Sembilan

28 6 0
                                    

"Mommy-yaa, aku ingin permen ituu." Nam-Jin yang berusia 6 tahun itu menarik-narik ujung baju milik Seokjin.

"Sabar sayang, Mommy harus mengambil uang kembaliannya." Seokjin dengan sabar menarik tangan mungil milik Nam Jin dan menggenggamnya.

"Ini kembaliannya, semoga hari anda menyenangkan." Seokjin membalas dengan senyuman, segera ia berjalan kearah pemilik gerobak permen. 

Setelah membeli permen yang diinginkan oleh anak sulungnya, Seokjin kembali membeli beberapa boga laut. Nam Jin gabut, ia dititipkan sebentar di pemilik kedai jajangmyeon langgangan Seokjin. Yah, meski disana banyak anak-anak seusia Nam Jin, Nam Jin merasa ia tak selevel dengan mereka. Ia lebih suka bermain dengan anak-anak yang memiliki pola pikir yang lebih dewasa alias anak-anak remaja yang ada di sekitar SMP Saera. 

"Hei Nam Jin, ada apa? Kau lapar?" Nam Jin menggeleng.

"Kau ingin membeli camilan?" Nam Jin kembali menggeleng.

Wanita yang bertanya pada Nam Jin kembali berkutat dengan mangkuk-mangkuk yang kotor, mencuci piring. 

Nam Jin merasa bahwa, Jika ada Daddy nya disini. Pasti ia akan dibawa kemanapun yang ia inginkan. Sudah lama Nam Jin bermimpi bahwa ada seorang lelaki yang usia nya terpaut 1 tahun lebih tua dari Mommy nya memeluk dirinya dengan pelukan hangat. Dalam bayangannya, lelaki itu memiliki dimple yang manis. Ketika lelaki itu tersenyum, kedua lesung pipi itu langsung tercipta dengan sempurna. 

Ahhh..., Nam Jin hanya bisa melihat bayangan-bayangan tentang ayahnya. Tak pernah sekalipun melihat Foto-foto ayahnya di rumah Seokjin. Entah kenapa, anak seusia Nam Jin sudah bisa merasakan apa itu cinta, apa itu rindu, apa itu rasa sakit, apa itu merasa kehilangan, juga apa itu bayang-bayangan. Padahal, anak seusia nya biasanya hanya tahu menangis dan bermain. 

Baik, mari kita cari lokasi Seokjin. 

Kini, Seokjin sedang dalam perjalanan ke kedai jajangmyeon langgangan nya, hendak menjemput sang anak. 

Setelah sampai, Seokjin pamit kepada pemilik kedai dan membawa Nam Jin kerumah. Di perjalanan, Nam Jin melamun. Menatap kosong pada gedung-gedung tinggi, sesekali ia menatap langit biru bersih tanpa adanya awan putih. Juga, Nam Jin sesekali menatap pergelangan tangannya yang terdapat gelang berwarna silver, berliontin bintang serta oval yang berwarna biru. Kata Mommy, itu menunjukkan bahwa ada Daddy yang memeluk nya dimanapun dirinya berada. 

Nam Jin merasa bahwa liontin itu tak cocok baginya juga bagi Daddy nya. Ia merasa bahwa dirinya dan daddy nya cocok memakai liontin tanpa bentuk. Sang mommy menolak secara tegas jika disuruh memilih antara ada liontin atau tidak. Entah ada alasan apa yang ada di hatinya. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Nam Mi-yaa, kau dimana? Mommy pulang." Seokjin menaruh kantong belanjaan didepan rak sepatu, mencari keberadaan anak keduanya.

"Disini, Mom!" Nam Mi berteriak dari arah pukul sembilan, tepat lima meter dari tempat seokjin berada.

"Oh, lagi ngapain?" Seokjin menenteng kantong belanjaan nya untuk ditata di kulkas.

"Menggambar, Mom." Seokjin ber-oh ria. 

Nam Jin tak menyapa sang adik, hanya berlalu ke kamarnya. Merebahkan diri ketika sudah sampai didepan kasurnya, memejamkan mata perlahan. Dirinya merasa berat ketika berpikir tentang sang ayah. Sangat mengherankan bukan jika anak seusia enam tahun mampu berpikiran dewasa. Nam Jin mengacak-acak rambutnya, segera berdiri dan berjalan kearah lemari pakaian yang berwarna biru langit dan memasuki nya. 

Segera, Nam Jin menyamankan dirinya didalam lemari itu. Melepas beban otak, merilekskan otaknya, dan tertidur. Sudah menjadi kebiasaan baginya ketika ingin menyendiri. Adiknya tak pernah tahu jika dirinya sering tertidur didalam lemari pakaian, hanya Seokjin yang tahu. 

***

Maaf kalau sekali update hanya segini. Gatau mau nulis apa. 

Buat yang masih ga paham, bakal kujelasin kenapa Nam Jin bisa kayak gitu. 

Waktu Nam Jin memasuki usia empat tahun, ia sering merasa pening dikepala nya akibat sering membayangkan pelukan Namjoon, tentunya dengan bayang-bayangan yang memburam. Sesekalinya ia memikirkan ayahnya, dirinya selalu tertidur tanpa sadar didalam lemari pakaian. Bisa dibilang antara tak sadar dan sadar. 

Mungkin, untuk anak seusia nya didunia nyata, ga ada kali yaa? Ya memang ga ada. Anak seusianya aja cuman tau nangis ama main:>

See u in the next chapter~

~Love From Rain~

2021-11-06

NamJin Fanfiction : Don't Go Kim Namjoon! [DON'T GO THE SERIES 3] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang