Takdir?

355 27 0
                                    

Cinta?

Hal seperti apakah itu?

Bagaimana rasanya?

Kenapa seseorang bisa gila karena cinta?

Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku. Setelah adik sepupu ku dengan sangat antusias menceritakan gadis yang di sukai nya, ah.. ralat katanya rasa sukanya telah bermetamorfosis menjadi cinta.

Aku tersenyum menanggapi semua hal yang dia katakan, sesekali juga memberikan komentar dan menimpalinya dengan santai dan seolah ingin tahu.

"Mbak pasti akan menyukai nya, dia itu memang sangat jutek kepada orang yang belum di kenal namun dia sebenarnya gadis yang sangat baik" pungkas Zidan sepupuku. Mengakhiri ceritanya.

"Ya tentu saja, mana mungkin dia dapat mencuri hatimu jika dia bukan gadis yang baik. Kau seorang pemuda yang baik Zidan maka tentu kau akan menyukai gadis baik pula"

Zidan mengangguk puas dengan kata-kata ku.

Obrolan ringan di sore hari di temani secangkir teh itu memang selalu menyenangkan. Setidaknya kami memiliki waktu luang untuk sekedar menceritakan tentang hari ini, ataupun tentang banyak hal lainnya di sela-sela kegiatan yang sibuk.

"Mas Joan gimana kabarnya?"

Aku terkesiap.

"Joan.. dia baik-baik saja"

Aku membuang nafas perlahan. Entahlah, pembahasan tentang laki-laki itu selalu membuat dadaku merasa sesak. Perasaan bersalah selalu menyelimuti hatiku jika mengingat nya.

"Syukurlah, kapan dia akan kesini?"

"Mungkin minggu depan.. tapi itupun jika dia tidak ada pekerjaan dadakan."

Perbincangan kami sore itu terhenti saat sebuah panggilan masuk ke smartphone Zidan yang terletak di atas meja. Diam-diam di dalam hati aku berterima kasih kepada sang penelepon karena berkat dia obrolan kami mengenai Joan tidak berkepanjangan.

Seamus Joan... Dia pria yang baik.

Mungkin aku adalah wanita yang beruntung karena di cintai pria seperti dia. Tidak hanya tampan, dia kaya, dia memiliki otak yang cukup encer, dan yang paling penting dia sangat mencintai ku

Aku tidak ingat kapan tepatnya kami resmi menjalin hubungan. Namun aku tidak akan pernah lupa kejadian hari itu...

Ya saat itu aku yang masih berstatus mahasiswi dan dia adalah seniorku di kampus. Dia adalah ketua senat mahasiswa yang populer di kalangan para mahasiswi. Selain karena ke wajahnya yang bisa di katakan tampan serta kekayaan keluarganya, dia adalah sosok yang pintar bergaul dan penuh pesona.

Banyak teman-teman seangkatan ku yang menyukai nya, namun entah kenapa dia malah mencintai ku.

Aku seorang gadis biasa. Tidak populer, tidak cantik atau jelek, aku suka bergaul namun ada kalanya aku pun suka sunyi dan kesendirian tapi aku tak pernah menyukai sepi. Hidupku datar-datar saja, tidak ada yang istimewa. Terlahir juga dari kedua orang tua yang biasa namun saling mencintai. Orang tuaku tidak kaya dan tidak pula miskin.

Hari itu di pertengahan musim dingin. Aku hampir mati membeku di tengah salju jika bukan karena Joan yang menyelamatkan ku.

Sejak saat itu kami cukup akrab, namun aku tak pernah menganggap Joan lebih dari teman. Percayalah, dia adalah teman pria yang baik.

Aku bukan tidak tahu jika Joan menaruh hati kepadaku. Namun aku berusaha menutup mata ku untuk hal itu.

Aku bukan anak ingusan yang baru mengenal dunia asmara. Saat itu usiaku sudah memasuki awal dua puluh tahun. Meskipun sampai sekarang aku tak pernah tau seperti apa suatu yang di sebut cinta itu.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang