1

1.3K 168 50
                                    

AKU Suzy, bayi imut yang lahir di sore hari. Dan bayi kecil dengan kulit tidak lebih cerah dariku disebelahku itu adalah Myungsoo. Benar, kami berdua lahir pada hari yang sama. Ayah kami adalah sahabat jauh sebelum kata BFF ada, itulah mengapa aku dan Myungsoo bisa lahir di rumah sakit yang sama. Kami berdua juga tinggal di lingkungan perumahan yang sama, rumah kami bersebrangan. Keluarga Myungsoo dan keluargaku sering menghabiskan akhir pekan bersama, merayakan natal bersama, dan juga merayakan halloween bersama.

Aku ingat kado natal pertama yang kudapat dari Ayahku adalah buku cerita, sementara Myungsoo adalah sepeda. Aku jelas iri, karena itu aku menangis di depan mereka dan Myungsoo mengajakku bertukar kado. Aku menyetujuinya meskipun aku tidak bisa naik sepeda. Keesokan harinya aku jatuh dan sepeda milik Myungsoo rusak, kakiku terkilir sehingga aku harus memakai gips. Kupikir Myungsoo akan marah kepadaku, tapi dia malah datang dan membawakan es krim kesukaanku. Lalu kami mengobrol sampai aku lupa rasa sakitku.

Halloween pertama yang kurayakan bersama Myungsoo juga tak kalah serunya, Myungsoo memakai kostum dokter, sementara aku memakai kostum wonder woman. Myungsoo itu adalah definisi kaku yang sesungguhnya, aku benar-benar heran kenapa aku bisa betah berteman dengannya padahal kami memiliki kepribadian yang berbeda.

Dan rumah sakit pertama yang kudatangi adalah ketika mendengar berita kalau Ayahku masuk rumah sakit karena mobil yang ditumpanginya menabrak pembatas jalan. Lalu, pada hari ke-15 ayah pergi. Hari itu aku mengingat kalau itu adalah pertama kalinya aku menangis.

Lalu, hari setelahnya aku berjanji untuk tidak menangis lagi. Ibuku mengatakan kalau Ayah memberikan nama ini kepadaku karena dia ingin aku tumbuh menjadi gadis yang cantik dan kuat. Maka, aku akan melakukannya.

Karena kematian ayah, Ibu akhirnya belajar bisnis dan meneruskan bisnis ayah yang ditinggalkan. Tidak membutuhkan waktu lama untuk kami bangkit dari keterpurukan dan sekarang, ketika usiaku menginjak ke 18 tahun, bisnis ikan kaleng milik keluarga-ku sudah melampaui mancanegara. Menjadi wanita karir dan memiliki uang yang banyak membuat Ibu dan aku menjadi "jauh". Aku mengutip kata itu karena bukan jauh secara harfiah, oh tuhan, aku benar-benar tidak masalah.

Uang-uang yang dihasilkan ibu benar-benar bisa membuatku bahagia. Lagipula, keluarga Myungsoo—maksudku ayah dan ibunya—begitu menyayangiku dan menganggapku seperti anak kedua mereka. Setiap ada acara apapun aku pasti diundang, mereka juga merayakan ulang tahunku setiap tahun, sampai pada ulang tahun ke 15 aku tidak mau dirayakan lagi. Oh my god, perayaan ulang tahun adalah hal paling kekanakan yang pernah kulakukan. Meskipun pada ulang tahun ke-17 Ibu Myungsoo dan ibuku memaksa ingin merayakan dengan super mewah, sepertinya Ibu meminta agar aku mengundang seluruh teman satu sekolahku, tapi aku menolak dengan keras. Bagaimana bisa aku membiarkan para kutubuku ikut berpartisipasi dalam acara ulang tahunku coba? Dua wanita itu memang aneh.

Jadi, aku hanya mengundang beberapa teman yang masuk kualifikasi. Setidaknya, orang-orang yang datang juga harus berkelas. Aku tidak ingin pesta ulang tahunku rusak karena sikap kampungan mereka. Well, meskipun tidak ada orang yang 'kampungan' di sekolah SMA-ku. Namun setidaknya pendapatan orang tua mereka juga harus dipertimbangkan.

"Suzy, kau sudah siap?" aku menoleh, menatap Ibu dengan pakaian serba hitam yang melekat ditubuhnya. Rambut ibu disanggul rapi ke belakang.

Aku mengangguk. Kemudian megecek sekali lagi penampilanku di cermin. Sungguh cantik.

Semua orang selalu mengatakan kalau aku bertambah cantik dari hari ke hari, bahkan aku sudah dibicarakan sejak aku ikut Ayah ke perusahaan kami dulu. Meskipun sekarang aku sudah jarang ke sana karena malas saja. Err, tidak ada gunanya ke sana kalau aku hanya duduk-duduk mengamati gedung pencakar langit. Lebih baik aku mengganggu Myungsoo yang setiap minggu ada saja buku bacaan barunya.

Oh my god. Lihat siapa yang berdiri di ambang pintu?

Kunaikkan satu alis menatap laki-laki dengan kemeja hitamnya—dia kini sedang tersenyum super sopan kepada Ibuku. Yang sepertinya sudah dia anggap seperti ibunya juga karena aku juga menganggap ibunya seperti ibuku. Aduh, aku jadi pusing sendiri dengan kalimatku. Well, pokoknya itu intinya.

"Kau ikut?" tanyaku sambil melangkah ke dekatnya.

"Ibu yang mengajak." Ibuku menjawab.

Dasar anak kesayangan. Mungkin saja kelak yang akan mewarisi harta perusahaan keluargaku malah Myungsoo bukannya aku mengingat bagaimana ibuku lebih percaya pada Myungsoo daripada kepadaku.

Myungsoo nampak membenarkan sejumput rambutku—entahlah dia memang suka bermain-main dengan rambutku—sementara kepalaku maju mengendus aroma Myungsoo lalu tersenyum puas. "Anak baik." Kataku sedikit mendongak.

Myungsoo mengernyitkan dahi.

Aku melanjutkan. "Kau pakai parfum hadiahku? Wah, Aku jadi semangat memberikanmu kado lagi."

"Kau memberikanku kado dengan meminta imbalan." ujar Myungsoo datar.

"Tidak. Aku hanya meminta dibelikan sesuatu yang penting." Kataku membela diri. Oh my god, kenapa sahabatku ini sangat amat perhitungan. Tidak asyik!

"Sejak kapan membeli make up dan skincare menjadi sesuatu yang sangat penting?"

Nah ini dia, sahabatku ini tidak akan pernah bisa mengerti isi kepal perempuan. Mungkin karena itu juga makanya dia masih saja tidak punya pacar, padahal aku tahu kalau sebagian besar siswi di sekolah kami ingin menjadi kekasihnya. Oh my god, mereka tidak tahu saja laki-laki yang katanya dingin sedingin kulkas dua pintu ini sangat amat menyebalkan kalau bersamaku, dia begitu cerewet menyuruhku berganti pakaian ketika aku memakai rok pendek, mini dress, atau pakaian terbuka lainnya. Dia juga suka sekali mengelus kepalaku seperti aku adalah anak anjing kecil menggemaskan. Dia juga suka sekali menyuruhku makan disaat aku bilang kalau aku sedang diet. Tentu saja pengecualian tentang Myungsoo yang selalu mau saat kusuruh-suruh.

"Tentu saja supaya aku tambah cantik." Jawabku sambil mengibaskan rambut.

Myungsoo menatapku dengan pandangan—apa kau sedang bercanda?—nya. Kemudian menjawab sebelum akhirnya dia melangkah pergi keluar rumah menuju carport. "Kau terus terlihat sama. Tidak ada perubahan selain—" dia berhenti, aku yang mengikuti dibelakangnya juga ikut berhenti. Kemudian kuikuti arah pandang Myungsoo yang kini sedang... SIAL! Sebelum dia kembali menatap mataku dengan menahan seringaian. "sepertinya bagian itu juga tidak ada perubahan yang signifikan."

"YYA!" aku hendak memukul kepalanya tetapi dia lebih dulu berlari menjauhiku. Sialan Myungsoo ini. Aku benar-benar kesal sekarang!

Memangnya dadaku sekecil itu, heh!?

***

Ayo pada excited ga nicc?hehehe vote komen ya! Ini fresh bgt kok ga menyeh. Sejujurnya kangen nulis ala volcano erupt, tp yg receh dulu deh aku nulisnya😬 kemungkinan disini gaada pasangan fenomenal 2nd lead aka Soojung-Minhyuk. Ini mungkin bakal fokus ke Myungzy aja dan beberapa pemeran tambahan klo dibutuhkan😵‍💫

BLUE JEANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang