Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, tapi Vivi sudah memaksa sahabat-sahabatnya untuk segera meninggalkan kawasan sekolah. Tentu saja dibalas gerutuan oleh Zyana, gadis itu malas jika harus berdesak-desakan untuk menuju parkiran sekolah. Aylin, sih, oke-oke saja, ia tidak memiliki masalah apa pun. Rara sendiri malah semangat, baginya ini waktu yang tepat untuk mencari cowok-cowok yang tampan. Siapa tahu ada yang tiba-tiba naksir gitu, 'kan? Meskipun sudah setahun mereka sekolah di SMA Melodi, tapi mereka juga belum mengenal banyak orang, apa lagi kelas sepuluh yang baru saja masuk.
"Nanti aja, sih, elah. Gerah, euy. Liat, tuh, para pipel yang sedang desek-desekan. Gue liatnya aja udah sesek napas, apalagi harus join," protes Zyana melihat ke arah koridor kelas yang ramai.
Aylin mengangguk setuju dengan Zyana perihal banyaknya murid yang berebut ingin segera sampai ke parkiran. Gadis itu menggeleng lalu berkata, "Udah melebihi pasar."
"Ih, ya Allah! Gemoy banget adkel Rara! Degem, woi! Degem!" pekik Rara saat melihat salah satu laki-laki yang sedang berdiri di pinggir lapangan.
"Yang mana, Ra?" tanya Zyana antusias. Jelas, kalau urusan cogan, dia mana pernah malas-malasan, yah ... kecuali jiwa-jiwa magernya memberontak.
Rara menunjuk laki-laki tadi dengan semangat. Matanya berbinar.
"Anjay, jodoh gue."
Pletak!
"Semua aja lo bilang jodoh lo, Rop," sindir Aylin setelah menjitak kepala Zyana pelan.
Vivi yang melihat sahabat-sahabatnya membahas cogan hanya memutar bola matanya malas. Bukannya dirinya tak peduli, tapi untuk saat ini, ia hanya ingin segera pergi dari sekolah.
Gadis itu langsung menarik tangan Zyana dan Rara, lalu berjalan ke depan, memaksa Aylin yang berada di depannya untuk melangkah. "Buru, Njing!"
Zyana mencebik kesal. Gadis itu menghentikan langkah Vivi dengan paksa. "Alasannya dulu! Bahkan gue belum ketemu sama Niko, lo udah nyuruh gue buru-buru balik."
"Gue nggak mau satu mobil sama Fero. Ogah banget gue," jawab Vivi dengan raut wajah seakan-akan melihat hal yang menjijikkan.
"Bilang, dong, dari tadi! Kuy ke rumah Vivi!"
Rara langsung menarik Vivi dengan semangat. Begitu pula dengan Zyana, ia tak lagi menolak atau menggerutu.
Aylin yang kini berada di belakang mereka hanya mendecakkan lidah sambil menggeleng. "Dasar! Kalau war aja semangat."
Setelah sampai di parkiran dengan beberapa usaha dan tenaga, mereka langsung masuk ke dalam mobil. Aylin yang ikut ke mobil Rara, dan Vivi ke mobil Zyana. Tak perlu banyak menunggu, keduanya langsung menyalakan mesin mobil bersamaan.
Zyana menyipitkan matanya menatap gerbang. Ia membuka kaca jendela dan memberi kode pada Rara untuk menunggu sebentar. Rara sempat bingung, tapi ia memilih untuk menurut. Setelah memastikan mobil Fero sudah tiba, Zyana langsung tersenyum miring. Melihat ini, Rara pun paham.
Keduanya langsung melajukan mobilnya dengan Rara dan Aylin yang berada di depan. Rara membunyikan klakson mobilnya dengan semangat saat berada di dekat mobil Fero. Hal ini membuat Fero menoleh. Tepat saat itu juga, mobil Zyana muncul di depannya. Fero dapat melihat Zyana dan Vivi dari kaca mobil samping yang dibuka. Laki-laki itu sontak melotot dan mengumpat, membuat Zyana tertawa kencang.
Vivi tersenyum miring menatap sepupunya. "Bye!"
"Turun, Vi! Atau gue aduin lo ke bokap lo!" teriak Fero emosi.
Vivi mengangkat bahunya tak peduli. Gadis itu memilih untuk memejamkan matanya sambil mendengarkan lagu dari earphone.
Zyana mengacungkan jari tengahnya sambil menyeringai. "Sampai jumpa beberapa saat lagi!" ucapnya lalu segera meninggalkan kawasan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK 2
Teen Fiction"Nyesel gak, sih, kalian karena sekarang kita dapet luka mulu? Berubah haluan jadi sadgirl, huhu ...." "Kita sendiri yang mulai, kalau dapet karma, ya, wajar aja. Udah hukum alam kali." "Sekarang mau main-main sama luka?" "Siapa takut? Terobos ajala...