Ernet berjalan di pinggir lapangan basket seperti biasanya. Tubuh mungilnya berada di tempat bising itu. Namun, pikirannya sudah terbang menghilang entah kemana. Banyak hal yang menggelayutinya. Memikirkan kembali perkataan sahabatnya Tasya. Memikirkan keberadaan Rio yang entah kemana saat ini.
Lapangan basket seperti biasanya dipenuhi anak-anak basket yang sibuk dengan latihannya. Semua teman-teman Rio lengkap seperti biasanya. Namun, lagi-lagi cowo itu hilang entah kemana. Tak muncul sedikit pun, bahkan sebatas batang hidungnya.
"Woi! Bengong aja! Nyariin ya?" ujar cowo berkacamata. Cowo ini rasanya tidak asing. Cowo yang sama dengan saat ia melihat Rio dan Aqila. Sekelebat ingatan kembali tergambar di pikirannya.
"Oh! Enggak kok! Lo ngapain? Gak ikut latian?" tanya Er menyembunyikan perasaannya saat ini.
"Enggak. Cuma mau bilang sesuatu. Tunas menjadi pohon. Angin menjadi topan. Air menjadi banjir. Kata menjadi pedang. Semuanya berubah! Entah menjadi baik atau buruk! Itu takdir alam!" ujar Cowo itu menatap arak-arakan awan di atas sana.
"Maksudnya?" tanya Er penasaran
Cowo itu tersenyum
"Manusia bukan dibagi menjadi orang yang jahat dan baik. Tapi, keduanya ada dalam satu tubuh. Entah bagian mana yang akan menonjol. Itu semua juga bisa saja berubah. Banyak penjahat menjadi orang baik. Banyak pula yang sebaliknya," ujar Cowo berkacamata itu lagi. Cowo satu ini keliatan dewasaaaaaaa banget. Atau lebih tepatnya seperti orang tua.
"Maksud kakak apa sih? Maaf nih, tapi aku gak nyambungan kalau soal beginian. Maaf ya. Tapi, kaka sumpah dewasa banget!" ujar Er tanpa memperdulikan sedikit pun arti perkataan Cowo di sampingnya itu.
Cowo itu mengusap lembut rambur Er.
"Lo tuh lucu!" ujarnya sambil bangkit dan melanjutkan latihannya.
.
.
.
.
.
.
--
Kantin Sekolah
"Eh, abis dari mana?" tanya Tasya menyadari kedatangan sohibnya itu.
"Entah! Yang jelas sekarang gue laper pake banget!" ujarnya tak peduli dengan perasaannya yang kacau. Di sisi lain Tasya merasa sangat sangat sangat khawatir.
Dipandangnya wajah imut itu. Penampilannya kini sudah cukup dewasa. Tapi, keimutan yang dimilikinya sama-sekali tidak berubah sedikit pun.
"Er,"
"Eummm,"
"Er, lo,"
"Knapa?"
"Lo...,"
"Apa?"
"Lo gak apa-apa kan?"
"Kenapa-napa gimana? Gue oke kok! Nih, gue masih makan banyak ,kan. Kalo gue udah mogok makan baru! Itu tanda-tanda gue gak oke!" ujarnya mengunyah sebuah ba'so besar yang dilahapnya dalam satu gigitan.
"Ih, Jorok!" ujar Tasnya melihat kelakuan sohibnya itu.
"Hah?! Gak denger! Apa kata lo? Gue gak denger! Sekali lagi apa?! Tangan gue gatel nih mau mukulin orang! Apa sekali lagi?!" serunya melepaskan genggaman pada sendok yang dipegangnya.
"Eh! Apa sih. Udah cepet abisin makan lo! Makan juga banyak banget sih!" ujar Tasya menghindari pukulan Ernet sambil tertawa.
Mereka berdua tertawa dengan sangat keras. Tanpa peduli seramai apa pun kantin itu.
Deg..
.
.
Deg...
.
.
.
Deg...
Disana! Sepasang kekasih sedang makan dalam obrolan ringan. Keduanya saling berpandangan. Menatap lekat-lekat pantulan mata masing-masing. Sebuah senyum lebar tergambar di wajah keduanya. Perlahan tangan keduanya melepas genggaman sendok. Saling mendekat dan bertautan.
Sementara disini, seseorang kehilangan ingatannya tentang cara bernafas. Jantungnya memompa darah miskin oksigen itu ke seluruh tubuh. Hingga seluruh tubuhnya kehilangan kekuatannya. Mungkin ia akan segera terkulai lemas disana. Namun, sesuatu dalam jantungnya menemukan dirinya sendiri secara tiba-tiba. Ketika, sebuah tangan menyentuh pundaknya.
----------------------------------------------
Afufufufufu.... Yhuuuuu part 6 Akhirnya bisa di publish... yeye yeye ye!
Huft, sepi nih. Si Ernet lagi mendem di kamarnya. Entah tuh lagi ngapain. Kangen juga gak ada yang gangguin waktu nulis. Semoga dia cepet balik kayak biasa deh. Kita doain bareng-bareng ya. (Emang dia kenapa?)(Entah)
Sekali lagi dengan segala hormat author minta maaf kalau ada yang kurang berkenan dengan cerita ini. Baiklah para readers yang sedikit... tolong di vote dan comment ya... Ditunggu lho!
----- Osera-chan
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Banyak Sisi
Teen FictionCinta... Setiap orang punya komentarnya masing-masing tentang sepatah kata itu. Tapi, apa pun komentarnya cinta memang selalu punya banyak sisi. Saat lo suka sama seseorang dan lo seneng, mungkin di sisi lain ada yang lagi sakit di sana. Ini cerita...