TEACHER 07

601 112 13
                                    

• H A P P Y  R E A D I N G •

Ruby di bantu dua petugas PMR mengobati luka Johan, Jefrey, dan Jevano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruby di bantu dua petugas PMR mengobati luka Johan, Jefrey, dan Jevano. Ruby sendiri memilih mengobati Johan. Dari awal dia mulai mengobati Johan, mulut lelaki itu tidak bisa diam. Selalu saja mengomel. Benar-benar membuat telinga Ruby terasa panas.

Ruby menghentikan kegiatannya yang tengah memberikan obat merah di sudut bibir Johan. Gadis itu menghela nafas kasar. "Kamu bisa diam? Saya kesulitan ngobatinnya," keluhnya.

"Ya udah, ga usah diobati. Gue juga ga minta lo obati," ketus lelaki itu.

Dua anak PMR melirik ke arah keduanya. Mungkin mereka merasa sedikit aneh pada kelakuan Johan yang terlihat sedikit kurang ajar pada wali kelasnya itu.

Dengan kekesalan yang tidak terbendung lagi, Ruby menekan sudut bibir Johan sedikit kasar.

"Akh! Lo kalau ga ikhlas obatin gue, bilang anjir!" dia menjatuhkan tangan Ruby dari wajahnya.

Astaga! Demi apapun, ingin sekali rasanya ku pukul kepala lelaki ini!

"Zora! Lo aja yang obatin gue!" Johan menatap anak PMR yang bertugas mengobati Jefrey.

Zora menatap Johan dan Jefrey bergantian. "T-tapi gue kan lagi obatin Jefrey," ucapnya sedikit takut.

"Lo lebih takut sama si Jefrey atau gue!" suara Johan meninggi.

Ruby menyipitkan matanya menatap Johan. "Nih anak lama-lama makin menjadi. Marah-marah mulu," gumamnya.

Zora dengan takut menatap Jefrey. "Jef..."

"Sana gih, gue bisa ngobatin luka gue sendiri."

Zora mengangguk, lalu berjalan mendekati Johan dan mulai mengobati luka lelaki pemarah itu.

Ruby memilih duduk di kursi kosong samping Jefrey. Dia melirik sekilas lelaki itu. Jefrey terlihat tengah memasang plester di buku jarinya yang terluka.

"Kalian masuk pelajaran apa sekarang?" tanya Ruby.

Jefrey mengedikkan bahu tanpa repot menoleh pada Ruby.

Bisa-bisanya ga tau...

"Selepas dari sini, kalian bertiga langsung masuk ke kelas. Jangan bolos. Saya mau ke kelas 10." Ruby beranjak dari kursi.

Jefrey melirik gadis yang menjabat sebagai wali kelasnya, dari sudut matanya. Senyum tipis terbit di bibirnya, bahkan sangking tipisnya hanya yang mempunyai keahlian khusus yang bisa melihatnya.

"Zora, Hellen, saya balik ke kelas dulu. Makasih udah bantu ibu ya," ucap Ruby ramah.

Zora dan Hellen mengangguk dengan senyum kecil. "Iya Bu sama-sama. Ini udah jadi tugas kami," sahut Hellen.

Ruby mengangguk dan tersenyum. Dia menatap sekilas ketiga siswa kelasnya, lalu keluar dari UKS. Sudah lebih dari satu jam dia meninggalkan kelas 10 yang tengah diajarnya.

TEACHER • NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang