3

108 18 2
                                    

Mereka semua telah tiba di lapangan yang luas itu.

"Aduh panas banget, luntur nih bedak gue," Salwa mengibaskan rambutnya yang tidak bersalah.

"Berisik!" sewot Janshen.

"Apasih, lo gak tau ribetnya jadi cewek, harus perawatan tiap saat!" sahut Sasa, teman Salwa.

"Oh," Janshen memutuskan untuk diam daripada harus pusing berhadapan dengan dua makhluk astral itu.

"Jadi anak-anak, ini siswa barunya." Pak Joko menggandeng seorang siswi yang dalam sekejap bisa menghipnotis mata para buaya disana.

"Wuih, gilasih ini mah bidadari, bukan siswi." Elvaro melongo.

"Subhanallah, jodoh gua nih, gak mau tau!" Lanjut Fandi.

"Arseen, lihat dia cantik banget woi!" Janshen menepuk-nepuk pundak Arseen hingga membuatnya risih.

"Biasa aja," Arseen sangat tidak peduli.

"Eh mata lo gangguan? Cantik begitu woi, gua juga mau," Janshen menggelengkan kepalanya, kagum.

"Yaelah Jans, gebet sana!" Arseen mendorong sahabatnya itu ke depan.

"Sebentar to, jangan ribut! Ini mau perkenalan. Diam ya?" Pak Joko sedikit kesal.

"Iya, Pak."

"Eh, hallo nama saya Arseaa Dealova."

"Hai Arseaa!" ketika para buaya bercelana semangat untuk menyapa, Arseen hanya diam dan memperhatikan cewek itu dengan biasa saja.

"Saya pindahan dari Smandu Jakarta, salam kenal ya." lanjut Arseaa, kemudian diikuti oleh sorak bergembira para manusia berjenis kelamin lelaki itu.

"Baik, perkenalan sudah cukup. Hari ini kita akan belajar tentang dasar permainan sepak bola," Pak Joko menepuk bola yang ada digenggamannya.

"Bapak bagi tim ya,"

"Iya, Pak."

***

"Hai kenalin, gue Nana. Salam kenal ya," Nana menjabat tangan gadis yang bernotabena siswa baru itu.

"Iya, gue Seaa. Salam kenal balik," Arseaa melontarkan senyum.

"Oh ya, nanti sebangku sama gue mau?" penawaran Nana itu dibalas anggukan oleh Arseaa.

Didalam kelas itu sangat ramai sekali, para cewek sibuk bermain hp, sedangkan yang cowok sibuk membahas siswa baru yang belum masuk kelas sekarang.

"Eh, Arseaa mana ya kok belum masuk?" Janshen mondar-mandir.

"Arseaa? Ngapain lo nyariin dia?" tanya Yovinka ketus.

"Apa urusannya sama lo? Cemburu ya lo haha," Janshen menaik-turunkan alisnya.

"Cih, pd banget lo gentong bocor! Mending juga gue mikirin kak Jovan yang ganteng dan gak bocor mulutnya kayak lo!" kesal Yovinka.

"Bodo," singkat Janshen.

"Nah itu dia si Arseaa. Arseaa, duduk sama gua nih bangku kosong," banyak yang menawarkan siswa baru itu untuk duduk bersama mereka.

"Ganjen kalian, dasar cowok!" Bulan menatap sinis.

"Huuuuu, bilang aja gak ada yang mau sebangku sama lo!" balas semua cowok di kelasnya, kecuali Arseen.

"Idih, maaf-maaf aja ya, gue juga gak mau sebangku sama laki yang modelnya kayak lo pada," kejulidan Bulan itu membuat semua lelaki dikelasnya bersorak.

Arseaa bingung karena belum terbiasa dengan sifat teman-teman barunya itu. Ia fokus pada satu lelaki yang sedari tadi diam, tidak seheboh teman laki-laki lainnya saat ia berkenalan.

"Hmm, gak asing mukanya. Tapi kenapa dia cuek banget ya?" batin Arseaa.

"Eh, lo ngelihatin si Arseen?" ternyata Nana memergoki mata Arseaa yang sedaritadi curi pandang.

"Eh, enggak kok. Oh iya, kita duduk dimana?" Arseaa berusaha mengalihkan obrolannya.

"Disi.." terpotong, Nana kaget karena ada tas dibangku sebelahnya yang daridulu kosong.

"Loh, kok?" Nana masih bingung siapa pemilik tas itu.

"Apa lo pegang-pegang tas gua?" Janshen duduk dikursi sebelah Nana dengan muka kusut.

"Loh, lo ngapain disini? Ini tempat duduk buat Arseaa!" Nana berusaha mendorong Janshen yang sudah menenggelamkan wajahnya di bangku.

"Berisik lo, mulai sekarang gua duduk disini." Janshen menghela nafas.

"Kenapa?" Nana masih saja bingung.

"Saya yang nyuruh, biar kalian gak kelihatan kayak homo. Masak kemana-mana sama cowok, jadi sebangku sama cewek sekarang." Pak Joko masuk ke dalam kelas itu lagi.

"Loh pak?" sebagian siswa mengeluh.

"Udah ikuti aturan saya, jadi kalian gak misskom satu sama lain. Ya sudah, bapak mau makan." Pak Joko keluar dari kelas.

"Lala, gue sama lo ya. Ramalan gua, kita bakalan damai kalau sebangku terus." Fandi menaruh tasnya di bangku sebelah Lala.

"Ih, apaan sih lo? Pergi sana! Gak sudi gue mau sebangku sama lo!" amuk Lala yang daridulu gedek dengan Fandi.

"Gue ramal, kita tetep bakalan jadi temen sebangku." Fandi duduk tanpa memperhatikan ocehan panjang Lala.

Semua telah duduk bersama teman baru sebangkunya. Hanya bangku sebelah Arseen yang kosong.
Tidak ada yang berani duduk disebelahnya, meskipun sebenarnya mereka sangat ingin. Mereka paham bahwa Arseen risih jika diganggu dengan suara-suara cewek.

"Arseaa, lo duduk sama Arseen sana!"

"Iya, taklukin tuh hati si batu akik,"

"Berisik," singkat Arseen.

"Hmm misi, gue boleh duduk disini?" dengan jantung berdebar, Arseaa memberanikan diri untuk mengobrol dengan Arseen.

"Duduk tinggal duduk," jawabannya itu membuat Arseaa sedikit kesal. Namun ia sabar, karena ia masih sangat baru disini.

Arseaa pun menggeser kursinya agak jauh dari kursi Arseen.
Semua mata tidak berhenti memandang mereka berdua.

Ars Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang