Hujan di sore itu

795 38 0
                                    

Aku menengadah kan kepala untuk yang kesekian kalinya, menatap langit yang mendung sedari tadi pagi.

Hari yang kelabu di awal Minggu.

Di hari Senin tepatnya.

Arloji di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul satu siang, sudah cukup terlambat untuk makan siang.

Daun-daun berbentuk memanjang berguguran di terpa angin dari pohon tinggi pinggir jalan, yang tidak ku tahu namanya.

Angin itupun dengan nakal menerbangkan beberapa helai rambutku yang berwarna sedikit kemerahan sehingga sedikit menutupi pandangan ku, aku menyingkirkan helaian rambut itu.

Pandangan ku tiba-tiba tertuju pada tubuh seorang wanita yang berjalan sedikit terhuyung ke depan yang terletak di seberang jalan.

Aku sedikit berlari menyebrang jalan yang sedikit sepi itu. Tak ku hiraukan koper serta tas ransel ku yang terletak di atas rumput di pinggir jalan tempat aku berdiri tadi menunggu bus.

Tepat saat wanita itu hampir ambruk aku berhasil mendekap tubuhnya. Lalu membaringkan kepalanya di pahaku.

Aku meraba kening nya yang terasa panas itu.

Wanita itu memakai jas almamater berwarna merah dengan logo sebuah universitas swasta di dadanya.

Ahh, mungkin saja gadis ini adalah seorang mahasiswa.

Aku sedikit mengguncang tubuhnya namun percuma. Gadis ini tidak sadarkan diri juga.

"Tolong!!!"

Aku berteriak, sekeras yang aku bisa. Berharap ada seseorang yang bisa mendengar suara ku.

"Tolong!!!"

Kedua kalinya, tak ku pedulikan tenggorokan ku yang mulai sakit karena mencoba berteriak sekeras mungkin.

Saat aku akan berteriak lagi tiba-tiba ada sebuah mobil jaguar berwarna hitam berhenti tepat di samping ku.

Ada satu laki-laki dan dua gadis turun dari mobil. Ku taksir usia mereka tidak terpaut jauh, dan pastilah mereka adalah temannya karena mereka pun mengenakan jas almamater berwarna merah dengan logo universitas yang sama.

"Ana ya tuhan!!" Pekik salah satu gadis di antara mereka saat melihat gadis yang tengah tidak sadarkan diri di dalam dekapan ku.

Tanpa banyak bicara laki-laki itu langsung memangku tubuh gadis yang bernama ana itu dan meletakkan nya di jok belakang mobil.

"Aduh mbak makasih ya sudah mau menolong teman saya"

Aku tersenyum.

"Tidak apa-apa tadi kebetulan saya sedang menunggu taksi di sekitar sini dan kebetulan melihat teman kalian pingsan" tutur ku.

"Aduh mbak pokoknya makasih banget ya, saya tidak tahu apa jadinya kalo bukan mba yang menemukan temen saya ini"

Sekarang aku hanya membalasnya dengan senyuman saja.

Setelah mereka meminta maaf dan mengucapkan terima kasih itu mereka bergegas pergi.

Aku hanya tersenyum membalas lambaian tangan dari mereka.

Aku baru melangkahkan kaki, kembali menyebrang jalan menuju koper dan ransel ku berada.

Dalam kepalaku banyak sekali pertanyaan berkecamuk tentang gadis yang di sebut ANA itu.

Kenapa dia bisa sampai pingsan seperti itu?

Mau kemana dia tadi?

Apakah saat ini dia baik-baik saja?

Aku menggelengkan kepala, mencoba mengusir tiap tanya yang merongrong minta jawaban.

Tak lama sebuah taksi lewat. Aku langsung saja melambaikan tangan menyuruh taksi itu berhenti.

******

Rintik hujan mulai turun membasahi bumi.

Mengembun di kaca mobil taksi yang sedang aku tumpangi.

Aku menatap tetesan-tetesan air itu menyatu lalu meluncur dan mengalir di bingkai kaca mobil.

Entah kenapa,

Entah ada apa,

Gadis itu belum juga hilang dari pikiran ku, aku menggelengkan kepala mencoba meng-enyahkan perihal gadis itu. Namun wajahnya begitu kian melekat dalam ingatan.

Ada apa dengan gadis itu?

Siap gadis itu?

Hujan turun dengan derasnya di sore itu.

Setelah mendung sedari pagi akhirnya sang awan tak mampu lagi menahan air yang terkandung didalamnya, lalu memuntahkan nya menjadi tetetasan-tetesan air yang di sebut hujan.

Aku menyukai hujan, tapi tak pernah suka saat harus menggigil ke kedinginan karena basah kuyup.

Aku menyukai damai dari suara gemericik air yang jatuh menimpa bumi. Aku menyukai aroma tanah yang kini basah tersiram air dari langit ini.

Beruntung lah, gadis itu di temukan sebelum hujan turun..

Ahh, sialan kenapa dia tak juga mau pergi dari kepala ku!!

Kesal sendiri aku di buatnya..

*****

Takdir itu adalah misteri yang nyata dari sebuah alur kehidupan.

Termasuk hujan di sore itu... Aku bahkan tidak pernah tau jika hujan itu akan menjadi hujan yang ku kenang selamanya.

Menjadi awal cerita baru..

Mengenal sesuatu yang tak pernah ku rasakan sebelumnya.

Babak baru tentang sesuatu yang begitu dalam.

Rasa sakit yang sangat aku nikmati.

Teramat sakit namun begitu indah melekat dalam ingatan.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang