Part 7

18.9K 355 4
                                    

Heii hari ini update langsung 3 part ya soalnya mau off beberapa waktu. Hmm sibuk nih makanya aku apdate biar cepet kelar deh..

Mau lanjut cerita baru sih ni "Gay Jatuh Cinta" hehe bocorin sinopsisnya ya, ada dua laki2 tampan ingin kos di sebuah kos2n untuk cewe. Mereka terpaksa pura - pura menjadi seorang Gay tapi akhirnya mereka jatuh cinta sama keponakan pemilik kos2an itu. Lalu gimana endingnya?? Tunggu yaa.. Coming soon...

Ini dulu di selesein ya hehe

**
Aku dan Vino sudah sampai di Kalimantan, kami langsung pergi ke hotel yang di tunjukkan oleh Pak Dani. Setelah berberes kami segera menuju lokasi jembatan gantung itu.

Sepanjang perjalanan kami hanya saling diam. Bukan! Lebih tepatnya aku yang tidak mau mengobrol dengan Vino. Vino beberapa kali melirik ke arahku namun aku berusaha bersikap cuek dengan pura - pura tidur. Lebih aman. Karna jujur saja, saat dekat dengan Vino aku merasakan Jantungku berdetak kencang. Aku harus menghela napas berkali - kali untuk menenangkan debaran jantungku.

Sampai kami telah tiba di Bukit Bangkirai. Bukit ini sebenarnya adalah sebuah hutan. Aku dan Vino di sambut oleh Pak Dadang sebagai guide kami.

"Halo, pasti Lala dan Vino ya?" sapa Pak Dadang dengan ramah

"Iya Pak.. Kami diminta Pak Dani untuk mengambil beberapa gambar di Jembatan gantung Bukit ini" ujarku panjang lebar

"Iya saya sudah diberi tahu oleh Pak Dani. Mari ikut saya"

Aku dan Vino mengikuti Pak Dadang masuk ke dalam hutan.

"Pak Vino dan Bu Lala sedang bertengkar ya?" tanya Pak Dadang

Aku nampak keheranan dan aku melihat Vino menggaruk garukan kepalanya yang tidak gatal

"Pak Vino harys mengerti perempuan, kalau Bu Lalanya ngambek kudu di bujukin Pak. Namanya juga pacaran ya pasti sempet aja bertengkar"

"Ha? Tapi Pak saya dan Vino..."

"Gak apa - apa toh Bu Lala, gak usa malu. Mengalami Cinlok di area tempat kerja sudah biasa. Saya sama istri saya juga korban Cinlok. Dan kami awet sampai sekarang loh"

"Pak Dadang bisa aja deh, iya nih Pak si Lala ngambek terus. Saya sampai heran dia selalu menghindari saya"

"Vin ngomomg apa siih??"

"Hehe.. Sudah sudah jangan bertengkar lagi sebentar lagi kita sampai di Jembatan gantungnya"

"Ya pak, saya sedang menyiapkan kameranya"

Dan benar saja kami sudah tiba di jembatan gantung itu. Aku merasa takjub karena jembatan gantung itu panjang dan tinggi. Tingginya sekitar 30 meter dari atas tanah. Dari atas jembatan dapat terlihat hamparan hutan yang luas. Aku menoleh ke arah Vino dan aku melihatnya nampak Pucat.

"Ayo Vin.." ajakku

"Aku .. Aku.."

Astaga!! Aku lupa, Vino kan phobia ketinggian. Huh. Baiklah untuk urusan ini aku mengalah dulu. Ini kan urusan pekerjaan harus profesional donk

Aku mengulurkan tangan dan mengenggam tangannya. Tangannya begitu dingin dan berkeringat. Aku menuntutnnya perlahan melewati jembatan hingga kami tiba di ujung jembatan.

"Tuh kan, kalau sudah baikan kalian terlihat serasi" oceh Pak Dadang

Iishh.. Apaan coba! Aku menoleh ke arah Vino dia nampak pucat dan mengeluarkan keringat dingin. Dia memegang tangan dan pundakku sangat erat. Aku jadi kasihan dan tiba - tiba saja dia

"Uweeekk... Uweeekk" Vino muntah.

"Astaga! Vin kamu baik- baik aja?" Yaelah Lala, uda liat si Vino muntah ya berarti ga baik - baik aja donk

CINLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang