"Gimana kabar Kalian disana? ,Kalian baik-baik aja kan? ,Gak ada masalah?, Gak ada yang jahatin kan. Kalau ada, bilang sama aku. Nanti aku bales"
"Enggak kok, kamu kok bawel banget sih. Kayak cewek aja deh". Balas orang itu dari seberang telepon sembari terkekeh.
"Ya namanya juga orang lagi khawatir sama saudaranya"
"Iya deh. Ngomong-ngomong kamu udah punya pacar gak nih. Kalau ada, tunjukin ke kakak dong fotonya ren"
"Udah ada. Garen cinta banget sama dia, tapi setelah tau faktanya, detik itu juga Garen merasa semua cinta itu lenyap. Digantikan oleh rasa Benci" Sarkas Garen.
"Garen, jangan macam-macam kamu. Kamu nggak boleh mempermainkan cinta seseorang seperti itu"
"Kalau kakak tau siapa orangnya, Garen yakin kakak gak bakalan larang Garen"
"Garen....."
"Mama, isya mau mam" teriak seorang anak kecil di telepon itu.
"Garen, nanti kita bicara lagi""Oke"
❄️❄️❄️
Kafe
"Saya enggak mau tahu, pokoknya kamu harus ganti baju saya"
"Mohon maaf ya tante, kalau jalan itu jangan sambil main handphone. Disini Tante yang salah, kok malah marahin saya. Jangan karena mentang-mentang Tante itu orang tua, jadi seenaknya nyalahin saya. Semua orang juga bisa lihat kok, siapa yang nabrak saya"
"Kamu ini, nggak ada santun sama sekali" balas ibu-ibu itu.
"Gak usah bawa-bawa kata santun tante. Bilang aja tante nggak sanggup balas kata-kata saya tadi. Udah tau salah, nyolot lagi" ketus Tamara.
"Ada apa ini" Suara bariton itu, mengalihkan atensi mereka semua yang melihat kejadian barusan.
"Gini om..." Ucap Tamara, tapi langsung dipotong oleh seorang cowok
"Saya bukan om kamu" ketusnya.
"Yaudah, pak aja" balas Tamara pun dengan ketus. "Jadi tadi, Tante ini nabrak saya. Jadi makanan saya kena sama baju dia. Jadi dia minta ganti rugi sama saya. Ohh...sorry to say yah. Kalau saya ganti rugi sama dia, secara nggak langsung saya terima kalau saya yang salah dong. Padahal kan dia yang nabrak saya. Makanya tante jalan yang benar dong. Jalan ya jalan, main handphone ya tau tempat" cerocos Tamara.
"Menurut saya, kamu nggak salah" ucap cowok itu.
"Nahh kan, dengar sendiri kan Bu" ucap Tamara merasa senang karena dibela.
"Tapi, saya nggak membenarkan sikap kamu yang nggak sopan sama Ibu ini. Bagaimanapun kamu harus tahu sopan santun" sambung cowok itu
"Lahhh, kok gitu sih. Bukannya tadi kamu belain saya. Kok malah nyalain saya lagi" Tamara menatap tajam cowok itu.
"Dihhh, GR kamu. Siapa juga yang belain" cowok itu menatap Tamara dengan tatapan mengejek.
Akhirnya setelah perdebatan yang panjang, Tamara meminta maaf pada ibu itu meski tidak tulus. Dan cowok tadi mengganti kerugian ibu itu.
Saat ini Tamara dan cowok tadi, duduk di taman dekat kafe.
"Kamu seharusnya nggak kasih uang itu sama si ibu tadi" ucap Tamara.
"Masalah buat kamu?, Itu kan uang saya" balasnya.
"Ck, biar mempermudah komunikasi Kita kenalan dulu." "Nama saya Tamara Alsyava, panggil aja Tamara"ucapnya mengulurkan tangannya.
"Saya Dean" balasnya.
"Dean doang nih nama kamu?" Tanya Tamara.
"Saya sengaja nggak kasih tau nama lengkap saya, biar apa. Biar kamu nggak santet saya" ucap Dean.
"Issss, siapa juga yang mau santet kamu. Lagian apa untungnya buat saya" ketus gadis itu.
"Saya tahu, kamu sudah mulai terpesona sama kegantengan saya yang tiada duanya. Maka untuk itu, kamu pasti berniat memikat saya dengan cara santet saya. Ngaku kamu" Tuding Dean.
Tamara memejamkan matanya, berusaha meredam emosi terhadap pria disampingnya itu.
Sementara Dean tertawa geli di dalam hatinya, karena sudah membuat gadis disampingnya emosi. Menurutnya gadis itu nampak imut jika emosi."Udahlah, nama kamu nggak penting. Uang kamu juga saya udah nggak peduli. Saya cuma bermaksud membuat kamu mengerti. Dengan kamu yang memberi ibu itu uang, artinya disini saya yang disalahkan. Saya nggak terima. Pokoknya saya anggap kejadian hari ini itu sebagai penghinaan dari kamu" ucap Tamara, kemudian pergi dengan perasaan yang dongkol.
Sementara itu, Dean hanya diam dengan sudut bibir yang sedikit terangkat
To be Continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKAY [short Story]
General FictionTakdir mempermainkan kehidupan kita Rasa sakit dan bahagia menjadi bumbu pelengkap dari takdir Bertahan atau lepaskan... Membuat pilihan adalah hal yang paling sulit, tepat memilih SYUKUR. Salah memilih SEMOGA TUHAN MENOLONG MU Pengharapan yang menj...