Pagi ini aku merasa hampa. Iya hampa karena list yang ada di otakku berbentuk padat sekeras-kerasnya. Bagaimana tidak, selesai mengerjakan selfproject jam 3 dini hari. Dibangunkan dengan 'halus' apa kak Rani. Lanjut tidur lagi, bangun karena lapar eh ternyata ditinggal ke pasar sama kakak kembar. Giliran makanan udah jadi, sambal tinggal ngulek, eh mereka datang. Astaga, sungguh pengen tak hiihhh.
"Kak Ran, jajan apa ke pasar?"
Ucapku sembari duduk disebelah kak Sada yang sedang asik dengan gambar-gambar miliknya."Beli tomat. Mau?"
"Aku bikin jus ya, kak! Makasih kakak cantik"
Aku bergegas kembali ke dapur dengan bahagia. Aku sangat suka tomat, apalagi yang sudah merah matang sempurna. Sangat menyegarkan.Samar-samar mendengar Rani dan Sada tertawa dengan keras. Kenapa sih mereka berdua itu? Masak iya gangguan? Ngga mungkin lah. Ku lanjutkan mencari tomat. Dan ternyata hanya ada 3 buah saja. Yang benar saja Rani ngasih cuma tiga buah?
"Eh sotong. Goreng ah. Lumayan buat cemilan bertiga. Sambel yang tadi juga masih. Ah mantap."
Tanpa basa-basi lagi langsung menggoreng sotong yang mungkin hampir 50 biji. Tak lupa aku pesan 1 kg ceriping singkong lokal deket rumah. Nikmat mana yang kamu dustakan? Modal dikit lah ya. Kembar udah ke pasar aku ganti dengan keripik singkong buat teman nyantai dan nugas di ruang tengah. Baik kan aku?
Setelah selesai, aku merasa badanku lengket. Iyalah belum mandi padahal sudah hampir jam sebelas. Jorok? Kayaknya engga. Hehehe
"Kak, nanti kalau ada ceriping dateng tolong diterimain ya. Sotongnya udah aku goreng. Awas kalau kalian makan duluan." Ucapku sembari menaiki tangga dan bergegas mandi.
"Okey!" Jawab kak Rani. Hanya kaka Rani yang menjawab. Sada? Jangan harap ia menjawab kalau kakakku yang satu itu sudah fokus sama gambarnya. Autobudek. Eh. Maapkan adekmu yang ganteng ini kak.
Mandi tak perlu lama yang penting basah. Peribahasa mana itu? Itu salah satu istilah yang aku pakai sebagai formalitas aja. Tapi jangan salah aku selalu wangi dengan sabun antiseptik gambar daun warna merah pilihan bunda.
"Dek! Kalau lama kuhabisin nih yaa!"
Oh Tuhan. Tidak boleh. Dengan cepat memakai kaos rumahan warna biru muda dan celana kolor andalan warna biru tua. Bukan sok stylish. Tapi aku pake sedapetnya tangan ini ngambil pakaian. Rambutku masih basah berantakan. Ngga begitu panjang sih tapi yaa bisalah di berantakin ngga kaya rambut kak Sada, Cepak. Biar irit sampo katanya. Hah suka-suka dia ajalah.
"Kok dapet bubuk balado kak?"
"Punya Bunda" Jawanya sambil meringis ngga jelas
"Mau dong. Kurang mantap kalau ngga pedes."
"Bener banget."
Tak lama. Terdengar Sada grupyuk sendiri. Ia mengemasi laptop dan kertas-kertas yang tadi ia gunakan. Ia meregangkan badan dan
kreeek
Suaranya merdu saudara-saudara. Pasti plong banget itu habis duduk lama kan pegel. Setelah selesau lanjut ngulet eh dapet bonus bunyi merdu. Mana nguap lebar pula. Capek kayaknya kakak sulungku ini.
"Minta cemilannya dong, Di." Ucapnya sambil nyomot ceripinh di toples.
"Tinggal ambil juga." Ucap Rani
"Sensi amat sih Ran. PMS ya?"
"Udah lewat kak, udah selesai."
"Ohh, ini sotong tadi kamu goreng semua Di?"
"Kusisain setengah kak. Yang bener aja 100 biji digoreng semua."
"Ya kali aja, kamu kan suka makan. Apalagi buah. Eh bikin rujak yok. Biar seger."
"Nanti ajalah kak, masih banyak makanan juga. "
Sada manggut-manggut lucu. Beneran deh walaupun Sada itu laki-laki, tapi kadang dia lawaknya receh banget. Tapi maaf nih, ramahnya kalau dirumah doang. Kalau diluar kayaknya salju Antartika pun kalah. Cuek plus bikin orang naik tensi. Yang tensinya kurang, bisa tuh temenan sana Sada. Kuat sehari aja Dah uwoww.
Aku Adyatma, sekeluarga memanggilku Ady, termasuk dengan om-om yang selalu mengikuti Ayah. Namun di sekolah aku memperkenalkan diri dengan nama Atma. Karena ada nama yang sama di kelasku. Aditama. Mirip kan? Semuka-mukanya pun mirip. Sebenarnya aku ngga suka di mirip-miripkan dengan orang lain. Tapi kenyataannya memang sangat mirip. Kalau orang baru menyapa mungkin mereka mengira kami adalah orang yang sama. Sungguh menyebalkan.
"Kak Sada, nanti teman-temanku mau kesini."
"Oke, nanti pake aja halaman belakang ya. Aku mau kelompokkan pake ruang tengah."
"Kalau gitu Rani main aja lah ya?"
"NGGAK!"
"Allahuakbar! Galak amat sih!"
"Kamu dirumah aja, nonton drakor kek atau setoran hafalan sana. Keselip sama Ady baru tau rasa kau." Celetuk Sada sembari mengunyah ceriping singkong.
"Emangnya udah sampai berapa kamu, Dek?"
"28 kak. Udah ya aku mau lanjut tidur deh. Masih ngantuk aku."
"Tidur apa bikin project? Ngga usah boong deh dek. Semalam pamit tidur malah baru tidur jam 3. Apaan tuh?"
Aku hanya tersenyum menanggapi kak Rani. Dia memang menyebalkan tapi kalau sudah menyangkut kesehatan kami kompak. Lagian aku Rani dan Sada hanya selisih satu setengah tahun. Namun karena otak Sada encer macam air PAM, ya begitulah dia lolos akselerasi. Sedangkan Rani tidak berminat mengikuti akselerasi. Jadilah aku sekarang kelas XII di usia 17 tahun 9 bulan. Rani usia 19 tahun 4 bulan kini duduk di bangku kampus semester 2, sedangkan Sada sudah duduk di semester 4 di usia yang sama dengan Rani.
Terkadang aku heran sama kakakku. Mereka dari keluarga militer tapi sepertinya mereka ngga berminat sama sekali untuk melanjutkan karir ayah di militer. Namun bagus juga sih. Lagian Ayah memberikan kebebasan pada kami untuk memilih jalan sendiri sesuai minat. Sedangkan aku? Masih bingung mau ngapain sehabis ini.
Ada yang mau kasih ide ngga? Ady bingung nih mau ke militer sama seperti ayah atau karier yang lain.
09112021
Haiii apakabar semua?
Sehat? Semoga kita semua dalam keadaan sehat yaa. Aamiin.
Makasih buat voment-nya yaa
Semoga ada feel-nya yah cerita ini.
Jangan lupa bersyukur kawand ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
General Fiction#KaryaTiRere _________________________________________ Adhitama dan Adhyatma ternyata adalah saudara kembar. Mereka dititipkan oleh kedua orang tuanya pada dua pasangan suami istri yang berbeda. Orang tuanya harus rela menitipkan putra kembarnya it...