Baru saja Selena menyendokkan makanannya ke mulut, panggilan di telepon hologram sudah berdering ribut. Dia menghembuskan napas berat, segera berdiri untuk mengangkat teleponnya.
“Hello, Mr. Bat. What's up?”
“Apa maksudmu?” Terlihat di hologram bahwa sebelah alis Batozar naik tinggi sementara dahinya mengerut dalam. Nampak kebingungan.
Selena menghembuskan napas pelan, mengulang. “Halo Batozar ... ada apa sampai memanggilku begitu?”
“Tolong datang ke markas secepatnya, tidak terima penolakan. Sebelum semuanya terlambat!” perintah Batozar.
Selena melirik makanannya. “Hei, tapi ini sudah malam, Sir—— ”
Tut. Tut. Sambungan telepon hologram diputus, Selena pun sebal bukan kepalang, ah dasar! Apalagi Batozar yang tidak to the point, makin menggugah rasa penasarannya ini.
Padahal setelah ini Selena ingin tidur nyenyak. Bermain sampai larut malam di asrama atlet membuat ia lupa waktu. Sekarang malah dia dikejar waktu, astaga hari Minggu tidak akan pernah jadi hari santai.
Selena pun bersiap dan mengenakan jubah, tak lupa membungkus makanan yang seharusnya untuk dinner tadi. Dia segera berangkat, mungkin akan menggunakan motor terbang yang selama ini jarang ia gunakan.
Dia menyalakan motornya dan mencari tempat yang akan dia tuju di maps dan mengeluarkan robot penunjuk jalan dan robot service otomatis. Dia akan mengendalikan motor ini manual. Jika otomatis, kecepatan maksimum hanya 75 km/jam, cukup lamban menurut Selena.
Bruum!
Dia menjalankan motornya perlahan, kemudian menaikkan tinggi dan kelajuan. Menaiki motor terbang di perumahan yang Selena tempati masih tergolong bebas. Dia bahkan bisa meliuk-liuk dan bahkan kalau dia nekat sampai berputar 180 derajat. Dia tidak akan jatuh.
Tetapi jika sudah memasuki pusat Kota Tishri, tidak ada lagi pemandangan motor meliuk, oleng, salip-salipan begitu. Semuanya harus melewati jalur khusus (Dibatasi dinding transparan yang cukup sempit. Tidak seperti kapsul yang bebas) dan parahnya, kecepatan harus disetel secara otomatis. Dan jika tidak melalui jalur khusus bisa ditembaki oleh robot khusus.
Brumm!
Selena telah memaksimukan kecepatan, dia memutuskan untuk melanggar peraturan lalu lintas yang sah di kota ini, semoga saja kali ini tidak gagal. Kalau gagal dan terkena surat tilang, tamatlah riwayat Selena.
“Bot, menghilanglah!”
Tepat sebelum Selena ditembaki oleh robot, dia telah menghilang dan menerbangkan motornya dengan cara memposisikan motornya vertikal. Dia memutuskan untuk melpas helm dan mengikat rambutnya.
“Woah!” Bisa dibilang ini teriakan kebebasan.
Selena memutuskan untuk kembali memakai helm dan memacu motornya, takut tidak tepat waktu datang ke markas. Pemandangannya memang hanya bintang, selain itu tidak ada suara bising, dan kerlip lampu kota.
Fyuhh ... dia menghembuskan napas.
BRUKK! Dengan kecepatan hampir 150 Km/Jam, motor Selena ditembak oleh laser yang dikendalikan jarak jauh. Sangat senyap sampai membuat indra pendengar Selena tak awas dan laser, ini sangat kuat, sekali tembak sudah memberi dampak buruk. Tubuhnya pun terasa kaku karena efek serangan tersebut.
Bruk!
Dia berguling di atas rerumputan, tubuhnya masih mati rasa. Debu mengepul di sekitarnya. Motornya sudah bonyok di beberapa sisi, dia pasrah karena sudah tak mungkin kabur.
Selang beberapa lama, kapsul-kapsul patroli mulai memadati tempat Selena sekarang. Hanya hitungan jari orang yang berani menerobos jalur khusus. Peraturan ini mulai dilaksanakan ketika ada tabrakan antara kapsul dan motor liar ( yang dikemudikan secara ugal-ugalan), sehingga diadakan jalur khusus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selena: I'm (Not) Perfect
FanficKenyataan pahit yang selalu membuat pikiran Selena berputar. Hatinya selalu tertohok, bibirnya akan terkunci rapat. Hingga hadirlah seseorang yang tak ia sangka ada. Setetes harapan yang bercahaya di lubuk hati Selena. * "Aku mencintaimu." katanya b...