I'M OKAY || PART 3

7 2 0
                                    

PLAKKK

     "BANGSAT, LO APA-APAAN SIH" Geram Delon.

    "Irene, mana gue liat pipi Lo" Delon mengusap lembut pipi Irene yang memerah karena bekas tamparan.

     "Heh, Lo bayar berapa sama Delon, sampai-sampai dia nunduk gitu sama Lo" Garen menatap remeh Irene.

"Apa lagi kesalahan gue sampai buat Lo marah" Irene menatap lembut pada Garen.

Hal itu membuat Delon memalingkan wajahnya, entah apa maksudnya.

     "Dasar cewek muna. Lo gak usah pura-pura. Lo kan yang udah bully Tamara" geram Garen.

     "Wow, akhirnya tuh cewek main drama lagi ya. Hebat.. hebat. Dibayar berapa Lo sama si Tamara itu" balas Delon dengan tersenyum miring.

     "Lo gausah mancing keributan antara kita De" ucap Garen menatap Delon, lalu kembali menatap Irene.

     "Lo yang mancing keributan. Lo sentuh Irene, gue yang akan balas. Gak peduli kalau Lo ketua gue" sinis Delon lalu menggendong Irene ala bridal style.

🔥🔥🔥

     "Sshhhh" ringis Delon saat mengobati Irene.


"Ngapain Lo meringis gitu, kan yang luka itu gue. Bukan Lo " celetuk Irene.

     "Gakpapa. kalau Garen berbuat kasar lagi, bilang sama gue" Delon menatap Irene dengan serius.

"Kalau gue bilang sama Lo, Lo bakal ngelakuin apa ke Garen" Irene mengalihkan tatapannya pada Delon.

     "Gue akan beri dia pelajaran yang gak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya" tegas Delon.

"Biar gue ingetin. Dia itu sahabat Lo, bahkan dia ketua Lo" ucap Irene.

     "Walaupun dia sahabat gue, bukan berarti gue akan diam kalau dia nyakitin Lo" ucapnya masih dengan tegas.

"Kalau gitu gue gak akan bilang apa-apa sama Lo" sarkas Irene.

     "Dia gak bisa berbuat seenaknya gitu. Hari ini Lo dituduh udah bully ceweknya Garen. Padahal jelas-jelas hari ini Lo terlambat dan dihukum bareng gue" Geram Delon.

"Udah dong, ngomel mulu deh"

🔥🔥🔥

"Sayang, udah ya. Jangan nangis lagi" Garen masih menenangkan Tamara yang saat ini dalam dekapannya.

     "Aku gak ngerti lagi sama Irene.hiks.... Aku selalu mencoba baik sama dia, pengen temenan sama dia. Tapi kenapa jadi gini. Aku punya salah apa sama Irene hiks..."
     "Apa karena aku yang statusnya pacar kamu. Aku tahu Irene suka sama kamu. Kalau gitu jadinya, lebih baik kita putus hiks..." Ucap Irene sesengukan.

"Tamara, jangan ngomong gitu. Kita gak akan putus. Kamu gak usah deket-deket sama si Irene itu. Lagian masih banyak kok yang mau temenan sama kamu. Udah ya" ucap Garen.

     "Kamu jangan gitu sama Irene, kasian tau" Tamara memonyongkan bibirnya.

"Iya, iya. Enggak kok" Garen terkekeh dan mengacak gemas rambut gadis yang berstatus pacarnya.

🔥🔥🔥

"Kapan gue bisa ada diposisi itu. Apa kurangnya gue. Gue selalu mencoba membuat Lo nyaman sama gue, tapi kenapa yang gue dapat hanya hinaan dari Lo" ucap Irene dengan sendu, menatap sepasang kekasih yang tengah berbahagia.

     "Sekeras apapun Lo mencoba, kalau dia bukan takdir Lo. Dia gak bakal pernah lirik Lo. Tapi kalau memang dia yang Tuhan tempatkan dalam garis takdir Lo, sekeras apapun dunia mencoba memisahkan pasti akan kembali pada kehendak Tuhan" nasihat Delon.
    
"

Dan gue berdoa, semoga Garen adalah orang yang Tuhan takdirkan buat gue" Ucap Irene lalu pergi dari sana.

     "Lo terlalu sibuk ngejar dia, sampai-sampai Lo gak sempet noleh ke arah yang lain" gumam Delon menatap Irene yang semakin menjauh dari pandangannya.

🔥🔥🔥

Kasian ya, jadi sadgirl

   Salah sendiri sihh, udah tau Garen punya cewek. Masih aja ngejar.

Tau tuhh, kerjanya jadi tukang bully doang.

  Emang gak ada kapok-kapoknya tuh cewek.

Ehh, jangan gitu. Nanti dia denger.

   Biarin, bagus dong kalau dia dengar.

Udah, gue diam aja. Cari aman, yang ada ntar gue dibanting sama Irene.

Sepanjang koridor, Irene dipandang sinis oleh siswa-siswi.

'Ini semua gara-gara si Tamara. Kapan coba, gue bully dia. Emang ngadi-ngadi tuh anak. Awas aja Lo, gue kerjain ntar'. Batin Irene jengkel.

"Bagus yaaa...., fitnah aja terosss. Emang Lo itu taunya cuma cari gara-gara" ucap Irene sambil bersandar ke dinding, saat melihat Tamara.

     "Irene, kamu kok ngomong gitu sih" ucap Tamara lembut.

"Gak usah munafik jadi cewek" sarkas Irene.

     "Ulah apa lagi yang Lo buat" ucap suara bariton itu.

To be Continued

I'M OKAY [short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang