19

471 83 23
                                    

WAAAAAA SETAHUN GA TUH. MAAF YA TEMEN-TEMEN:(

-------

"EUNG..." aku merintih seraya mendongakkan kepalaku ke atas menatap langit-langit mobil Myungsoo sambil menikmati apa yang sedang dia lakukan pada dada kiriku. Desahan napas yang kucoba tahan agar tidak terlalu kencang itu sepertinya sulit kukendalikan. Persetan, aku yakin tidak akan ada orang yang lewat di jalan ini dengan jalan kaki selain beberapa kali suara mobil terdengar melintas.

Napasku kembali tertahan saat tangan Myungsoo yang bergerak mengelus pangkal pahaku dibalik rok midi hitam yang kupakai. Tangannya benar-benar lihai membuat kepalaku terasa pusing. Tubuhku terasa makin panas, kutarik rambut Myungsoo ke belakang hingga membuat laki-laki itu mendongak, kedua mata berselimut kabut hitam milik kami berdua bertemu, dengan napas yang masih terengah-engah aku bisa memastikan kalau apa yang saat ini sedang bergejolak di antara kami adalah sebuah manifestasi dari perasaan yang serupa. Napasku kembali memburu bersama dengan detak jantungku yang kian kencang. Ini gila.

"Bukankah lebih baik kita melanjutkannya di kamarku?" ujarku. Aku bahkan tidak percaya bahwa aku mengatakan hal ini kepada Myungsoo. Maksudku, bukannya harusnya aku stop sebelum ini berlanjut lebih jauh lagi?

Ini memang bukan yang pertama, kami memang pernah tidur bersama dan... dan kami baru melakukan itu sekali saja. Aku kan ingin ada kali kedua dan selanjutnya dan selanjutnya!

"Aku hari ini tidak bisa menginap."

"Kenapa?"

"Hayang tidak memberitahumu?" Myungsoo malah balik bertanya.

Seolah dia mengerti kalau kekasihnya ini sedang tidak paham atas apa yang dia katakan, Myungsoo kembali menerangkan kepadaku. Melepaskan skinship kami, lalu beralih mengusap puncak kepalaku. "Dia sedang membutuhkanmu hari ini karena katanya dia sedang sedih sampai sekarat."

Hayang memang over dosis kalau soal berlebihan. Aku memberucut. "Kenapa?"

Myungsoo mengedikkan bahu. "Kupikir dia sedang ada masalah."

"Bukan," Kugelengkan kepala. Lalu, kembali berkata. "maksudnya, kenapa dia malah menelponmu bukannya langsung menelponku?"

Aku serius ya, ini kan aneh sekali. Aku sudah katakan pada Hayang kalau Myungsoo tidak bisa didekati, dipegang-pegang, atau apapun yang biasa dia lakukan pada pria lain. Myungsoo harus steril. Tapi, sepertinya Hayang lupa pesan-pesanku itu.

Kulihat Myungsoo tersenyum, aku semakin memberucutkan bibir. "Kenapa kau malah tertawa?"

"Kadang aku tidak habis pikir, kenapa rasa cemburumu semakin tinggi seperti ini." Dengan sayang dan lembut Myungsoo menarikku mendekat lalu mengecup keningku hingga membuatku menjadi rileks.

Tuhkan, aku heran kenapa hal ini selalu terjadi. Aku saja tidak mengerti dengan diriku sendiri, padahal waktu dulu aku sama sekali tidak begini, aku tidak ketergantungan dan tidak merasa menjadi wanita yang gampangan. Tapi, sekarang? Jangan ditanya. Hadeuh.

***

"SUZZZZ, AKU MAU TERJUN SAJA KE SUNGAI HAN!" Hayang merengek, ingusnya meler dan aku yang melihatnya sudah merasa jijik sejak tadi. Namun, karena baru kali ini melihat Hayang seperti ini, aku tidak bisa protes. Mungkin itu bagiannya dalam proses menjadi manusia lebih baik lagi.

Kuberikan kotak tisu kepadanya, dan dia mengambil. Aku dalam hati menghela napas lega karena jujur sudah sejak tadi kusodorkan kotak tisu itu namun Hayang tidak juga mengambil. Aku bahkan sudah membuat rencana kalau dia masih tidak juga mau mengambil tisu dan mengelap ingusnya, aku akan melemparkan selimut menutupi kepalanya, tapi tunggu... aku langsung mengurungkan niat ketika ingat kalau harga selimutku itu mahal sekali. Ingus Hayang jelas tidak sepadan dengan selimutku itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLUE JEANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang