TEACHER 03

803 120 33
                                    


• H A P P Y R E A D I N G •

23 remaja lelaki itu berkumpul di lapangan basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23 remaja lelaki itu berkumpul di lapangan basket. Kelas XI-U tengah jam pelajaran Penjas.

2 jam mereka latihan basket, hingga pak Temi memberikan mereka jeda istirahat. 23 lelaki itu duduk acak di lapangan. Kali ini mereka berada di lapangan indoor jadi mereka tak terkena sinar matahari langsung.

"Tuh guru baru, bener-bener buat gue gedek banget! Pake acara ngancem lagi! Bocil banget!" Kekesalan Haikal pada Ruby sepertinya sudah mendarah daging.

"Tau tuh! Sok banget ga sih?" Yezekiel ikut menimpali.

Tarendra meluruskan kakinya, dengan kedua tangan di belakang tubuhnya untuk menumpu berat badannya. "Udahlah. Dari tadi lo berdua kagak bosen-bosen apa, ngomongin tuh guru? Gue yang denger aja bosan." Dia menggoyangkan kedua kakinya, untuk melemaskan otot kaki.

"Kesal aja gue, Tar. Pengen gue depak aja tuh guru dari sekolah." Haikal.

Kenan meneguk minuman dinginnya. "Lagian, salah kita juga sih. Belum bel istirahat, udah main nyelonong aja. Ya wajarlah dia marah."

Semua menoleh padanya. Membuat Kenan mengernyit bingung. Apa ada yang salah dari perkataannya? Pikirnya.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Lo ga sakit kan? Kenapa lo tiba-tiba jadi berada di pihak itu guru." Deryl mendelik.

"Lah? Yang gue bilang emang benar kan? Emang lo semua ga bosan apa, gonta-ganti wali kelas mulu? Udahlah, buat kali ini biarin Bu Ruby jadi wali kelas kita. Hanya setahun kok."

"Ciuh! Ga sudi gue!" Haikal membuang pandangannya.

"Tapi, Bu Ruby cantik ga sih?" Seloroh Semi.

Yezekiel melotot pada Semi. "Katarak mata lo? Mukanya biasa-biasa aja kali."

"Mata lo kali yang katarak Yez. Orang cantik gitu," Bela Lukas.

Rehan menatap sinis Lukas. "Cewe mana sih, yang ga lo bilang cantik? Semua cewe yang lo temui di dunia ini, pasti lo bilang cantik!"

Lukas membaringkan tubuhnya di lapangan. "Ya jelas lah gue bilang cantik. Kan cewe. Ya kali gue bilang ganteng. Aneh lo!" Katanya, kemudian dia memejamkan matanya.

"Terserah." Rehan malas menanggapi lebih lanjut.

"Gue kayaknya pernah deh, ketemu sama dia." Theo.

TEACHER • NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang