PM 1: Turntable

796 128 167
                                    

Mimpi, mimpi apa yang membuatku bahagia? Mimpiliki kamu seutuhnya.

🌙
_______________________________________

...


Jakarta, 24 September 2028.

Lalu-lalang manusia menghiasi setiap sudut tempat ini. Begitu banyak koper dengan berbagai warna turut serta mengikuti setiap langkah kaki. Tempat berjumpa dan berpisah ini memang selalu ramai akan kehadiran dan kepergian, terutama di hari Minggu seperti sekarang.

Di arah jalur keluar bandara, tampak seorang gadis berjalan sendiri sambil sesekali melihat ponselnya. Tangan kirinya menarik koper, sedangkan tangan kanannya sedang mencoba menelepon seseorang.

"Papa udah nyampe belum ya? Kok telfon gue ngga diangkat?" gumam gadis cantik itu sambil terus mengotak-atik layar ponselnya.

Dia lah Yessica Tamara, gadis berparas ayu dengan rambut terurai menutup bahu. Langkahnya anggun, persis seperti wanita dewasa yang punya sopan santun. Gadis yang akrab dipanggil Chika ini baru saja kembali menginjakkan kaki di negeri ini, setelah tujuh tahun menempuh pendidikan di Singapura.

"Chika!" panggil seorang pria paruh baya sambil berjalan cepat menghampiri Chika.

"Papa?" Chika tersenyum sumringah saat melihat Marchel, ayahnya.

Marchel langsung memeluk putri sulungnya. Ia mendekap Chika dengan penuh kasih sayang. Pria yang mengenakan setelan jas rapi ini terlihat sangat senang akan kedatangan Chika.

Begitu pelukan itu terlepas, tatapan Chika mengarah ke dua orang yang memakai jas dan kacamata hitam di belakang Marchel.

"Mereka ajudan Papa?" tanya Chika.

"Iya. Tapi kamu tidak perlu takut atau apa. Mereka memang ditugaskan oleh pusat untuk ikut ke manapun Papa pergi. Lebih baik kita pulang sekarang yuk? Sudah hampir malam," ajak Marchel yang kini memegang koper Chika.

Chika mengangguk tersenyum. Ia paham mengapa ada pengawal yang selalu mengikuti sang ayah. Tidak lain karena peranan Marchel di pemerintahan yang cukup penting. Pria itu kini dipercaya menjabat sebagai Menteri Kelautan, dan tentunya harus mempunyai pengawalan khusus, apalagi jika sedang bertugas ke luar pulau atau ke luar negeri.

Chika masuk ke mobil yang telah disiapkan. Gadis itu bak putri raja, bahkan ia tak perlu membuka pintu mobil sendiri, karena ada ajudan yang dengan tanggap melakukannya.

"Gimana rasanya baru wisuda? Akhirnya kamu mendapat gelar sarjana juga," ucap Marchel yang duduk di samping putrinya.

"Seneng sih, Pa. Tapi aku bingung abis ini mau ngapain," jawab Chika jujur sambil terkekeh ringan.

"Kamu tidak perlu memaksa diri, Chika. Nikmati waktu kamu di rumah. Kalau sudah siap bekerja nanti, Papa bisa memberi posisi yang tepat untuk kamu di pemerintahan."

Chika tidak menjawab, ia hanya tersenyum sebagai balasan. Bukannya mau menolak, hanya saja bagi Chika ini kurang adil. Begitu mudahnya Chika mendapatkan pekerjaan tanpa harus bersusah payah seperti teman-temannya yang lain.

Tapi apa boleh buat. Ingin menolak pun, Chika tidak tahu caranya. Karena selama ini ia selalu menuruti apa kata sang ayah. Chika tidak mau mengecewakan ayahnya, karena Chika bisa merasakan kasih sayang dan perhatian ayahnya di tengah kesibukan sebagai pejabat pemerintah.

...

...

Pagar tinggi rumah mewah menyambut Marchel dan putrinya. Beberapa mobil masuk dan berhenti tepat di antara teras dan kolam air mancur.

Piringan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang