TEACHER 08

691 97 11
                                    

• H A P P Y  R E A D I N G •

"How about we make a pact?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"How about we make a pact?"

Ruby memejamkan matanya. Sebisa mungkin, dia mengontrol emosinya agar tidak memukul kedua wajah yang ada di depannya, yang sialnya rupawan.

"Perjanjian apa?"

Jefrey dan Johan saling memandang satu sama lain. Kemudian mereka menoleh ke belakang menatap temannya yang lain.

"Give us some time to discuss," ujar Johan.

Ruby mengangguk. Membiarkan Johan dan Jefrey berunding bersama teman-temannya. Ruby memilih untuk mengamati mereka. Otaknya juga mulai memikirkan, kira-kira apa yang ke-23 lelaki itu inginkan.

Sepuluh menit berlalu, Jefrey menghampirinya.

Jefrey tersenyum misterius. "Please walk over there miss," ucapnya sembari menunjuk dimana teman-temannya berkumpul.

Ruby mengikut saja. Hingga dia berdiri di depan ke-23 lelaki yang kini menatapnya dengan tatapan beragam jenis.

"So, perjanjian apa yang kalian maksud?"

Lukas beranjak, dan berdiri di samping Ruby. Tangannya bergerak merangkul pundak gadis itu. "Santai dong Bu, santai kayak di pantai..."

Ruby dengan cepat menepis tangan Lukas. "Yang sopan kamu sama guru kamu!" tegurnya.

Lukas menatap Ruby kaget. "Ibu bisa galak juga ya! Tapi, bukannya sangar malah kelihatan lucu di mata saya," Lukas tersenyum manis.

Ruby mendengkus. Membiarkan Lukas mengoceh. Dia kembali fokus menatap laki-laki yang tak jauh di depannya.

Theo menengadahkan tangannya. "Juan, kertas sama pena."

Kertas dan pena langsung berada di tangan Theo tanpa menunggu lama. Ruby sendiri heran. Entah dari mana asal kertas dan pena itu.

"Kasih kursi dulu dong, buat ibu Ruby tercinta kita ini." Tio menaruh kursi yang masih terlihat bagus, tapi memang sudah tak dipakai lagi di belakang Ruby.

Tio menepuk pundak Ruby. "Duduk Bu."

Ruby menoleh ke belakang. Mengamati kursi itu lebih dulu, sebelum memutuskan untuk duduk di sana.

"Yang pertama." Theo menulis angka satu di kertas itu.

"Kita mau nilai raport kita semester ini bagus, tanpa cela sedikit pun."

TEACHER • NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang