o n e

319 94 6
                                    

Jihoon melambai pada Hyunsuk yang sudah jauh dari tempatnya berdiri. Sosoknya tampak mengecil dari pandangannya.

"Hati-hati, kak!" Peringat Jihoon, nadanya sedikit meninggi berharap yang di teriaki mendengar.

Walaupun sebenarnya ia tahu itu perbuatan yang sia-sia.

Jihoon bahkan melihat dengan matanya sendiri saat Hyunsuk mulai menyumpal telinganya dengan benda kecil yang terhubung dengan ponselnya melalui kabel kecil. Sebuah headset.

Kebiasaan kecil yang selalu di lakukan oleh kakaknya sejak dulu.

Jihoon tersenyum. Kini gilirannya untuk pulang. Di rogohnya saku untuk mengambil handphone dan memesan ojek online dari sana.

Tertulis bahwa ojeknya perlu waktu 13 menit lagi untuk sampai ke lokasinya.

Sambil menunggu jemputannya datang, Jihoon memutuskan untuk mampir sejenak di café yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Berniat melepas dahaga dengan membeli sebuah minuman disana.

"Itu bukannya Jihoon anak osis itu ya?"

"Eh iya bener! Dia katanya anaknya Gaeun kan?"

"Gaeun siapa sih?"

"Gaeun penyanyi terkenal yang meninggalnya gak wajar itu loh!"

Bisik-bisik mulai menyusup masuk ke dalam telinga Jihoon. Jihoon mengepalkan tangannya erat. Saking eratnya, urat-urat tangannya sampai timbul, mencetak permukaan kulitnya. Brengsek.

Jihoon menghela napas dan menghembuskannya perlahan, mencoba untuk tetap tenang walaupun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Saat di rasa sudah agak tenang, Jihoon tersenyum pada pegawai café yang masih menatapnya bingung. "Jadi mau pesen apa kak?"

"Lemon tea aja. Cepetan ya, saya sudah di tunggu soalnya."

Ck. Alasan.

"Tunggu sebentar ya, silahkan duduk dulu," tawar pegawai ramah kemudian berbalik untuk melayani pembeli lain.

Jihoon mengangguk lalu duduk di kursi yang sudah di sediakan. Aksanya menelisik ke jendela, tampak kendaraan berlalu-lalang disana.

"Pesanan atas nama Jihoon?"

Jihoon segera bangkit dari duduknya. Setelah membayar pesanan Jihoon bergegas pergi ke luar.

Kembali ke tempat dimana ia memesan ojek online. Dan ternyata yang ia pesan sedari tadi belum datang.

Jihoon meminum lemon tea yang ia beli tadi, kemudian matanya menangkap sebuah pengendara berjaket khas ojek online sedang celingak-celinguk di dekatnya.

"Atas nama Park Jihoon?"

"Ya, saya sendiri pak,"

Jihoon menerima helm yang di sodorkan kemudian ia naik ke atas motor.

.

"Eh.. sudah pulang," sambut Youra pada Jihoon yang baru saja memasuki rumah seraya melirik Jihoon sejenak, setelah itu pandangannya kembali ia fokus kan pada televisi yang menampilkan acara masak.

Jihoon segera menghampiri Youra. "Hehe iya ma." Jihoon menjawab seadanya sambil mengecup tangan ibu sambungnya.

"Kakak gak mampir dulu?" tanyanya tapi masih menatap televisi tanpa berkedip. Seakan jika menoleh sebentar saja acara itu akan habis.

"Nggak mah, katanya mau langsung ke apart aja. Ada janji sama temen."

"Aku ke kamar dulu ya ma," sambungnya lalu berjalan menjauh dari sana. Tapi perkataan Youra membuat Jihoon menghentikan langkah.

"Besok peringatan 10 tahun meninggalnya Gaeun, kamu mau kan datang ke makamnya? Sekalii aja. Mama mohon,"

TBC

huhu mian ku baru up😣
selanjutnya bakal ku usahakan buat up teratur kek biasanya oke?

[ii] maldición: the golden voice (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang