernet tak mau hal apa pun itu mengganggu kebahagiaannya.
"Woi! Ati-ati kesambet! Senyum senyum sendiri. Ada apa sih? Cerita donk sama gue!" cerocos Tasya yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Apaan sih?"
"Gak mau cerita? Gue apus dari daftar temen nanti!" ancam Tasya.
Sebuah senyum manis kembali tergambar di wajah Ernet. Mengingat apa yang kemarin terjadi padanya. Juga, membayangkan ekspresi Tasya mendengar berita baik itu. Mungkin dia akan teriak histeris. Atau mungkin juga dia akan mencubiti pipi Er.
"Woi! Ngelamun aja! Lagi diajak ngomong juga! Seseneng apa sih lo? Sampe temen sendiri dikacangin? Sedih banget kek nya jadi gue!" gerutu Tasya masih berjalan di samping Ernet.
"Gue ceritain sampe kelas," ujar Er berlari meninggalkan sosok penasaran (?) itu di tengah halaman sekolah.
.
.
.
.
.
.
--
"Apa? Sumpah lo? Gak nyangka gue! Ternyata berita yang gue denger itu salah kan. Syukur deh salah," seru Tasya setelah mendengar cerita Ernet. Seperti dugaan Er, cewe manis itu berteriak sangat keras tanpa memikirkan belasan pasang mata menatap bingung kedua makhluk aneh itu."Berita apa?" tanya Er ragu.
"Katanya adek kelas. Si Rio baru jadian sama cewe famous itu lho. Lo tau kan leader team dance! Aqila! Tapi, ternyata mulut mereka bener-bener asalan," serunya dengan satu nafas. Anak satu ini kalau bercerita pasti ngomongnya cepat banget.
"Owh, kalau itu sih bener," jawab Ernet merasakan seolah ada velati yang menikamnya lagi. Rasa sakit itu membuatnya terbengong sendiri. Tidak menyadari ekspresi teman baiknya itu sydah berubah seratus delapan puluh derajat.
"Eum, Er gue mulai ngerasa ada yang salah deh!" ujar Tasya menyadarkan Er dari lamunan panjangnya.
"Eh, apa? Lo barusan ngomong apa? Gue gak konsen nih. Sorrrrry ulangin," tanya Er setelah sadar dari lamunannya.
Seorang guru tua memasuki kelas mereka. Palajaran yanf tidak mereka nantikan akhirnya dimulai. Dari caranya menatap saja, tak akan ada satu pun yang berani berbicara dalam pelajatan mengerikannya.
"Menurut gue, lo harus hati-hati sama Rio deh mulai sekarang" bisik Tasya langsung ke telunga Er. Sementara tatapan mematikan sang guru mulai menuju ke arah mereka berdua.
"Apaan sih lo? " tanya Er merasa aneh. Sementara kawannya itu hanya menatap khawatir pada sahabat kecilnya itu.
-----------------------------------------------------------------------------
Fufufufufu part ini akhirnya bisa dipublish juga. Wahhhhhaahaha apa nih yang bakal terjadi sama Er.
Ernet : Thor.... Gue mau minta maap kalo ada salah...
Author : Eh, napa lo jadi kek gitu?
Ernet : Gue mau minggat thor. Gue gak tahan sama cerita lho. Udah ketebak. pasti gue bakal sakit. Lo jahat banget thor..... Huaaaaaa *Nangis di depan author yang kebingungan
Author : Lah! Kalo lo pergi gimana kelanjutan cerita ini???????? Lo mah gampang nyerah! Gak mau ikutin jalan ceritanya dulu..... Dah! sekali pun lo minggat ke ujung dunia, lo tetep jadi tokoh utama ! Jadi jangan kabur sayangku *peluk-peluk
Sementara Author nenangin si Er silahkan buat para readerssss dikasih vote dan commentnya... Yooooooo!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Banyak Sisi
Teen FictionCinta... Setiap orang punya komentarnya masing-masing tentang sepatah kata itu. Tapi, apa pun komentarnya cinta memang selalu punya banyak sisi. Saat lo suka sama seseorang dan lo seneng, mungkin di sisi lain ada yang lagi sakit di sana. Ini cerita...