4. Strangers

16 2 0
                                    

"kita adalah orang asing yang saling menyayangi."

🌆🌆🌆

Dibelakang gedung kampus yang sepi. Terdengar suara gaduh yang memekakkan telinga. Pukulan dan tendangan saling bergantian menghancurkan tubuh seorang pria  yang meringkuk dibawah. Suara tawa yang menggema bagaikan nyanyian kematian bagi pria tersebut.

Sekuat tenaga Mark mencoba melindungi bagian vital tubuhnya dengan kedua tangannya namun tendangan yang ia terima begitu kuat hingga membuat dia hampir menyerah. Nafasnya mulai tersengal-sengal karena tendangan yang mengenai bagian dadanya.

Bukan Mark tidak ingin melawan namun memang tidak bisa. Didunia ini, manusia hidup dengan kekuatan, siapa yang kuat dia yang akan bertahan. Salahnya  Mark terlahir tanpa kekuatan, dia adalah manusia lemah yang akan selalu diinjak oleh mereka yang kuat.

Tiga pria yang mengkroyok Mark nampak begitu bahagia melihat hasil karya mereka ditubuh Mark, dengan darah menjadi catnya. Mereka kembali tertawa  melihat wajah Mark yang penuh memar dan luka.

"Kemana keberanianmu tadi, lemah," ujar milo dengan keras. Milo berdiri dengan salah satu kaki ia tumpukan pada tubuh  Mark yang sudah tak bergerak dan lemah.

"Bianca tidak akan pernah melirikmu. Tetaplah dibawah dan jangan coba merangkak keatas," ucap milo setelah menendang tubuh Mark sekali lagi yang membuat tubuh Mark tersentak. Milo menepuk nepuk pakaiannya, membersihkan debu yang menempal karena memukuli Mark.

Dengan isyarat tangan, Milo berjalan pergi bersama kedua temannya meninggalkan Mark yang terkapar sekarat dengan luka lebar diseluruh tubuhnya

Mendengar suara langkah kaki yang menjauh darinya barulah Mark merubah posisi tubuhnya. Mark menatap sendu langit diatasnya yang bersinar cerah tidak sepertinya.

Pikiran Mark jauh kedepan, membayangkan bagaimana ia melewati hari harinya esok yang pasti akan penuh dengan gangguan Milo.

Suara langkah kaki kembali mendekati tubuh Mark yang terkapar tidak berdaya. Mark mendengar suara langkah itu tapi ia mengabaikannya bahkan jika Milo kembali dan langsung ingin membunuhnya ia tak akan melawan.

Sebuah siluet hitam menutup pandangan Mark, sinar matahari yang tadi ia lihat terhalang oleh siluet itu. Tanpa Mark sadari ia tersenyum menatap mata yang tepat berada diatasnya.

Wajah datar tanpa ekspresi, bola mata hitam pekat, rambut panjang lurus yang jatuh mengenai wajah Mark. Mark suka posisi ini, ia bisa melihat lebih jelas wajah Bianca  yang datar tanpa ekspresi.

"Ada apa?" tanya Mark karena Bianca yang diam tak bersuara, hanya menatap Mark seperti yang Mark juga  lakukan.

"Ternyata kau masih hidup," ucap Bianca datar yang berada diatas kepala Mark.

"Apa kau mau aku mati?" Tanya Mark dengan polosnya.

Bianca menatap sinis kearah mark, "Mengapa bertanya padaku. Itu urusanmu."

"Baiklah dan tolong jangan berdiri seperti itu. Aku dapat melihatnya," ucap Mark yang kemudian menutup matanya dan mengalihkan wajahnya agar tidak melihat hal yang tidak pantas

Wajah bianca kembali datar karena mengerti maksud ucapan Mark barusan. Bianca langsung menendang tubuh Mark, "Brengsek."

"Argh...mengapa kau menendang bagian itu. Lagian itu bukan salah ku," keluh Mark memegang bagian tubuhnya yang kembali berdenyut karena ulah Bianca.

"Terus itu salahku, hah?" Ketus Bianca.

"Tentu saja. Kau yang datang dengan posisi seperti itu."

"Sialan," ucap Bianca menendang kembali tubuh Mark dan berjalan meninggalkan Mark sendiri.

Wanderlust Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang