"Ramalan tentang garis tangan itu benar," ucap Fandi, teman sekelas Arseen yang senang membaca ramalan.
"Sok tau lo kayak dukun!" umpat Lala, orang yang paling benci dengan hal berbau ramalan.
"Gue mau ramal lo dong," Fandi menarik telapak tangan Lala.
"Shit! Gak usah narik-narik. Gue gak suka ya diramal gak jelas, apalagi sama orang kayak lo!" Lala menepis kencang tangannya.
"Pokoknya gua ramal, jodoh lu bakalan dateng dalam waktu lima menit," sontak pernyataan Fandi membuat seisi kelas itu garuk-garuk kepala.
"Apasih, gak banget!"
Lima menit berlalu, terdengar suara hentakan kaki mendekat ke arah kelas. Tak ada angin tak ada hujan, seisi kelas itu tercengang mengingat ramalan Fandi tadi.
"Satu..."
"Dua..."
"Tii......."
"Wooooaaaaaaaa!!!!!!!!!" histeris padahal tidak ada yang aneh sama sekali, bahkan ketika pemilik hentakan itu tiba dikelas.
"Kak Jeff?" semua mata tercengang melihat senior yang memiliki tatapan tajam dan kejam itu.
Jeff Aleandro, ketua geng Jeffers yang berpengaruh dan memiliki dark vibes dimata banyak orang.
"Ck, kenapa lo pada diem?" Jeff menatap satu persatu mata yang mulai sayu.
"Mampus lo Fandi," Lala tertawa kecil.
"Lah, kok gua sih?" Fandi berbisik dan menyenggol tangan Lala.
"Ada yang merasa punya masalah sama gua?" Jeff memukul pintu kelas dengan keras.
Mereka semua hanya terdiam. Ada yang menunduk, ada yang sibuk menutup muka dengan buku, ada yang sok bermain game.
"Jawab, ada yang berurusan sama gua, ha!" suara lantang itu semakin membuat mereka merasa di zona Mending Mati Aja
"Gua yang ada urusan sama lo!" suara berat itu terdengar dari belakang Jeff dan lima temannya.
"OMG! Pangeran gue jangan sampai lolos,"
"Suara siapa itu?"
"Siapa lagi kalo bukan Arseen,"
Mereka tampak berbisik-bisik tapi tetap menunduk.
"Awas, minggir lo!" Arseen menepis mereka yang berada ditengah pintu.
"Sen, tungguin gua!" Janshen nampak tertinggal dibelakang Arseen.
"Eh bocah, berani lo sama gua?" Jeff menarik Arseen hingga muka mereka bertatapan.
"Gua?" Arseen menajamkan tatapannya.
"Lo gak usah sok jagoan deh! Lo mau jadi pahlawan didepan temen-temen lo?" Jeff menampakkan senyum miringnya.
"Heran sama kakak kelas jaman sekarang, omongan gak ada yang bermutu, haha." Arseen membalas senyuman itu.
"Arseen, lo bacot ah! Tolongin gua dibelakang nih gak bisa masuk kelas," Janshen dihadang oleh kelima teman Jeff.
"Diem lo kecebong!"
"Ginilah, kalau lo ada urusan sama gua, one by one! Gak usah bawa pasukan. Kampungan!" ketus Arseen, lalu berjalan menuju tempat duduknya.
Jeff merasa direndahkan oleh adik kelasnya sendiri, ia berusaha untuk memukul, tapi ditahan oleh salah satu temannya.
"Pulang sekolah, Jeff santai"
Mereka berlima pun pergi meninggalkan suara gubrakan dipintu.
"Aduh sayangku, kamu gak papa kan?"
"Uuu kasihan my boy,"
"Kasihan gundulmu! Harusnya lo pada kasihan sama gua yang jadi tawanan mereka!" Janshen masuk kelas dengan ngegas.
"A L A Y," sorakan itu membuat Janshen menatap sinis mereka semua.
---
"Pagi semua!"
"Pagi pak!"
"Saya bawa sesuatu nih," Pak Joko, guru olahraga yang medhok jawanya itu memang sangat humoris dan friendly kepada murid-muridnya.
"Wah, pasti bapak bawa makanan ya,"
"Atau bapak bawa oleh-oleh dari jowo?" Bulan menirukan logat pak Joko
"Hahahahaha...."
"Tidak, saya membawakan kalian teman baru. Mau dikenalin to?"
"Mau Pak," Janshen paling semangat.
"Dasar jones," teriak Fandi dari belakang.
"Ngaca woi!" Janshen memalingkan muka.
"Sudah-sudah, bapak juga jones."
"Pak, mana siswa barunya?"
"Tau nih, katanya mau dikenalin,"
"Kalian tau kan ini jam pelajaran apa?" Pak Joko mengedip-kedipkan mata.
"Olahraga..." serempak.
"Pinter, berarti kenalannya di?"
"Lapangan," mereka tertawa melihat tingkah dan gaya bahasa Pak Joko.
"Pinter lagi, ya sudah sekarang kalian ke lapangan to?" Pak Joko membuka pintu kelas lebar.
"IYO TO PAK," mereka beranjak menuju lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars Love Story
Teen Fiction"Gak ada yang suka sama kesulitan, Seaa. Tapi kalau kesulitan itu tentang dapetin cinta lo, gua suka" -Arseen