"Mommy..." Suara Nam Mi terdengar lirih diatas sofa, Seokjin yang merasa terpanggil segera mendatangi putrinya.
Seokjin dibuat syok ketika melihat keadaan Nam Mi. Hidungnya berdarah, wajahnya terlihat pucat pasi, dan tangan nya bergetar. Seokjin menelepon Nam Jin yang sedang berada di pos polisi depan apartemen.
"Nam Jin! Halo?!" Seokjin memanggil dengan tergesa-gesa.
"Nee? Aku sedang mendengar, ada apa?"
"Adikmu hidungnya berdarah lagi, kali ini ia pucat!"
"Hah? Baik, aku datang secepatnya." Nam Jin menaruh ponsel di tas nya dan berlari meninggalkan pos polisi.
Ia terus berlari menaiki tangga, enggan menaiki lift yang disediakan. Nafasnya mulai terengah-engah, namun ia tetap berlari dengan kecepatan penuh. Sepertinya, hanya ia saja yang bisa membuat Nam Mi merasa baikan.
Bruak!
Pintu dihempas kasar ketika kode sandi nya sudah dimasukkan, Nam Jin berlari menuju sofa dan memakai sarung tangan tebalnya.
Hanya beberapa usapan di kepala, perut, dan telinga, Nam Mi sudah merasa baikan.
"Sudah?" Seokjin membuka suara.
Nam Jin hanya mengangguk sembari mengelap hidung sang adik dengan telaten. "Dia sedang melihat memori ku, Mom. Aku lupa menghapus memori yang tertinggal di barang-barang yang kupakai. Aku minta maaf, Nam Mi, Mommy..." Ujar Nam Jin lirih. Ia sekarang mulai ceroboh, entah mengapa.
"No problem, Kak."
"Iya, tak apa. Mommy tahu tadi kau sedang terburu-buru, dan Mommy hanya membiarkan gelas itu diatas meja tanpa memindahkannya." Seokjin hendak mengambil gelas itu, namun Nam Jin menahannya.
"No, jangan diambil. Biarkan aku yang mengambilnya dan mencuci nya." Nam Jin berdiri sembari mengambil gelas nya. Ia berjalan pelan kearah dapur dan menatap gelasnya.
"Bodoh... Kau bodoh, Nam Jin... Kenapa kau biarkan adikmu memegang gelas itu, hah?!" Ia berteriak pada dirinya sendiri. Nam Jin merasa bersalah kepada adiknya.
***
Jauh di hutan yang dingin, Namjoon memeluk kakinya menahan dingin. Ia mengedarkan pandangannya disekitar tempat itu. Belakangan ini, ia melihat sekelebat memori putra, putri, dan Seokjin. Awalnya ia merasa ragu kalau itu adalah anak-anaknya, namun ketika ia melihat lebih teliti, itu benar-benar anaknya.
"Hei, bedebah. Kau tak ingin makan?" Namjoon mendengus kesal. Akhirnya, ia memakan makanan itu tanpa ragu. Sudah hampir 9 tahun ia tak makan.
Dengan cepat, Namjoon menghabiskan apa saja yang ada di piringnya.
"Kau tak mengucapkan terimakasih padaku?"
"Terimakasih." Ucapnya dengan cuek.
"Kau ingin keluar?" Namjoon mengangguk singkat.
"Kalau begitu, maukah kau melakukan apa saja yang kuperintahkan?" Namjoon menggeleng.
"Baiklah, kau tak akan kubebaskan."
"Biarkan saja, nanti anak-anak ku yang menemukanku." Namjoon menyenderkan punggung nya ke dinding batu itu.
"Kuharap mereka tak tersesat ketika memasuki hutan ini." Orang itu terkekeh dan meninggalkan Namjoon yang sedang menatap dirinya tajam.
"Nak, temukan Papa saat musim gugur datang. Nanti, Papa akan memberikanmu sebuah pesan, hanya kau dan Papa yang bisa membacanya. Selamat tidur, nak." Namjoon berbicara dalam batinnya. Ia harap, Nam Jin bisa menemukannya saat musim gugur tiba.
***
"Nam Mi, ke tempat itu, yuk?" Nam Jin membisikkan sesuatu pada adiknya dan dibalas anggukan kecil.
Nam Jin dan Nam Mi kini berada di bus kota. Sepanjang perjalanan, adik-kakak itu hanya diam tak berbicara.
Lima belas menit berlalu, mereka berdua sudah sampai di tempat tujuan. Nam Mi menanyakan alasan apa yang membuat kakak nya mengajak dirinya ikut ke tempat yang hanya mereka yang tahu.
"Papa mengirimkanku pesan rahasia saat aku sedang tidur siang. Kau ingin tahu?"
"Euum! Katakan!" Nam Jin mengusap kepala Nam Mi dengan gemas, ia mulai membuka kursi lipat dan menduduki nya.
"Papa bilang, kita harus ke hutan itu pada bulan September sampai bulan November. Atau, paling tidak kita harus kesana saat musim gugur. Katanya, cukup mencari bukti, jangan menemui Papa. Kau tahu alasannya, 'kan?" Nam Mi mengangguk dan tersenyum.
"Tapi, bagaimana dengan Mommy?"
"Bulan September sampai Desember Mommy pergi ke pulau Jeju untuk urusan bisnis. Jadi, kita bisa bebas diantara pertengahan bulan September."
"Okay!"
"Jaga rahasia nya, oke? Jangan beritahu teman-temanmu." Nam Mi mengangguk dan tersenyum lebar, ia merasa bahwa dirinya akan bisa menemukan sang Papa dalam waktu singkat.
***
To Be Continued
Hai! Kembali lagi.
Oh ya, Seokjinie-yaa! Saengil chukhae hamnida! Maaf ngucapinnya telat, padahal kemaren author masih aktif di weverseTT
By the way, comment nya kalian mana? Absen dulu sini! Yang gak absen entar digigit lho!
Semoga bisa suka~
2021-12-05
![](https://img.wattpad.com/cover/286259901-288-k940170.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NamJin Fanfiction : Don't Go Kim Namjoon! [DON'T GO THE SERIES 3] [END]
Fanfiction"Please... tinggallah bersama kami " "maaf, aku harus pergi" "tidak! kau tidak boleh pergi" "maaf..." *** "Kau sudah siap untuk berpetualangan bersamaku?" "Lebih dari siap!" *** Don't Go The Series is back~ [seri terakhir] a mature content mpregg...