1

465 44 17
                                    


"jea!" panggil seorang lelaki dari ujung kelas sembari melambaikan tangan kearah jea.

jea menoleh dan membalasnya dengan senyuman.

"mau nganterin gue pulang lagi? nggk usah ya, biar iyan aja"

"iyan udah-"

belum selesai theo ngomong udah diputus aja sama jea, ya karena jea tau apa yang akan disampaikan theo.

"yo, gue pacarnya ziyan, gue gak enak kalo pulang sama lo terus, lo duluan aja, gue mau ketemu dulu sama iyan" jea langsung pergi meninggalkan theo yang merasa tidak enak pada iyan nanti.

jea langsung bergegas kelapangan basket.

dan benar, disana ada ziyan dan teman temannya sedang mengobrol, bahkan mereka belum memulai latihan.

"ziyan!" panggil jea dari pinggir lapangan, ziyan yang sadar akan kehadiran jea, langsung menghampirinya

"belum pulang? gue udah minta tolong sama theo-"

lagi lagi belum selesai ziyan bicara, sudah dipotong oleh jea

"belum mulai latihan kan? gabisa anterin gue pulang dulu apa? sebentar aja kok" pinta jea, iyan memalingkan wajahnya malas.

"mulai lagi deh, tinggal pulang sama theo aja apa susahnya si je"

"pacar gue tuh elo yan, 10 menit aja udah sampe kerumah gue kok"

"lo tuh ya, cuma perihal pulang aja diributin, gue minta theo buat pulang sama lo, karena gue percaya sama theo, dia orang baik je, lo aman sama dia-"

"justru theo baik jadi lo seenaknya jadiin theo supir pribadi gue gitu?! lo beneran gada hati ya?"

"iyadeh iya, jadi mau kamu gimana? aku gabisa anterin kamu pulang, sebentar lagi latihan dimulai, apa mau aku pesenin gojek?"

"gak usah, gak perlu. gue bisa pulang sendiri" jea langsung pergi gitu aja ninggalin ziyan yang juga terlihat kesal.

"nyusahin banget" cibir ziyan lirih.

jea pundung. ya tentu saja

siapa yang tidak kesal jika seharian ini ziyan tidak ada interaksi dengan jea, bahkan mengantar pulang saja tak mau.

jea hanya ingin lebih banyak interaksi dengan ziyan hari ini.

jea rasa ziyan akhir akhir ini agak berbeda, ziyan lebih terlihat cuek dan galak padanya.

ziyan juga tak ingin berbicara saat jea bertanya ada masalah apa.

maka dari itu, hari ini jea sangat ingin pulang dengan ziyan, sekedar ingin bertanya dan menghiburnya.

bukan Jea namanya jika tak keras kepala.

ya. jea sekarang sedang menunggu ziyan selesai latihan basket, bahkan langit sudah gelap, tapi jea masih dengan antengnya duduk dipinggir gerbang dekat pos satpam demi menunggu pacaranya itu.

*tinnn

bunyi klakson motor

itu bukan motor theo, melainkan jarrel, teman ziyan juga.

"heh belum pulang lo je?" tanya jarrel yang melihat jea sibuk dengan ponselnya

jea menggelengkan kepala tanda ia menjawab

"dah sore anjir, liat noh jam berapa"

"jam lima tiga lima menit" jawab jea

"dah mau jam 6 goblo je, buruan naik gue anterin pulang sini!" ajak jarrel, tapi jea tetap saja menolak

"gue mau nunggu ziyan"

"sumpah? ngapain sih?! ziyan tuh kadang pulang malem" saut jarrel

"biarin"

"gila lo ya dah kelewat bucin inimah alias bulol, tau bulol apaan? bucin tolol hadeh" kesal jarrel, ya wajar jarrel kesal, sekolah sudah sangat sepi dan ini sudah sore, tapi jea masih kekeuh buat disini nunggu ziyyan. gila

"diem anj, gue lagi badmood nih" jawab jea yang tak kalah kesal

"jarrel? ngapain lo masih di- JEA?! belum pulang lo?" kaget ziyan, dia pikir pacarnya itu sudah leye leye dirumah, tapi ternyata masih disini menunggunya(?)

"hadeh, dahlah gue mau pulang. BYE" jarrel langsung cabut pergi meninggalkan dua sejoli yang masih terkejut satu sama lain itu.

"je, gue gamau tau, besok lagi lo gaboleh kaya gini, ini udah sore dan lo masih disini, kalo bang keenan tau lo belum pulang demi-"

"-demi nungguin lo beres latihan basket?"

"lo kenapa sih je?" tanya ziyyan bingung

"lo yang kenapa yan, lo ada masalah apa sih? seharian ini lo gada tegur gue sama sekali, lo gada dikantin, gue nyamperin kekelas juga lo gada, lo kemana? lo lupa sama gue? gue pacar lo-"

"gue cape je, bisa diem dulu gak sih?"

jea diem, keputusan ia sudah bulat.

"lo akhir akhir ini memang berubah, lo seakan akan emang udah lupa sama gue, lo bukan lagi iyan yang gue kenal"

ziyan terdiam, ia merenungi setiap kata yang keluar dari bibir jea, ziyan rasa, yang jea katakan ini memang benar.

"kita putus aja ya" final jea, ziyan sedikit terkejut

"putus? o-oke, gue harap lo gak nyesel atas pilihan lo ini"

"seharusnya gue yang bilang gitu ke elo" saut jea, dengan matanya yang sudah memerah dan berkaca kaca.

"gue duluan" ziyan langsung pergi meninggalkan jea yang masih terdiam disana.







hai gimana first chapter stay, intak :))
don't forget to give me a feedback yupss
tengcuu

stay, intak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang