Luka di dalam hatimu

126 22 0
                                    

Apa kalian percaya pada takdir?

Apa kalian percaya bahwa kita hanyalah pion-pion tuhan?

Aku menutup Alkitab yang berada di atas meja belajar saat mendengar pergerakan dari tempat tidur.

"TIDAKKKK.. jangan lakukan itu!!"

Aku hampir saja melompat ke arah tempat tidur saat Ana menjerit histeris. Dia ketakutan. Tangannya menggapai-gapai seolah ingin meng-enyahkan sesuatu. Air matanya berlinang, dia menangis.

"Jangan lakukan itu.. aku mohon.." suara Ana mengiba, mengiris hatiku yang mendengarnya.

"Ana hey tenang lah" aku merengkuhnya dalam dekapanku, pada awalnya Ana memberontak namun lama-lama Ana mulai tenang dalam pelukanku. Ana hanya terus menangis sesenggukan hingga aku merasakan bahwa baju tidur ku basah di bagian dada karena air mata Ana.

"It's ok Ana, aku di sini bersamamu.. kamu akan baik-baik saja" lirihku lembut sambil membelai rambut ana.

Malam yang larut semakin terasa sunyi. Ana sudah tertidur pulas di dalam dekapanku, nafasnya teratur menerpa kulit leherku sedikit membuat nya meremang karena sedikit geli. Hanya terdengar suara jam dinding di kamar ini, sesekali juga terdengar suara kendaraan bermotor atau lolongan anjing dari kejauhan.

Mataku lurus menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Pikiran ku berkelana sangat jauh. Mempertahankan sebenarnya apa yang terjadi dengan Ana?
Hingga membuatnya seperti ini.

Ana kisah seperti apa yang tersembunyi di sirat tajam matamu itu?

Bolehkah jika aku tahu Ana?

Bolehkah aku membantu mu memeluk semua luka dan kesedihan mu?

Tidak tau kenapa, hatiku begitu sakit melihatmu hancur seperti ini.

Aku semakin mengeratkan pelukanku. Mencoba memejamkan mata, dalam hati berdoa semoga esok dan seterusnya hanya kebaikan yang mampir dan hadir.

***

"HUUUAAAAAAA"

"Ada apa.. ada apa?" Aku terlonjak kaget. Dengan spontan aku yang sedang terbaring lelap langsung terbangun dan duduk karena  jeritan dan dorongan keras di dadaku.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Ana dengan nada sinis dan tajam.

Aku melongo melihat Ana yang juga duduk di depan ku. Aku diam selama beberapa saat. Mengumpulkan nyawa yang baru saja tercerai-berai. Juga mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

"Lo ngapain di sini hah?" Ana menyalak galak. Matanya menatap tajam menghujam mataku.

"Eh.. anu.. anu.. kamu semalam demam dan mabuk karena aku tidak tau harus membawamu kemana jadi aku membawa mu ke rumah ku"

Aku mencoba menjelaskan dari beberapa hal yang aku ingat tadi malam.

Ana nampak kebingungan. Dia melihat sekeliling kamarku, matanya nyalang. Hingga tatapannya terhenti pada piyama ku yang kini tengah di kenakannya.

"Lo yang ganti baju gue?" Mata itu kembali menatapku tajam.

"He.. iya semalam baju kamu basah terkena air hujan jadi aku menggantinya"

"Lo ga ngapa-ngapain gue kan?" Tanya Ana menyelidik.

"Engga... Aku ga ngapa-ngapain kamu ko"

"Terus ngapain Lo peluk-peluk gue tadi hah!! Kalo ga ngapa-ngapain?"

"Semalam kamu demam Ana dan kamu mengigau seperti orang ketakutan makanya aku.. meluk kamu" suaraku sedikit tercekat di akhir kalimat, entah kenapa aku merasa malu saat ini. Padahal kan kami sama-sama perempuan kenapa harus malu dulu aku juga sering berpelukan dengan teman wanitaku dan biasa saja.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang