Hari Senin adalah hari di mana murid-murid mengeluarkan lebih banyak keluhan. Karena apa? Jelas karena upacara bendera. Beruntungnya, cuaca hari ini lumayan mendung, dan para murid sangat berharap jika hujan akan turun sehingga upacara bendera akan otomatis dibatalkan.
Pukul tujuh kurang lima, para murid sudah diminta untuk berbaris rapih di lapangan. Namun, jelas ada beberapa murid yang bandel dan tidak peduli dengan teriakan para anggota OSIS yang meminta mereka keluar kelas. Lagi pula, anak-anak OSIS hanya menyuruh lewat teriakan dari tengah lapangan, bukan menghampiri secara langsung. Jadi, semakin para pemberontak mengabaikan. Seperti empat perempuan yang kini masih santai di bangkunya masing-masing.
"Ujan, plis! Ujan, yuk, ujan!" ucap Vivi penuh harap sambil menatap langit yang semakin gelap.
"Bismillah, ya Allah turunkan rahmat dan nikmat-Mu dalam bentuk hujan, ya Allah." Zyana menangkupkan kedua tangannya lalu mengusapkannya ke wajah. Ajaibnya, tak lama setelah itu, gemuruh terdengar menggelegar, dan air setetes demi setetes mulai turun membasahi lapangan yang akan digunakan untuk upacara.
"Anjay, doanya Ropeah manjur banget," celetuk Aylin yang melihat gerimis turun setelah Zyana berdoa.
Rara mengangguk setuju. "Tuh, Vi! Doa yang bener. Udah orangnya nggak bener, doa juga nggak bener, curiga otaknya apalagi."
Vivi melirik Rara sinis. "Lo, tuh, yang nggak bener!"
"Udah, yang adil, tuh, Alin doang yang bener," ujar Aylin menengahi.
Sontak Zyana menatap Aylin sengit. Tentu gadis itu tidak menyetujui perkataan Aylin. "Cih, mana ada lo bener, yang ada lo biang kesesatan."
"Justru yang paling menyesatkan di sini, tuh, lo," balas Vivi santai.
"Rara, noh!" tunjuk Zyana pada Rara.
"Apa-apaan? Kok gue, sih, anjir?!" Rara memelototi Zyana kesal.
Zyana mengangkat bahu cuek. Tatapannya beralih pada koridor kelas yang tak kunjung ramai. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya, memikirkan sebuah pertanyaan. "Jangan bilang kepsek masih mau lanjutin upacara?"
Ketiganya sontak mengikuti arah pandang Zyana. Mereka segera mengerutkan keningnya.
"Lah iya? Kok belum balik?" tanya Aylin bingung.
"Kepsek sudah menggila, guys." Vivi masih menatap koridor dengan pandangan prihatin. Tentu kasihan pada murid-murid yang memilih untuk berbaris di lapangan dan mengikuti upacara.
"Eh! Eh! Pak Fad keluar barisan, Njing! Pasti keliling, nih!" heboh Zyana yang melihat ke barisan para guru.
Sontak ketiga sahabatnya ikut panik. Mereka bersiap untuk keluar kelas.
Drtt drttt!
Rara menyalakan handphone-nya yang bergetar. Satu notifikasi pesan muncul dari pujaan hatinya. Namun, itu juga membuatnya bingung.
Ayang♡ : ke tmn blkang skrng. Ak tnggu.
"Guys, gue tau kudu kabur ke mana."
...
Sesampainya di halaman belakang, mereka berempat segera menuju danau. Di sana, seorang laki-laki yang memakai sepatu sneaker berwarna putih, kaki yang dibalut celana jeans hitam, serta badan yang ditutupi jaket denim sedang berdiri menatap danau dengan tenang.
Zyana, Aylin, dan Vivi langsung berhenti dan menjaga jarak. Membiarkan Rara menemui laki-laki itu dan memberi mereka berdua ruang, meskipun ketiganya tetap ingin tahu isi pembicaraan kedua sejoli itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK 2
Teen Fiction"Nyesel gak, sih, kalian karena sekarang kita dapet luka mulu? Berubah haluan jadi sadgirl, huhu ...." "Kita sendiri yang mulai, kalau dapet karma, ya, wajar aja. Udah hukum alam kali." "Sekarang mau main-main sama luka?" "Siapa takut? Terobos ajala...