I'M OKAY|| PART 7

5 1 0
                                    

"jadi, kakak ketemu dengan Garen di club?" Tanya Tamara kepada Ten, yang dijawab anggukan oleh pria tersebut.

     "Kami tidak sengaja bertemu. Kakak melihat ada kilatan kemarahan di wajahnya." Ten menerawang, mengingat masa lalunya.

"Apa kakak tidak ada niatan untuk mencari pengganti." Celetuk Tamara, yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang kakak.

     "Sampai kapanpun, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Giana baik di hati maupun hidupku. Hanya Giana lah pemilik jiwa dan ragaku." Tegas Ten.

"Ya ya baiklah, kau benar-benar 11 12 dengan ayah kita. Dia sangat setia kepada satu wanita saja." Ucap Tamara.

     "Aku memang setia, tidak sepertimu playgirl" ledek Ten pada adiknya itu.

"Hey apa katamu,aku yang playgirl. Biar ku ingatkan lagi tuan Ten Alshiva terhormat, sebelum kau bertemu dengan Giana, kau dulunya hanya seorang brengsek. Sampai sekarang pun kau tetap brengsek. Bahkan kekasihmu itu pergi karena mu. Dia menghilang seperti ditelan bumi, itu kan karena kebrengsekan mu." Ledek balik Tamara.

     "Baiklah, baiklah. Aku akui kalau aku brengsek. Tapi setidaknya doakan aku supaya bisa bertemu dengannya. Aku sungguh merindukannya" ucap Ten lirih.

Tamara menatap kakak satu-satunya itu dengan sendu.
Aku akan membantumu mencarinya kak, kak Giana membawa pengaruh yang besar untukmu. Semoga Tuhan segera mempertemukan kalian. Aku pikir kakak akan tetap dengan sifat Casanova itu, tapi semenjak kehadiranmu membuat kak Ten menuju arah yang lebih baik.

"Pasti, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu dan kak Giana" Tamara tersenyum tulus.

     "Terimakasih" Ten memeluk adiknya dengan penuh sayang.

****


"Terus kita harus gimana" ucap Garen frustasi.

     "Lo laki bukan sih" ucap Irene.

"Ya iyalah b3g0" ketus Garen.

    "Ohh" acuh Irene.

"Huftt.., oke. Lo laki, dan sepertinya Lo tau apa yang harus Lo lakuin" ucap Irene dengan menunduk.

    "Gue bakal tanggung jawab sama Lo." Putus Garen.

Irene menatap Garen dengan tatapan terkejut.

"Ja---jadi, ini maksudnya kita married, gitu?" Linglung Irene.

     "Iyaaaaa. Gue kan cowok bertanggung jawab"

"Nyenyenye" ledek Irene.

     "Heh, mulutnya" tegur Garen, yang dibalas cengiran oleh wanita itu.

"Kok Lo santai banget sih" ucap Irene yang masih agak aneh.

    "jadi gue harus gimana" tanya balik Garen.

"Ishhh, maksud gue tuh. Gimana Lo dengan si mak lampir itu." Ketus Irene memalingkan wajahnya.

    "Ya gak gimana-gimana" balas Garen dengan santai.

"Gue gak mau nikah sama Lo." Ucap Irene lalu berlari ke kamar mandi.

Garen mengejar wanita itu, tetapi pintu kamar mandi sudah dikunci oleh Irene.

Beberapa saat kemudian, Irene keluar dengan mengenakan jubah mandi.

    "Rene." Garen menahan pergelangan tangan wanita itu.

"Lepas."

    "Lo kenapa sih, bukannya ini yang Lo mau. Biar Lo bisa jadi istri gue." Celetuk Garen

PLAKKK ....

Nafasnya memburu dengan air mata yang sudah mengalir. "gue emang cinta sama Lo, gue pengen milikin Lo. Tapi gue gak mau dan gak pernah terpikir untuk lakuin ini. Ini bukan hal yang gue ingini Ren. Gue cuma pengen berjuang buat cinta pertama gue. Kalaupun nantinya Lo bener-bener suruh gue buat pergi, gue bakal pergi. Gue cuma pengen tau dan rasain gimana yang namanya perjuangin cinta."

"Kalau Lo mau nikahin gue, gue mau kasih Lo pilihan. Melepaskan dan merelakan atau menerima"

Hening .......

" Kalau Lo milih buat menerima, itu artinya gue setuju buat nikah sama Lo, tapi kalau Lo milih lepasin dan relain itu artinya Lo harus siap buat putusin semua hubungan Lo sama Tamara."

    "Lo egois" ucap Garen menatap Irene.

"Gue gak mau nodain pernikahan sakral. Kalau Lo mau nikahin gue karena kejadian ini, mending gak usah. Gue gak mau pernikahan kita terpaksa. Pernikahan itu bukan permainan Ren. Kita berdua harus siap. Lo siap untuk memberi jawaban, dan gue pun harus siap untuk menerima jawabannya. Kalaupun nantinya Lo tetap milih Tamara, dan gue hamil. Gue akan pergi, tapi Lo gak boleh lupain tanggung jawab buat nafkahin anak Lo." Jelas Irene panjang lebar.

    "Lo terlalu banyak mengada-ada." Ucap pria itu.

"Bukan mengada-ada Ren, gue hanya melihat waktu dalam jangka panjang. Itu juga harus dipikirkan. Bagaimana masa depan kita berdua kedepannya." Ucap Irene.

I'M OKAY [short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang