7. BAHAS PENGAJIAN FAAL

348 27 0
                                    

Disinilah aku berada, dirumah Umi Atikah dan Abi Firman. Disini juga sudah ada Bunda dan Ayah, serta adiknya Mas Ali juga, Fatimah yang tadi sehabis maghrib baru pulang dari persaminya.

"Masih gak nyangka ih, Kak Fatin ini penulis idola aku." seru Fatimah yang masih tidak menyangka jika aku ini adalah penulis novel, dan salah satu penulis yang dia suka.

"Belum nyangkanya dari mana?" tanyaku sembari terkekeh.

"Semuanya, pas aku lihat foto Kakak waktu itu, aku bener-bener gak ngeh, kalo itu Kakak. Karena Umi ngasihnya foto Kakak yang pakai kerudung, terus ngadep ke samping, ya, aku gak kenal," jawab Fatimah.

"Pantes aja," ucapku tersenyum.

Disisi lain, Ali tersenyum melihat adik dan istrinya akrab seperti itu.

"Udah dong ngobrolnya, kita bahas resepsi Ali sama Fatin aja, ya, biar cepet beres," celetuk Umi Atikah.

"Hehe, maaf Umi." cengir Fatimah.

"Baik, maunya konsepnya kayak gimana, tanggal berapa, dan lain-lain. Fatin sama Ali maunya yang bagaimana?" tanya Atikah.

Ali menatap sang istri, untuk minta pendapat. "Gimana, hm? Mas terserah kamu aja," ucap Mas Ali menyerahkan padaku.

"Fatin sih, maunya gak usah adain resepsi, pengen ada pengajian aja buat pernikahan Fatin sama Mas Ali," jawabku hati-hati.

"Mau pengajian aja? Gak mau resepsi?" tanya Umi Atikah sekali lagi.

"Iya, Umi, kalo kalian setuju," jawabu.

"Fatimah setuju Kak,"

"Abi sama Umi juga setuju," ucap Umi Atikah.

"Bunda sama Ayah juga setuju, kok,"

Aku tersenyum mendengar semuanya setuju. Aku kembali menatap Mas Ali yang hanya diam saja. "Kamu, Mas?"

"Boleh," jawab Ali lembut.

"Oke, kita adain pengajian aja, ya. Tapi adain nya harus 2 kali, dong. Disini dan dirumah kedua orangtua Fatin, bagaimana Ali?" tanya Umi Atikah.

"Iya, Umi, gak apa-apa,"

"Fatin maunya bajunya samaan sama Mas Ali boleh gak?" tanyaku hati-hati.

"Boleh dong, Nak. Tinggal pilih warna aja," jawab Atikah.

"Buat disini, pakai warna biru muda aja. Buat di rumah Bunda, pakai warna abu," ucapku.

"Oke, urusan baju sama yang lain, biar Bunda sama Umi aja yang urus, ya, kalian tinggal terima beres aja," ujar Dini.

"Iya, Bun," ucapku dan Mas Ali bersama.

☆♡☆

Sekarang sudah pukul 11 malam, tetapi mataku masih juga belum mau terpejam. Sedangkan disisi ku Mas Ali sudah tertidur dengan pulas, sembari memelukku.

Wajahnya sangat damai dan begitu membuat nyaman. Bahkan disaat tertidur, tampannya berkali-kali lipat dari biasanya.

Aku memainkan rambutnya, mengusap-ngusap alisnya serta turun kebawah dan mengusap pipinya.

Saat ingin melepas tanganku dari pipinya, langsung dicekal oleh Mas Ali. Artinya dia tidak tidur, dong.

"Ma-mas," cicitku.

"Kenapa belum tidur?" tanya Mas Ali yang sudah membuka matanya.

"Gak tahu, gak bisa merem-merem dari tadi," jawabku.

Ali tersenyum, ia mengusap kepala sang istri, dan melantunkan solawat agar istrinya bisa tidur. "Mas solawatin, ya,"

"Iya, mau," seruku.

Ali senantiasa membacakan solawat, serta menunggu istrinya tertidur. Setelah beberapa menit, barulah Fatin bisa tidur dengan memeluk suaminya.

Jika sudah halal, bebas mau melakukan apa saja. Dengan hanya memegang atau melihat rambut sang istri.

Mereka berdua pun masuk ke alam mimpi masing-masing.

Ya, kali, sama.

☆♡☆

Stay tune!

Jangan lupa vote&coment kalo suka.

Salam kopi. ☕

Jumat, 12 November 2021
Bogor, Jawa Barat.

🎸Instagram: @pad965_ma
🎸Wattpad: @padmaa09

REALMADA {ON GOING} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang