PM 2: Cokelat

633 116 146
                                    

Sejak kamu muncul di mimpiku, tidurku terasa lebih candu daripada nasi uduk di pagi hari.

🌙
______________________________________

...

Air panas meluncur dari ujung teko kaca elektrik dan bertemu dengan bubuk kopi yang telah siap di dalam cangkir. Aroma khas asap yang keluar kini mulai menyapa indra penciuman.

Gracia mengaduk minuman hitam itu searah putaran jarum jam. Kemudian meletakkan sendoknya di meja, dan membawa kopi itu ke ruang kerjanya.

Layar komputer berjajar rapi. Tiga monitor besar itu memunculkan beberapa data yang sulit dimengerti. Dan satu layar di paling ujung, menampilkan keadaan sebuah ruangan yang sedang diselidiki oleh Gracia.

Gadis yang berusia 26 tahun itu duduk di kursi kerjanya. Kemudian mematikan layar komputer paling ujung sambil menghela napas panjang.

"Minum kopi lagi, Ge?" tanya seseorang dengan suara lembutnya.

Seketika Gracia menoleh ke belakang. "Eh? Shani? Emang sekarang udah jam enam ya?" tanya Gracia sambil menyebut nama gadis yang juga ada di ruangan ini.

"Udah. Makanya aku ke sini."

Gracia tersenyum, lalu berdiri dari duduknya dan menghampiri Shani.

"Kenapa kamu suka banget minum kopi pagi-pagi, Ge? Kan belum sarapan."

"Ya nggapapa, biar melek aja.  Oh iya, semalam aku mimpiin kamu," ucap Gracia begitu mereka berhadapan.

"Mimpiin aku? Mimpi apa?" Shani penasaran.

"Mimpi tentang masa lalu kita," ucap Gracia dengan wajah sendunya.

Kemudian Shani tersenyum. "Masa lalu kita indah kan, Ge?" tanya Shani yang selalu memanggil Gracia dengan dengan sebutan khas, sebutan yang hanya boleh diucapkan oleh Shani sendiri, Ge.

Kini Gracia pun ikut tersenyum dan mengangguk samar. "Indah banget, Shan. Pengen banget rasanya balik ke masa sekolah dulu."

Shani tak menjawab. Ia hanya memberikan senyuman yang begitu manis pada Gracia. Keduanya saling menatap, beberapa detik seakan tak cukup untuk menyelami manik mata masing-masing. Mereka tetap menatap, dengan senyum yang belum luntur dari bibir keduanya.

.

.

***

.

.


Chika tengah berdiri di depan dirinya sendiri. Cermin lebar di kamar ini telah membuat Chika sadar bahwa yang terjadi semalam memang benar-benar mimpi.

"Sekarang tanggal 26 September 2028, dan gue udah bangun dari mimpi aneh itu," ujar Chika pada dirinya sendiri.

Meskipun sebenarnya Chika sedikit merasa lega. Karena ia tidak lagi bermimpi tentang hal mengerikan yang selama ini tidak membiarkannya tidur dengan nyenyak.

"Tapi kayaknya ada yang aneh. Semalem gue mimpi, tapi gue sadar kalau gue lagi mimpi. Biasanya, entah mimpi kayak apapun, gue ngga akan sadar kalau itu mimpi sampai gue kebangun. Tapi semalem beda, gue bener-bener tau kalau itu mimpi." Chika berkeluh tentang apa yang membingungkan dirinya sejak bangun tidur beberapa jam lalu.

Kemudian gadis ini menoleh ke arah meja. Sebuah koper kecil berisi turntable masih terbuka. Chika mendekat, lalu menyentuh benda itu dan menutup kopernya. Kini Chika mengangkat benda itu, ia membalik bagian yang atas menjadi di bawah.

Piringan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang