Malam yang larut dan doa

187 24 0
                                    

Apakah aku pernah bilang bahwa aku menyukai hujan tapi tak pernah suka jika harus mengigil kedinginan di bawah hujan?

Dan pernah kah aku juga bilang bahwa aku suka kesunyian tapi tidak suka kesepian?

Seperti nya hari ini aku tertimpa sial karena dua hal ini terjadi sedang terjadi padaku.

Memeluk tubuhku sendiri di bangku halte bis dengan Hoodie basah kuyup dan hp lowbat hanya di temani suara hujan lebat dan sesekali suara dan kilatan petir. Sesekali ada mobil lewat tapi bukan taksi ataupun angkutan umum. Aku kesepian.

Aku menutup kedua telinga dengan kedua tangan saat suara petir menggelar. Mataku terpejam saat ada kilatan petir menyambar. Aku mulai merasa takut sekarang. Bagaimana jika aku mati kedinginan di sini?.... Hih.. aku menggelengkan kepala kuat-kuat mengusir pemikiran absurd ku itu.

Petir kembali menggelar lengkap dengan kilatan nya, aku kembali menutup telinga dan mataku sama seperti tadi.

"Huaaaaaaaaaaaaa" aku berteriak saat melihat siluet tubuh yang berdiri di depanku. Aku bisa melihat wajahnya dengan sedikit jelas saat kilatan petir kembali menyambar.

"Ana.. ya tuhan kau mengagetkan ku"
Sungguh aku terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba itu. Aku meraba dadaku yang berdebar memastikan bahwa jantungku masih ada di tempatnya.

"Bagaimana kamu tau namaku?" Nada bicaranya sedikit tajam, namun aku merasakan ada sedikit rasa takut di sana.

"Kita pernah berkenalan sebelumnya apa kau tak ingat?"

Ana menggelengkan kepala. Tidak ingat.

"Saat di kampus ana saat bersama Zidan"

"Kampus ya?"

"Hum.. Zidan..?"

Aku mengangguk. Ada banyak tanya dalam kepalaku sekarang saat melihat ana malam ini. Ana memakai baju yang sedikit terbuka padahal ini sedang hujan deras, apa dia tidak kedinginan? dan juga dia yang seperti orang linglung. Bahkan dia tidak ingat bahwa kami pernah beberapa kali bertemu, bahkan pernah berkenalan.

"Aissh sialan kau pelakor itu!!" seru ana. Tangannya menggapai-gapai seolah ingin menyingkirkan sesuatu di depan wajahnya.

Aku mengerjabkan mata beberapa kali. Tidak mengerti.

"Pelakor? Apa itu?"

"Hahaha dasar bule ketinggalan zaman" ana tertawa seakan ada sesuatu yang sangat lucu sedang terjadi sekarang.

"Heh denger ya bule, pelakor itu adalah perebut laki orang... Huuu masa gitu aja ga tau" kini ana berbicara dengan menunjuk-nunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.

Dan aku masih tidak mengerti dengan semua ini. Jadi aku hanya diam saat ana melakukan itu padaku. Percayalah bahwa ekspresi wajahnya sangat lucu saat ini dia menunjukkan ekspresi yang beragam. Dan di saat ini pula aku menyadari bahwa ana mempunyai penampilan yang menarik. Tak peduli jika makeup nya luntur karena air hujan, juga rambutnya yang basah itu terlihat seksi, bahkan aku bisa melihat bra berwarna hitam dari balik kemeja putihnya yang basah saat ini.
Aku mengalihkan pandanganku dari dada ana, aku tidak mau pikiran tak senonoh ku semakin menggila karena melihat bra hitam itu. Sedang ana masih saja mengoceh terkadang dia serius, kadang memaki, dan sekarang dia mulai menangis.

Aku bangkit lalu memeluknya saat tangisan ana mulai tersedu.

"I'm here for you okay.. stttt aku ga tau kamu kenapa tapi percayalah semua akan baik-baik saja"

Ana hanya diam, dia tidak membalas pelukanku ana hanya terus menangis.

Waktu terasa berhenti. Bahkan tetesan hujan pun seakan reda. Aku menikmati bagaimana hangat tubuh ana menembus hoodieku lalu menjalar di kulitku menyebar dalam aliran darahku hingga sampai di relung-relung hatiku. Aroma tubuh ana juga terasa sangat lembut masuk kedalam hidungku, ada aroma manis yang tidak terlalu lembut seperti bau vanilla sedikit tercampur dengan wangi mawar yang berpadu dengan sempurna manjadi wangi yang begitu khas. Aroma khas seorang ana. Mataku terpejam menikmati setiap detik yang berjalan lambat. Setiap detak yang memacu darahku mengalir lebih cepat dari biasanya.

"Mba Clara"

Aku membuka mata, melepaskan tubuh ana dari pelukanku.

"Zidan.."

"Mba.. ngapain di sini?" Zidan menatap ku kebingungan, lalu matanya memicing ke arah ana yang memunggungi nya.

"Zidan tolong bantu mba bawa ana ke dalam mobil"

"Ana!! Ya tuhan"

Zidan segera membopong tubuh ana ke dalam jok mobil belakang dan menidurkan nya. Aku pun turut masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Zidan.

"Apa yang sebenarnya terjadi mba?"

"Ahh nanti saja mba jelaskan di rumah ya.."

Zidan tidak bicara lagi. Mobil melaju dengan mulus karena jalanan cukup lengang. Aku yang kedinginan melepas Hoodie ku yang sudah basah kuyup.

"Maaf ya mobil kamu jadi basah"

"It's ok mba.. mba berhutang cerita kepada ku" Zidan mengerling. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

*****

Ana dia demam.

Badannya panas. Dia juga terlalu banyak minum hingga tidak sadarkan diri. Coba ku tebak.. sepertinya dia tidak akan ingat kejadian tadi, saat dia berceloteh dan mengataiku pelakor..

Zidan dia membantuku membawa ana ke kamarku. Lalu membaringkannya di atas tempat tidurku. Kemudian dia pergi

Hah.. aku harus merelakan tempat tidur king size ku aga basah di bagian kiri. Namun tak apa semua demi ana.

Ana yang merasuk dan menghantui pemikiran ku akhir-akhir ini.

Aku masih ingat tatapan tajam nan sinisnya saat di cafe tempo hari. Kini mata itu tertutup, menyembunyikan mata berwarna coklat muda yang indah itu.

Aku bergegas mandi dan berganti baju lalu mengganti baju ana juga.

Ada sesuatu yang tak ku pahami terjadi dengan diriku saat kulit tanganku bertemu halusnya kulit ana.
Ada getaran menyenangkan yang begitu syahdu mengalir ruas-ruas saluran darahku menggetarkan hati ku yang dingin. Membangkitkan gairah yang telah lama padam.

Perasaan apa ini tuhan?

Aku memalingkan wajah saat pemikiran dan perasaan gila itu semakin ingin menguasai ku.

Aku bangkit dari tempat tidur. Pergi menuju dapur mengambil segelas air lalu meminumnya sampai tandas. Badanku terasa panas. Gerah. Padahal ini sudah memasuki tengah malam dan udara mulai terasa dingin.

Dalam sunyinya malam ini aku memegang salib di kalung Rosario ku dengan tangan kanan. Mataku terpejam. Dalam hati aku melafazkan doa kepada Tuhan, meminta petunjuk untuk semua yang terjadi akhir-akhir ini.

Aku bukan orang yang taat namun aku sangat mengimani tuhan dalam hidupku. Aku sangat meyakini adanya campur tangan tuhan dalam setiap alur kehidupan ku.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang