"Nana!!!" Arseaa berteriak kencang saat melihat Nana memarkir motornya.
"Lo kenapa?" Nana menghampiri dan memegang jidat Arseaa yang sedikit panas.
"Oh, pantesan," lanjutnya
"Na, lo tau gak? Kemaren pulang sekolah, gue dibonceng sama setan!" Arseaa mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Hah? Eh lo lagi panas loh. Kayaknya lo kena gangguan jin parkiran," Nana menggelengkan kepala.
"Ih, serius gue! Lo tau gak? Gue nemuin setan itu pas di kelas, suaranya berat. Dan lo tau abis itu dia ngapain? Dia bawa gue ke parkiran. Aaaaa.... Gue takut!" Arseaa membayangkan dengan ngeri.
"Woi berisik lu berdua! Minggir, gua mau parkir motor," Janshen membunyikan klakson motornya.
"Bentar bagong, sabar kek!" Lalu mereka berdua minggir.
"Seaa, lo itu kebanyakan nonton film horor, jadi pikiran lo tu isinya setan, setan dan setan!" Cerocos Nana karena kesal.
"Kali ini enggak Na! Beda! Lo harus buktiin sendiri nanti pulang sekolah," Arseaa tetap mengeyel.
"Udahlah, ayok ke kelas. Bisa stroke ringan gue kalo dengerin kehaluan lo," Arseaa hanya membalas dengan cemberut, lalu mereka beranjak ke kelas.
----
"Sen, nanti malem ikut gua yok!" ajak Janshen dengan semangat.
"Hem, kemana?" Arseen memasang muka malas.
"Ada pasar malem nanti, kan lumayan kita jalan-jalan,"
"Mau ngapain kita?"
Arseen memang sangat malas pergi ke tempat yang menurutnya tidak penting.
"Ya kita main lah disana! Kita beli makanan, terus kencan juga," celetuk Janshen.
"Emang lo punya pacar, Jans?" Arseen tertawa kecil.
"Yee, sembarangan lo! Banyak yang tertarik dengan ketampanan gue," Jamshen menatap dinding-dinding kelas.
"Terserah aja, lo bahagia, gua juga." Singkat Arseen yang tidak mau berdebat panjang.
"Ehem," suara lembut khas cewek itu membuat Janshen bangkit dari duduknya.
"Dulan, sen." Janshen cengengesan sambil berpindah tempat.
Hening...
Tidak terjadi percakapan sama sekali antara Arseen dan Arseaa."Halo, semuaaaaaaaaaaa!" Suara menggelegar itu mengagetkan seisi kelas.
"Sasa bawa berita baik loh!" Gadis itu berdiri di depan kelas, membuat seluruh mata tertuju padanya.
"Apaan?" sewot Elvaro .
"Gini, jadi tiga hari lagi bakalan ada kemah di luar kota," sambung Bulan.
"Dimana tuh?" tanya salah satu siswa.
"Di daerah Bandung," Fandi menjelaskan.
"Kita nginep di Villa?" Lala kegirangan.
"Enak aja di Villa! Dimana-mana tuh kemah ya di hutan cengo!" Sahut Janshen.
"Eh ember bocor, diem deh lo. Kali aja kan kita kemah di Villa, secara sekolah kita high class," Lala mengibaskan rambutnya.
"Berisik! Besok kita bakalan dapet jadwal sekaligus surat izin orangtua,"
"Oke siap!"
"Pagi anak-anak!" Bu Rika membawa sejumlah kertas.
"Pagi, bu!"
"Hari ini kalian saya beri tugas kelompok untuk mengidentifikasi aksi kriminalitas yang telah tersedia di lembaran kertas ini," Bu Rika membagi setiap dua anak satu lembar.
"Kelompoknya satu bangku, biar gak ribet. Sekarang saya tinggal dulu karena masih ada rapat untuk membahas acara besok lusa. Dikumpulkan saat bel istirahat. Paham?" Sambung Bu Rika panjang lebar.
"Paham, bu."
Bu Rika meninggalkan kelas, mereka pun bersiap untuk mengerjakan tugas bersama teman sebangkunya.
"Sen, kita bagi ya tugasnya?" Arseaa membuka percakapan dengan sedikit ragu.
"Heem," singkat Arseen.
Tidak ada percakapan setelah itu, mereka fokus pada tugas yang telah dibagi.
***
Bel istirahat berbunyi, Fandi mengambil tugas teman-temannya.
"Buruan!"
"Bentar-bentar, kurang dikit." Janshen masih sibuk mengisi, sementara Nana mendekte.
"Lama banget lo nulis, kayak bekicot pincang." Kesal Janshen.
"Bacot lu, ini gua lagi cepet-cepet buat nulis. Lu dekte yang bener aelah," Janshen mencibir kesal.
"Ayo semua kasih ke gua, biar cepet istirahatnya!" Fandi mengambil dengan paksa semua tugas temannya.
"Udah selesai kan?" Arseaa lagi-lagi membuka obrolan.
"Udah," Arseen berdiri dan menyerahkan lembaran itu pada Fandi.
"Arseen, ayo ngantin!" Ajakan Janshen itu disambut rangkulan oleh Arseen.
"Itu cowok homo apa gimana sih? Sama cewek cuek, giliran sama cowok ramah. Ah udahlah, ngapain juga gua mikirin hal gak penting," batin Arseaa.
"Seaa, yuk!" Nana membuyarkan lamunan Arseaa.
"Eh, ayo!"
"Mbok, saya pesen nasi ayam bakar dua sama es teh dua," Arseen mencari tempat duduk.
"Hah? Gua kan belom bilang mau pesen apa, kok lu nyerocos ayam bakar sih? Kan-" ucapan Janshen terpotong.
"Bukan buat lu, kepedean. Lu pesen aja sendiri mau apa," Arseen menyengir.
"Hah? Jadi lu makan dua porsi sekaligus?" Janshen mengernyitkan alis.
"Halah diem aja lu!"
"Mas Arseen, ini sudah jadi," Arseen menghampiri si Mbok dan membawa dua bungkusan nasi itu keluar dari kantin.
"Lah?" Janshen bingung.
"Udah, lu diem aja disini. Tunggu 5 menit, oke!" Arseen berlari seperti terburu-buru.
"Itu bocah anehnya emang gak bisa dikontrol," cerocos Janshen.
"Mbok, saya mau pesen mie ayam sama es teh anget," Janshen masih menggaruk-garuk kepalanya.
"Hah? Es teh anget gimana mas?"
"Eh, es teh Mbok." Janshen tersenyum kuda.
"Oalah, gitu loh mas kan saja gak bingung. Ya sudah, tunggu sebentar,"
Janshen masih memperhatikan punggung Arseen yang mulai tak terlihat. Sementara Arseen sudah sampai di sebuah tempat, dekat parkiran sekolah.
***
"Ini buat kalian," Arseen memberikan nasi bungkus itu kepada dua gadis yang sedang duduk di sana.
"Makasih kak, maaf selalu ngerepotin,"
"Udah kalian tenang aja. Yaudah kakak mau kesana dulu ya!" Arseen pergi.
"Iya kak, makasih sekali lagi." Ucap kedua gadis itu dengan bahagia.
"Baik banget ya kak Arseen,"
"Iya, luarnya aja dia yang kelihatan galak. Aslinya dia peduli. Apalagi, dia tau keadaan kita secara langsung," Dua gadis itu berbincang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ars Love Story
Teen Fiction"Gak ada yang suka sama kesulitan, Seaa. Tapi kalau kesulitan itu tentang dapetin cinta lo, gua suka" -Arseen