PM 7: Nyata

574 102 74
                                    

Kukira kita akan selamanya, ternyata cuma sampai September.

🌙
_____________________________________

...

Rumah Sakit, 29 September 2028

Gracia berdiri di depan salah satu bilik IGD dengan wajah cemasnya. Wanita berpakaian rapi itu tengah melihat Chika yang sedang diperiksa oleh seorang tenaga medis.

Beruntung tadi Gracia sudah ada di kompleks perumahan itu saat Chika pingsan. Dengan cekatan Gracia membawa Chika ke rumah sakit ini dengan mobilnya. Gracia tidak menduga jika akan seperti ini efeknya. Chika pasti telah mendengar kabar dari wanita tadi bahwa Vivi sudah meninggal. Dan mungkin saja, trauma Chika tentang ruang bawah tanah itu muncul lagi, juga ingatan tentang Vivi saat kejadian itu.

"Chika, seharusnya aku ngga ngebiarin kamu ke rumah itu. Ini terlalu cepat untuk kamu." Gracia menyalahkan dirinya sendiri. Wanita ini tampak sangat khawatir sambil meremas-remas jemarinya sendiri.

"Kak Gracia?" sapa seseorang yang mengenakan pakaian rapi berjas putih.

Gracia menoleh. "Adel?"

"Sepertinya pasien cuma pingsan, Dok," ucap perawat pada Adel.

Tanpa berkomentar, Adel segera memeriksa Chika. Gadis berwajah tegas itu pun memasang stetoskopnya, meneliti irama detak jantung Chika. Adel juga memeriksa nadi dan bola mata Chika. Setelah beberapa saat sibuk dengan tugasnya, kini Adel menoleh ke arah Gracia.

"Chika pingsan, Kak. Tekanan darahnya menurun drastis. Sepertinya tadi terjadi sesuatu dengan jantung Chika, mungkin syok ringan karena suatu hal." Adel tidak banyak menjelaskan.

Tapi Gracia sangat mengerti. "Terus gimana, Del? Chika nggapapa kan?Kira-kira kapan dia bangun?"

"Sepertinya butuh waktu lebih lama. Mungkin dua sampai tiga jam lagi."

Gracia mengangguk. Lalu mendekat ke arah Chika. Ia memegang kaki gadis itu yang tertutup selimut.

"Tadi Fio telfon saya, katanya Chika di IGD. Makanya saya ke sini," kata Adel.

"Iya. Tadi aku yang ngasih tau Fio kalau Chika di rumah sakit ini. Terus sekarang Fiony-nya mana, Del?"

"Otw ke sini." Adel menjawab seperlunya dengan wajah datar tanpa cemas sedikitpun. Gadis ini juga beberapa kali melihat Chika dengan tatapan berbeda. Seperti ada perasaan tidak suka yang Adel pendam untuk Chika. Tapi sebagai dokter, Adel harus bisa bersikap profesional.

Beberapa saat kemudian, Fiony datang seorang diri dan langsung ikut melihat keadaan Chika yang masih belum sadarkan diri. Kata Adel, Chika butuh waktu lebih lama untuk  memulihkan kesadaran dan tenaga. Ini berkaitan dengan kondisi psikisnya yang terguncang karena suatu hal.

"Saya tinggal dulu, Kak. Tolong nanti jangan beritahu Chika kalau saya yang memeriksa dia," pinta Adel.

Gracia mengangguk. "Makasih ya, Del."

Sebelum pergi, Adel menoleh ke Fiony. "Lebih baik jangan kasih tau soal ini ke Zee."

"Iya," balas Fiony. "Oh iya, tadi aku ketemu Ashel di depan, kayaknya dia otw ke ruangan kamu sekarang."

Adel tersenyum tipis tanpa menjawab. Lalu pergi meninggalkan Gracia dan Fiony.

Di sisi lain, Gracia hanya diam. Ia tahu betul bahwa Adel sangat membenci Chika karena kejadian di masa lalu. Bagi Adel, Chika lah yang menjadi penyebab hal buruk menimpa sahabatnya.

Kini Fiony yang mendekat ke Chika, lalu memegang pergelangan tangan Chika. Sedikit banyak, Fiony pun belajar tentang dasar ilmu medis yang juga berkaitan dengan profesinya.

Piringan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang