Sebelas

23 5 0
                                    

Ternyata part nya Nam-Jin banyakT_T apa buat book khusus untuk dia? Ga deh, ini book banyak yang baca, hampir 100+ kalau digabung semua. Tapi Vote nya jauhhh banget. Tolong dihargai yaa karya author nya. Mari kita mulai dengan part nya Nam-Mi~

*** 

"Mom, aku pergi ke sana dulu ya?" Nam Mi meminta izin kepada Seokjin. 

"Pergilah, tapi jangan terlalu jauh." Nam Mi mengangguk. Ia pergi ke sekelompok anak-anak kecil, umur mereka sekitar 6 tahun sampai 8 tahun. 

"Hai, kakak boleh ikut main sama kalian?" 

"Tentu, ayo main lompat tali, Kak!" Salah satu dari mereka menggandeng tangan Nam Mi untuk bermain lompat tali di tengah taman. 

Nam Mi berjalan menuju tempat yang ditunjuk gadis kecil itu. Bermain bersama, sesekali bercanda ria, dan duduk ketika merasa lelah. 

"Kalian mau membeli sesuatu di kios itu?" Tanya Nam Mi.

Sontak keempat gadis kecil itu menggeleng, "Kenapa?" Mereka tetap diam. Seakan-akan ada sesuatu yang menakutkan disana. 

"Apa ada sesuatu yang kalian takutkan? Atau disana pemiliknya jahat?" salah satu mereka mengangguk dengan kepala yang sedang menunduk. 

"Kakak lihat dulu ya?" 

"Tidak, jangan kesana Kak. Nanti Kakak dipukul sampai nangis." Nam Mi terkejut. Ia memanggil penduduk setempat yang dirasa tahu tentang kios itu. 

"Oh kios itu, pemiliknya suka mabuk. Jadi, kalau beli jangan sendirian, sama orang dewasa kalau kesana. Kalau perkara pukulan, saya kurang tahu. Karena biasanya anak-anak yang suka ribut disana." Nam Mi mengangguk, paham. 

"Baiklah, terimakasih atas info nya." Penduduk setempat itu pergi dengan keranjang belanja yang di gantung dilengannya. 

"Oke, bagaimana kalau kita beli eskrim yang ada di toko seberang?" Keempat gadis itu mengangguk senang, mereka tak lagi suram. 

"Ayo jalan!" 

"Go! Go!"

***

Nam Mi memperhatikan keempat gadis kecil yang sedang bersama nya, ia merasa bahwa mereka adalah anak kembar. Tapi pada kenyataan nya, mereka beda ayah, beda ibu. Entah kenapa mereka bisa memiliki paras serta tinggi yang sama. Padahal, 2 dari mereka adalah anak yang berusia 8 tahun. 

"Kalian rumah nya dimana? Mau kakak antar kerumah?" Yang termuda dari mereka mengangguk, sementara yang lain menggeleng. 

"Rumah mu dimana?" Gadis yang paling muda menunjuk kearah barat. Nam Mi bingung, pasalnya disebelah sana tak ada gedung maupun toko, hanya ada jalan lurus tanpa persimpangan. 

"Dimana itu? Kakak gak lihat ada rumah tuh." Gadis kecil itu hanya menunjuk diarah yang sama. 

"Kamu ga bisa ngomong?" Gadis itu mengangguk. 

"Ini ada kertas, bisa nulis 'kan?" Gadis itu menerima kertas serta pulpen yang dipinjamkan oleh Nam Mi. 

" Nun jauh disana, itu ada Eomma ku. Kata bibi, Eomma ada disana. Jadi kalau mau pulang kesana saja. " Nam Mi membekap mulutnya rapat-rapat. 

Rupanya, gadis kecil itu yatim-piatu. Ia merasa bersalah dengan gadis itu, segera ia tulis beberapa kalimat di kertas itu. 

" Maafkan kakak ya? Kakak ngga tahu kalau kamu ga punya orang tua, kalau boleh tahu rumah bibi kamu ada dimana? " Gadis itu menggeleng tanda tidak tahu. 

Nam Mi masih bingung, untungnya masih ada anak-anak yang lain disana. 

"Kamu tahu rumahnya dia dimana?" 

"Ih, kakak jangan main sama dia. Dia bau, dia suka tidur diatas kardus dan disamping tempat sampah." Anak itu menutup hidungnya ketika melihat gadis yang sedang Nam Mi bantu. 

"Adek ga boleh ngomong gitu, ngga sopan. Dengerin kakak, kamu harus menghormati siapapun itu, meski dia masih kecil, jangan pernah mengejek. Kamu mau kalau teman-temanmu mengejekmu?" Anak kecil itu menggeleng. 

"Nah, lain kali jangan begitu ya? Katakan dengan jujur, dia tinggal dimana?" 

"Disebelah rumahku, ada di apartemen itu, dilantai 15, rumah nomor 23B." Nam Mi mengangguk pelan. 

"Nah gitu donk, kalau kamu jujur, orang lain pasti suka sama kamu. Jangan diulangi, oke?" Nam Mi mengangkat tangannya keudara dan di beri high-five oleh anak itu. 

"Hati-hati mainnya ya!" Anak itu mengangguk sembari berjalan menuju jungkat jungkit. 

" Kamu belum mengerti ya? Katanya kamu tinggal di apartemen itu, ayo kakak antar kesana. " Nam Mi mulai menulis diatas kertas dan dibaca oleh gadis kecil itu. 

" Tidak mau, ada paman jahat disana. Aku takut dimarahin nanti. Ngga mau, takut."

" Loh, terus Bibi ada dimana?" 

"Bibi di rumah sakit, karena paman."

"Memangnya Paman apain Bibi?"

"Paman mukul Bibi pakai tongkat, terus kata dokter, Bibi patah tulang. Jadi, aku ngga pernah ke apartemen itu lagi. Paman menakutkan." 

Nam Mi menggeleng-gelengkan kepalanya, mengapa anak dibawah umur seperti gadis itu melihat adegan kekerasan yang dilakukan Pamannya sendiri? Ini tak bisa dibiarkan, ia harus melapor kepada pihak kepolisian. Tapi, ia tak bisa karena ia tak ingin terlibat lebih jauh lagi. 

"Kalau begitu, kamu pulang sama kakak-kakak itu kerumah mereka ya? Diluar dingin, nanti kamu sakit." Gadis itu mengangguk.

"Yasudah, Kakak pergi ke Mommy-nya kakak dulu ya? Kamu ikut sana sama kakak-kakak yang lain disitu." Gadis itu mengangguk dan meminta izin untuk mengambil kertas penuh tulisan tangan. 

***

Tbc

Jengkel ga tuh sama si "Paman" ?
Semoga bisa suka, vote nya tolong:> 

2021-11-09

NamJin Fanfiction : Don't Go Kim Namjoon! [DON'T GO THE SERIES 3] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang