BAB 1 ~ Pregnant?

6.2K 90 0
                                    

Ara, atau Araya Davinara, adalah seorang wanita yang sedang mengalami kesulitan. Tubuhnya merasakan ketidaknyamanan yang mendalam, membuatnya berupaya keras untuk memuntahkan isi perutnya.

Namun, yang keluar bukanlah sisa makanan, melainkan cairan bening yang menandakan keadaan tubuhnya yang tidak stabil. Kepalanya berdenyut-denyut, memberikan sinyal rasa sakit yang luar biasa.

Setelah beberapa saat berusaha meredakan rasa mual, Ara akhirnya berhasil mengatasi sebagian dari ketidaknyamanan itu. Meskipun demikian, wajahnya masih mencerminkan rasa lelah dan sakit yang dia rasakan.

Dengan gerakan gontai, seperti mencoba menyeimbangkan dirinya, Ara bergerak menuju sofa di samping sahabatnya.

"Bagaimana Ra? Sudah merasa lebih baik?"

"Lumayan," jawab Ara lirih.

"Kenapa bisa sampai mual begitu?" tanya sahabatnya dengan penuh perhatian.

"Mungkin karena tadi malam aku keluar jalan-jalan," jawab Ara sambil memejamkan mata, mencoba meredakan sakit kepala.

"Ck, kau aneh berjalan-jalan pada malam hari. Udara saat ini cukup dingin, kau bisa terkena masuk angin," ucap sahabatnya.

Omelan sahabatnya itu membuat Ara tersenyum dan terkekeh. "Sudahlah, sudah terlanjur. Nanti juga sembuh jika istirahat."

"Atau mungkin kau sedang datang bulan? Aku biasanya begitu, kau termasuk?" tanya sahabatnya

"Sepertinya tidak, aku belum datang bulan, mungkin sebentar lagi," jawab Ara sambil masih memejamkan matanya untuk meredakan rasa mualnya.

"Oh, syukurlah, mungkin memang hanya masuk angin."

"Sekarang tanggal berapa?" tanya Ara tanpa sadar.

"Jika tidak salah, sudah mendekati akhir bulan. Ada apa?" tanya sahabatnya.

"Tidak ada apa-apa, Ver. Mendadak aku jadi lupa tanggal sekarang," ucap Ara.

"Ya, kebiasaanmu memang begitu," ucap sahabat Ara yang bernama Vera.

Suasana menjadi hening. Tiba-tiba, Ara teringat akan sesuatu, dan seketika itu juga matanya terbelalak.

Ara menyadari bahwa seharusnya menstruasinya terjadi sebelum akhir bulan, namun sampai sekarang dia belum merasakan tanda-tandanya. Seketika, Ara merasa kekhawatiran mengenai spekulasi yang terlintas dalam pikirannya.

Tidak mungkin, tidak mungkin, ya, pasti tidak mungkin. Baiklah, tenang, jangan panik.

Lamunan Ara terhenti saat dia melihat Vera, sahabat di sampingnya, tengah bersiap-siap untuk merapikan pakaian dan tasnya.

"Aku pulang dulu, ya. Aku ada janjian dengan keluarga," ucap Vera sambil merapikan tasnya.

"Oh, baiklah. Hati-hati, Ver. Jangan terlalu cepat saat berkendara."

"Kau tahu, kali ini aku tidak berniat mengendarai dengan kecepatan tinggi. Baiklah, jangan lupa untuk istirahat agar cepat sembuh," ujar Vera sebelum pergi.

Setelah Vera, sahabat Ara, pulang, Ara langsung berlari menuju kamarnya. Dengan cepat, dia mengambil kalender dan memeriksa tanggal terakhir menstruasinya.

Ternyata benar, dirinya mengalami keterlambatan menstruasi selama 2 minggu. Jantungnya berdegup kencang ketika pikirannya mulai melayang ke dalam spekulasi yang sebelumnya telah dia asumsikan.

"Apakah memang satu kali percobaan langsung terbentuk?" tanyanya pada dirinya sendiri. Dia langsung memikirkan bagaimana caranya agar memastikan semuanya.

"Aku rasa perlu memeriksanya untuk memastikannya, bukan? Itu artinya aku perlu membeli testpack di apotek." Akhirnya setelah memikirkan matang-matang, Ara langsung bersiap dan bergegas pergi ke apotek.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang