Chapter Four: Dikira Mimpi, Padahal Lupa

205 42 8
                                    

"Bangun, bangun!" Teriak Gyan sambil mengguncang tubuh Omi secara brutal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangun, bangun!" Teriak Gyan sambil mengguncang tubuh Omi secara brutal.

"Nggak bangun juga gue guyur pake air dingin seember nih!" Ancam Gyan makin makin ketika Omi sama sekali tidak bergeming dari tempatnya.

Kemudian satu ide terlintas di kepala, ia tersenyum licik setelahnya dan mulai melancarkan aksinya.

Omi terkaget dari tidurnya dan segera menyemburkan tawanya keras.

"AHAHAHA! ANJIR GELI! BERHENTI ASU! GELIII! AH, MAMIII!" Pekiknya tidak tahan akan gelitikan yang Gyan lakukan pada telapak kakinya.

Omi menendang badan Gyan keras sampai lelaki itu terjungkal ke belakang. Ia nampak marah pada Gyan dan mengomelinya jengkel.

"Ngapain sih anjir lo subuh subuh gini?! Gue masih ngantuk tahu!"

Mata Gyan melotot. "Subuh matamu! Ini udah jam 8, bodoh!"

Lalu melanjutkan, "Cepet bangun, cuci muka, sikat gigi, terus langsung ke bawah buat sarapan." Setelahnya Gyan pergi tanpa menunggu balasan.

Omi berdecak, ia mengumpulkan kesadarannya terlebih dahulu dan mulai merangkak turun berjalan menuju kamar mandi. Melakukan apa yang Gyan katakan.

Menatap pantulan dirinya yang sedang menggosok gigi lewat kaca, pikiran Omi sepertinya ikut melanglang buana. Ia mulai berkumur, sesudahnya menumpu tangan ditepian wastafel.

Berbicara pada diri sendiri lewat cermin. "Jadi gue mimpi?"

"Kok kayak asli, ya?" Lanjutnya heran, "Yash, untung cuman mimpi. Beneran gila kali kalo gue beneran dijodohin. Kehidupan bebas yang nggak sanggup gue lepasin... Hadeh, mikirinnya aja bikin merinding!" Katanya random.

Omi keluar kamar mandi dan pergi ke bawah dengan riang gembira, sepertinya ia sangat senang saat tahu bahwa perjodohan itu hanyalah sebuah mimpi.

Di tangga terakhir, Omi berteriak suka cita. "Yuhuuu~ I'm coming everyone!"

Helen dan Gyan sampai melongo dibuatnya dan melirik seseorang yang duduk di salah satu kursi ruang makan, yang orangnya tak kalah kagetnya dari mereka saat melihat tingkah Omi barusan.

Tersadar duluan, Helen dengan cepat menghampiri Omi dan mencubit tangan gadis itu kecil namun bikin nyut-nyutan. Omi tidak bisa menahan pekikannya. "Aww! Mami kok nyubit sih?! Sakit banget ini, astagaaa!" Rengek Omi mengusap tangannya sendiri yang perih akibat cubitan maut sang mami.

Helen malah memelototi Omi agar gadis itu berhenti berbicara keras-keras. Sambil tersenyum lebar tanpa mata menyipit, Helen buka suara diselingi tawa hambar, "Hahaha, adek ini ngomong apa? Kapan Mami nyubit? Hahaha, mending sekarang adek duduk dan temenin Rasen sarapan. Katanya kalian mau pergi berdua kan?"

Omi tiba-tiba blank. "Hah?"

Helen mendekat dan membisikan sesuatu kepada Omi. "Sekali lagi kamu ngelakuin hal bodoh kayak gini, habis kamu Mami damprat." Lalu Helen menjauhkan dirinya dan menghampiri Rasen yang masih terdiam.

Sugar Baby [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang