TEACHER 12

443 67 14
                                    

• H A P P Y  R E A D I N G •

Jefrey menyentuh pipinya yang habis terkena tamparan Ruby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jefrey menyentuh pipinya yang habis terkena tamparan Ruby. Ia tersenyum miring. Ditatapnya Ruby yang sudah menatapnya dengan nyalang.

"Berani-beraninya kamu me-"

"Bibir lo manis. Gue suka." Sela Jefrey tanpa tau malu.

"Jefrey Aksa Sadewa!" Hardik Ruby dengan napas memburu.

Jefrey diam. Ia masih menatap lekat manik Ruby. Manik itu terlihat merah berkaca-kaca menahan air matanya.

Ruby menunjuk Jefrey. "Keluar kamu dari rumah saya!" Sentaknya.

Jefrey sedikit terkejut. "Lo ngusir gue?"

"Iya! Now, get out of here!"

Jefrey tertawa sinis. "Seriously? Just because I kissed you, you are acting like this?"

"Ini hal biasa Ruby. Ga usah lebay deh." Lanjutnya.

"Mungkin ini biasa buat kamu! Tapi, buat saya kamu sudah keterlaluan! Apa yang kamu lakukan itu, kurang ajar Jefrey!" Air mata Ruby menetes.

"Keluar Jefrey..." Suara Ruby melemah di akhir.

Jefrey diam beberapa saat, sebelum ia memutuskan meninggalkan Ruby sendirian di dapur. Melihat Jefrey yang sudah pergi dari area dapur membuat Ruby meluruh ke lantai. Ia memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya di sana. Kini dirinya mulai menangis. Katakan saja ia lebay. Tapi, baginya apa yang dilakukan oleh Jefrey itu merupakan tindakan pelecehan. Di mana hanya satu pihak yang menginginkan, bukan keduanya.

"Hei..." Terdengar suara Theo. Kini lelaki itu berjongkok di depan Ruby.

Tadi, Theo tidak sengaja mendengar Ruby berteriak sembari memanggil nama Jefrey. Refleks ia segera menuju dapur. Namun, sebelum ia masuk, ia tak sengaja mendengar sedikit pembicaraan keduanya sebelum Jefrey keluar dari dapur.

Theo akui, Jefrey orang yang bertindak tanpa memikirkan resiko dari perbuatannya. Benar-benar defenisi laki-laki yang bertindak tanpa otak.

Melihat Ruby tak merespon dirinya, membuat Theo memutar otak. Theo menyentuh punggung Ruby. Mengusap punggung sempit itu dengan lembut. "Jangan nangis. Nanti Gio sama Cherry dengar." Ucap Theo.

Lantas, suara tangis Ruby perlahan mulai mengecil meskipun ia masih enggan untuk mengangkat wajahnya. Theo menghembuskan nafas samar. Dengan hati-hati ia mengangkat dagu Ruby, hingga wajah mereka saling bertemu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEACHER • NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang