STUCK 01

43 8 18
                                    

~Kau tak akan tau betapa sulitnya menahan tangis ketika hatimu menjerit menahan sakit~

•Happy reading•

Pagi-pagi sekali gadis yang kerap disapa Mentari itu sudah menghampiri kelas dua orang sahabat laki-lakinya. Samudra dan Bara, sudah bisa dipastikan dua orang lelaki Most Wanted itu telah tiba disekolah. Dengan langkah pelan namun pasti Mentari memasuki kelas IPA 1 dan duduk dengan santai disebelah Bara.

"Pagi Barakuu" sapa Mentari dengan ceria seperti biasanya.

"hmm" jawab Bara yang tak mengalihkan atensi dari Novel yang ada di genggamannya.

"cuman hmm?" tanya Mentari terheran-heran yang dibalas anggukan oleh lelaki disampingnya.

"lo ga lagi sariawan kan Bar?"

Bara menggeleng, masih menatap setia novel itu. Mentari yang terlanjur kesal dicueki malah meraih novel itu dari genggaman Bara.

Berhasil. Sekarang Mentari mendapat perhatian dari Bara yang menatap Mentari penuh protes.

"ck. Kenapa lagi sih Tar?" Decak Bara to the point, agar Mentari tak lagi mengganggu kegiatan membacanya.

Mentari menyengir. "nih, kasi ke Adra ya Bar. gantinya gue traktir lo mie ayam mba Nina di kantin langganan kita" Setelahnya, gadis itu menyodorkan sekotak nasi goreng yang dibuatnya dengan penuh effort dari subuh.

Jika kalian bertanya apakah Mentari menyukai sahabatnya? Maka jawabannya adalah 'iya'. Mentari pun tak tau kapan perasaannya itu muncul tapi yang ia tahu, ia sangat sangat menyukai Samudra.

"Kasi sendiri. Adra lagi ke Toilet, bentar lagi juga dia bakal balik" balas Bara cuek.

"Bar-"

"Dengan sikap lo yang kayak gini bakal bikin Adra bertanya-tanya Tar. Lo katanya gamau Adra risih dan tau tentang perasaan lo. Tapi sekarang lo gini"

Bara menghela napas, ia lepas kendali. Perasaannya tak karuan melihat Mentari yang terlihat begitu mengagumi Samudra.

Bara tak kuasa melihat raut kecewa di wajah Mentari. Ia sadar gadis itu akan sedih dan kecewa, tapi Bara sudah merasa ini yang terbaik untuk Mentari.

"Makasih udah ngingetin gue Bar. Gue balik ke kelas dulu"

Mendengar itu membuat Bara mengepalkan tangan dibawah meja menahan perasaan bersalah yang semakin menjadi.

Mentari berdiri, setelah memungut kotak bekalnya ia segera pergi dari sana tanpa sempat dihentikan oleh Bara.

Setelah kepergian Mentari, Bara menendang meja hingga menimbulkan bunyi keras.

Samudra yang baru datangpun mengerutkan kening heran, padahal ia tak melihat siapapun selain Bara dikelas ini.

"Napa lo Bar?" Tanya Samudra yang baru saja balik dari toilet, kemudian lelaki itu duduk disebelah Bara.

Bara menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Samudra. Lelaki itu memilih untuk pergi ke rooftop, ingin menenangkan diri.

Bara menyalakan pemantik dan membakar rokok di tangannya. Bara menghisap rokok itu pelan sembari memejamkan mata menikmati sensasi dari benda berbahan nikotin tersebut.

Pikirannya berkecamuk, tentang Mentari, footsal, dan masalah keluarga. Semuanya berkecamuk hingga membuat Bara tak henti-hentinya melampiaskan itu semua dengan merokok. Hanya itu. Ya hanya itu cara yang ampuh membuat Bara tenang.

Setelah tenang, ia akan kembali ke kelas dan melakukan aktivitasnya seperti biasa.

***

Stuck [in friendshit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang