8

23 6 1
                                    

Keesokan harinya, jam empat subuh di sekolah, sudah nampak siswa-siswi yang sangat antusias untuk mengikuti kegiatan camping.

Terlihat beberapa siswa diantar oleh orang tuanya, termasuk Arseen.

"Kamu hati-hati, ya!" Mamanya memeluk Arseen.

"Siap, Ma." Arseen mencium tangan mamanya.

Bagaimanapun sifat dan sikap Arseen, ia tetaplah anak laki-laki kecil dimata Mamanya.

Janshen yang sangat antusias menghampiri Arseen.

"Widih, udah siap lo?" Janshen berkacak pinggang, ia tampak mnggendong ransel berukuran sedang.

"Siap, dong. Lo bawa apa aja? Tas Lo kecil amat," Arseen menepuk-nepuk tas Janshen.

"Alat-alat seadanya, kalau makanan kan bisa..." Janshen menaikkan dua alisnya berulang.

"Gua aja gak bawa, hahaha. Makan batu aja lo disana," celoteh Arseen membuat Janshen jengkel.

Setelah itu, mereka berdua bergegsas menuju sumber suara speaker dan berbaris bersama teman lainnya.

Seluruh guru telah mengecek kedatangan siswa-siswi dan terdeteksi lengkap.

"Anak-anak, sebelum berangkat, marilah kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa, silakan!" Aba-aba Kepala Sekolah diikuti oleh siswa dengan menunduk.

"Berdoa selesai! Baiklah, sekarang kalian boleh naik bus sesuai dengan nomornya masing-masing. Fandi, tolong bagikan nomor ini ke teman-teman kamu," Fandi maju ke depan dan membagikan nomor itu.

Mereka mulai memasuki bus satu persatu, dan perlahan bus mulai jalan.

"Adik-adik, perjalanan kita mungkin memakan waktu sekitar tiga jam. Setelah sampai, kita harus langsung mendirikan tenda karena ini lumayan mendung. Jadi, gunakan waktu kalian untuk istirahat selama perjalanan," ucap Kak Rizky, pemandu camping.

"Baik, kak." Jawab mereka semua.

Pemandangan luar dari dalam bus itu sangat indah. Sehingga, tidak sedikit yang berfoto ria. Ada juga yang memainkan gitar bahkan menghabiskan cemilannya.

Masak daging kambing dengan sayur kol....

Mereka semua sangat gembira, tertawa bersama seperti sedang melepas semua masalah yang ada.

Tiba-tiba ada kabut tebal yang menghadang bus mereka, supir pun tidak tahu darimana kabut itu berasal. Bus tergoyang-goyang dan menabrak bebatuan besar.

"BRUAKKK!!!!" Suara hantaman itu terdengar sangat jelas. Serpihan kaca bertebaran.

Waktu memang tidak ada yang tahu, bebeberapa menit lalu, masih ada suara tawa yang amat ramai. Kini, semua itu berlalu ditelan oleh kenyataan dan waktu.

Darah mereka semua bercucuran mengalir keluar bus. Asap akibat benturan mulai terlihat, diikuti oleh percikan api kecil dan....

"AAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!" Lala berteriak sekencangnya setelah menyadari keadaan bahwa...

Dia hanya mimpi

"Heh, bangun lo!" Bulan yang duduk disampingnya pun ikut terbangun karena kaget.

Wajah Lala masih terlihat sangat panik dan berharap itu mimpi, meskipun memang mimpi.

"Bulan, please sekarang gue lagi dimana? Apa kita lagi di surga bareng? Aduh!" Ucapan ngelantur Lala itu mengundang tawa seisi bus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ars Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang