PM 4: Gambar

613 119 164
                                    

Mencintai kamu adalah hal yang wajar, yang tidak wajar itu mencintai bapakmu.

🌙
_____________________________________

...

Jam pelajaran terakhir. Dapat dipastikan bahwa semua siswa sedang menunggu bel pulang berbunyi. Kebanyakan dari mereka pun sudah tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas.

"Belnya kenapa kagak bunyi-bunyi dah? Rasanya lama banget kayak lagi nungguin balesan ayang," gerutu Olla sambil mengetuk-ngetuk ujung bulpoinnya ke meja.

"Oyang ayang oyang ayang. Kayang aje lu sono," sahut Vivi pelan.

"Kalo gue kayang, elu koprol pakek gigi ye!" balas Olla, tapi tidak mendapat balasan abstrak lagi dari Vivi.

Olla yang merasa aneh, kini menoleh sekilas ke arah Vivi di sampingnya. Pantas saja, rupanya ada hal lain yang mengalihkan fokus Vivi. Tidak salah lagi, Olla melihat lirikan mata Vivi yang mengarah ke bangku Chika. "Lirikan matamu menarik hati.. sat set sat set.. oh senyumanmu manis sekali, asekk..," sindir Olla bernada sambil menyenggol-nyenggol lengan Vivi.

"Apaan sih lu dorong-dorong gue? Dikata gue gerobak mie ayam ape?" protes Vivi yang merasa terganggu karena tidak bisa lagi memperhatikan Chika.

"Ya itu elu liatin Chika mulu. Awas, ntar lama-lama tuh bola mata bisa jadi lonjong," kata Olla.

"Lu kata mata gue lemper?" sewot Vivi lagi.

Tiba-tiba Oniel yang duduk di depan Olla menoleh ke belakang. "Serem amat mata lu, Drun? Bisa terbang naik keranda juga?"

"Hah apaan? Lu jangan bikin gue mikir ya, Niel!" bingung Vivi.

Kini Adel yang tanggap langsung menyenggol badan Oniel dengan lengannya. "Itu lampor, bukan lemper!"

"Oh udah ganti ya?" Oniel cengengesan.

"Dari dulu!" Adel cuek.

"2/10 Niel. Besok coba lagi ye. Alias, untung ade Adul yang ngarti ama jokes aneh lu," lanjut Olla bercanda.

"Gue ama Si Dedelpict ini kan emang udah gini, La," balas Oniel sambil menautkan dua jari telunjuknya.

"Sohib banget maksudnye?"

"Kembar dempet," sahut Oniel.

Mereka berempat bercanda tanpa menghiraukan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Begitu juga dengan kebanyakan siswa di kelas ini. Jam terakhir memang terasa sangat membosankan.

Termasuk bagi Chika.

Gadis ayu itu masih menghadap buku bersampul hitam yang kini berfungsi sebagai jurnal pribadinya. Chika menulis apa saja yang ia alami di mimpi kali ini.

"Chik, abis ini kamu langsung pulang?" tanya Fiony berbisik tiba-tiba.

"Iya, Fio. Kenapa?" balas Chika sambil terus menulis.

"Nggapapa sih, nanya aja. Kamu jadi ngajarin Vivi renang?"

Chika mengangguk. "Jadi. Ntar pulang sekolah dia mau ke rumah gue," jawabnya.

Sesuai kesepakatan antara Chika dan Vivi beberapa jam lalu. Keduanya akan melakukan simbiosis mutualisme, di mana Chika akan mengajari Vivi tentang tehnik berenang, dan besok giliran Vivi yang harus menunjukkan koleksi piringan hitamnya pada Chika.

"Bisa aja modusnya Si Vivi," kata Fiony tersenyum.

"Modus?" bingung Chika yang kini menoleh ke arah teman sebangkunya itu.

Piringan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang