MC | 2

12 1 0
                                    

Aldo menghela nafas lelahnya entah sudah keberapa kali. Dirinya datang terlambat, alhasil dihukum oleh ketua OSIS. Aldo tetap menjalankan tugasnya mengepel lorong kelas 10 yang kebetulan sudah sepi karna pelajaran sudah dimulai.

"Gak, papa, Do. Semangat! Ini salah Lo juga yang telat bangun gara gara ngerjain tugas!" Aldo menyeka keringatnya yang mengucur didahi. Aldo melanjutkan hukuman nya dengan ikhlas hingga selesai.

Di ujung koridor kanan, Amalia tengah memperhatikan Aldo yang masih mengepel, senyum cantik di bibirnya terbit, jantung gadis itu tidak aman hanya melihat Aldo dari jauh seperti ini.

Sungguh, dirinya ingin membantu Kakak kelas nya itu, tapi niat nya diurungkan, karna ia tahu diri, Aldo mana mungkin suka padanya, mengingat kejadian seminggu kemarin yang menolak minuman nya.

Sebutlah Amalia pecundang, mental gadis itu tak sekuat perempuan yang mengejar cinta nya hingga mendapatkan apa yang ia mau walau banyak pengorbanan dan rasa sakit di novel yang ia baca.

Terkadang dia PD akan mendapatkan hati Aldo, dan juga sering mengeluh ingin berhenti menyukai Aldo karna, segala cara ia lalukan Agar Aldo meliriknya. Mencoba menjadi primadona sekolah agar Aldo meliriknya, tetapi itu semua sia-sia.

Amalia menyerah? Tidak, dia akan terus memperjuangkan Aldo hingga bisa mendapatkan nya, hingga Aldo menyukai nya balik, atau mungkin saat Aldo sudah menyukai seseorang, Amalia akan menyerah.

Tepukan dibahu nya menyadarkan Amalia dari lamunan tentang Aldo. Amalia menoleh, ia langsung mengembangkan senyum ramahnya pada orang yang menepuk bahunya tadi.

"Kak Nio? Ada apa?" tanya Amalia, pada Kakak kelas nya.

Nio mengernyit. "Harus nya Kakak yang tanya, kamu ngapain disini? Gak, ke kelas?" tanya Nio, heran melihat Amalia melamun di ujung koridor.

Amalia gelagapan, ia melirik tempat Aldo berdiri tetapi sudah tidak ada, berarti Aldo sudah beres menjalani hukumannya. Menyengir kikuk pada Kakak kelasnya.

"Ini tadi, habis dari perpustakaan, trus kaki nya sakit jadi diem dulu disini," bohong Amalia.

Nio mengangguk paham. "Kenapa gak ke UKS? Mau kakak anter?" Amalia menggeleng cepat.

"Gak usah kak, udah enakan. Makasih, ywdah kalau gitu aku pergi dulu ya, bye." Amalia pergi dari sana dengan senyum malu nya, ingin berlari tapi, kan, ia berbohong kalau kaki nya sakit.

Nio menggeleng heran. "Ada ada aja, gue juga tau kali, lagi liatin Aldo dari tadi." ujar Nio diakhir kekehan.

****

Aldo mendudukan bokong nya di bangku Kantin bersama kedua teman nya. Rayan, dan Cahyo.

"Do, Lo tau gak? Anak kelas 10, yang model itu?" tanya Cahyo, memulai obrolan.

Aldo menatap datar Cahyo, seperti tidak minat dengan arah bicara Cahyo. "Gak!"

Rayan menggeleng heran, "Lo beneran gak tau? Padahal dia primadona sekolah lho."

Lagi, Aldo menggeleng tak tahu. Memang benar adanya, dia tidak tahu menahu tentang siswi siswi sekolahan nya ini, selama 1 tahun setengah bersekolah ia tak pernah sedikitpun berhubungan dengan perempuan manapun.

Rayan menghela napas lelah, dengan teman yang satunya ini. "Lo harus sering bergaul sama kita kita, biar dapet gosip yang masih anget," ujar Rayan yang diangguki setuju oleh Cahyo.

"Bener, tuh, kata Rayan!"

Aldo memutar bola mata jengah. "Buang-buang waktu."

"Lo belok?" celetuk Cahyo, membuat Rayan kaget.

"Jadi, beneran Lo belok, do?" heboh Rayan.

Aldo berdecak, "Enggak," jawab Aldo.

"Terus, kenapa Lo, gak suka bahas cewek?"

"Bukan, gak suka. Males aja, Ribet!" Sinis Aldo.

Rayan dan Cahyo berdecak kesal. benar, teman batu nya ini anti dengan yang namanya cewek.

Di meja Tengah kantin, tepat di belakang Meja Aldo, terdapat dua gadis yang sedari tadi menguping pembicaraan Aldo dan teman temannya.

Bahu Amalia meluruh, Menatap sahabatnya, lalu menggeleng pelan. Risya mengusap bahu sahabatnya. "Lemah Lo, masa gitu aja, udah mau nyerah!" Ejek Risya.

Amalia melengkungkan bibirnya kebawah, pertanda hatinya sedang panas. "Bacot! Lo juga lemah, di Ghosting aja Nangis!" Ejek kembali Amalia.

"Gue gak lemah, salahin aja tuh buaya yang udah Ghosting cewek secantik gue! Mandang fisik anjrot!" Kesal Risya karna di ingatkan pada kejadian kemarin yang dirinya di Ghosting gebetan Virtualnya.

"Virtual, sih, sok sok an ngebayangin sama sama, padahal beda kota, beda pulau, beda keyakinan lagi!" Risya semakin jengkel ditempat, dengan tangan yang sudah terkepal erat.

"Diem, Lo, cinta bertepuk sebelah tangan!" Balas Risya, marah.

Amalia tertawa mengejek, "Korban Ghosting, gak usah sok keras!"

"Anj*ng! Lo ngelunjak lama lama!" Risya semakin kesal, ia melayangkan pukulan pada kepala Amalia, membuat Amalia membalasnya.

"Diem! Gue mau beli mental dulu, ditoko bh," Amalia berlari terbirit-birit, sembari tertawa ngakak.

Risya mendelik, "Gak sekalian ditoko Cang*ut," teriak Risya, membuat orang orang dikantin tersedak. "Shit!" Umpat nya, menyadari omongan dia, dengan muka memerah malu, Risya berlari keluar menyusul Amalia.

****

Vote + komen!

See you

Spam next ---->

Mas CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang