"kenapa lo?"yang ditanya itu hanya terdiam, tak berniat tuk menjawab.
"lo darimana sih yan?"
ziyan masih tak bergeming, ia malah mengeluarkan rokok dari saku celana nya dan menyesapnya dengan santai didepan temannya itu.
betapa sabar temannya itu, Theo sudah ancang ancang ingin melempar kaos kakinya ke arah ziyan, tapi ia urungkan niatnya itu.
karena dilihat dari raut wajahnya sepertinya ziyan sedang tidak baik baik saja, ya walaupun setiap hari ekspresinya terlihat seperti itu.
"kenapa deh lo, cerita sini" tanya Theo khawatir.
ziyan masih tetap diam dan malah meniupkan asap rokoknya itu ke wajah Theo.
"RIBUT AJA DEH LO SAMA GUA" Theo langsung berdiri mengambil benda empuk disampingnya dan langsung ia lemparkan ke wajah ziyan.
"gue dah putus" ucap ziyan tiba-tiba, yang membuat theo membulatkan matanya terkejut.
"ha? LO PUTUS? sama yuna?"
"yaiyalah, cewe gue siapa lagi"
"yang bener aja lo?"
ziyan hanya mengangguk tanda menjawab pertanyaan Theo.
"lo mah kebiasaan, kalo ada masalah dibicarain dulu lah baik baik, jangan langsung ambil keputusan begitu, ntar lo nyesel baru tau rasa" ucap theo sambil menatap sinis ziyan
"nggak, gue gaada masalah apa apa sebenernya—"
"terus? ngapain putus??" Theo udah greget sendiri.
"buat apa pertahanin hubungan tanpa adanya perasaan? mau sekuat apapun gue coba buat jatuh hati ke yuna, gue tetep gabisa.. gue gatau kenapa" jelas ziyan, ia mematikan puntung rokoknya asal disembarang tempat dan mulai membenahi posisi untuk tidur.
Theo speechless.
"itu mah lo masih gagal move on, lo masih suka sama jea kali yan" jawab Theo asal menebak
"ga mungkin lah"
"mungkin ajalah, terus selama ini.. lo ngapain pacaran sama yuna kalo emang gaada perasaan apa apa??" theo udah ikutan kesal memikirkan betapa ribetnya kehidupan asmara seorang Aziel Ziyan Mahesa.
"ya kan gue butuh waktu anj, gue pikir dengan berjalan nya waktu, gue menghabiskan waktu bareng yuna, mulai tumbuh benih benih cinta.. eh ternyata gaada yang berubah"
"najis banget bahasa lo" theo udah mau muntah aja denger jawaban ziyan yang sok keren itu.
dengan posisi telentang dan menyilangkan tangannya di dada, ziyan hanya ingin tidur dan beristirahat sebentar.
ia cukup lelah dengan perasaannya sendiri.
theo mengambil bantal sofa di sebelahnya dan ikut ambil posisi untuk tidur dilantai.
mereka sedang santai dirumah theo, karena mumpung rumah Theo sedang sepi tak ada penghuninya.
"woy yan, btw besok arel mau confess ke jea—"
belum selesai Theo bicara udah diserobot ziyan."SERIUS?" kaget ziyan, hoodie yang tadinya ia gunakan untuk menutupi wajahnya itu langsung ia lempar.
"serius lah, lebay bener lo gitu doang kaget" ini theo ikutan bangun soalnya kelempar hoodie nya ziyan.
"gue ga ikhlas.." ziyan ngomong gitu sambil pasang wajah murung dan mata sayu nya.
"apasih, lo mah udah mantan diem aja kaga usah ikut campur" sindir theo yang ucapan nya itu memang benar faktanya.
