08 - Luntang

186 32 23
                                    

ryodyary's story

•••

Aku bukanlah perempuan sempurna. Aku hanyalah Athalia Odysée Athena. Mungkin sempurna hanya jatuh pada namaku. Tapi tentu tidak dengan siapa pemilik nama itu.

Hari-hariku amat kelabu. Hidupku selalu diselimuti awan hitam gelap yang tebal. Awan yang membawa hujan setelahnya.

Bukan awan putih bersih yang selama ini selalu aku nanti dengan banyak hembusan angin. Bukan. Itu bukan awan yang menjadi takdirku. Awan milikku gelap juga kelabu.

Nelangsa.

Begitulah aku setelah ditinggalkan semua orang yang aku sayangi. Mama dan Papa. Nelangsa hidup di dunia tanpa keduanya.

Tumpuan terbesarku.

Aku pernah mendengar ada bait lagu yang berbunyi seperti, "Beranilah dan percaya, semua ini akan berlalu. Meski tak mudah. Namun kau takkan sendiri. Ku ada di sini."

Lirik yang aku rasa memang untukku. Tapi sebelum ada Ethan Aryan aku tidak pernah memdambakan seseorang yang akan selalu ada untukku. Namun sejak kepergiaannya, aku jadi sadar seberapa berharganya dia.

Aku tidak tahu apa yang Aryan pikirkan hari itu. Setelah Shinta pergi dari rumah, Aryan langsung mengetuk pintu kamarku tiada henti. Sempat bingung dan aku tentu marah. Namun lelaki itu sama sekali tidak memilih untuk menyerah bahkan pergi dari rumahku. Padahal ucapan menusuk sudah aku layangkan dan aku berikan untuknya.

"Ody..."

"Odysée???"

"Bisa kita bicara dulu sebentar?"

Aryan terus saja berbicara di depan pintu kamarku. Sepertinya pria itu benar-benar enggan menyerah sebelum mendengarkan penjelasan apakah aku baik-baik saja atau tidak. Kejadian yang menimpa diriku kala itu sepertinya cukup membuat hati Aryan marah.

Entahlah. Itu hanya dugaanku.

Namun itu juga yang aku rasa setiap kali lirihan suaranya terdengar ketika mulai memanggil-manggil namaku dari sana.

Rasanya seperti perlakuan Shinta saat itu membuatku marah. Namun, jauh lebih membuat hati Aryan SANGAT marah.

"Saya minta kamu juga keluar dari sini!!!" teriakku dari dalam kamar dengan pintu yang sudah sengaja ku kunci dari dalam.

Aku menumpahkan segala amarahku di sana. Aku berteriak padanya. Aku juga memaki Aryan dengan suara lantang.

Suara lantang dari mulutku yang selama ini selalu saja berisi makian terhadapnya.

Mendengar hal itu bukannya langsung tahu diri dan pergi, Ethan Aryan malah semakin mengkhawatirkan kondisiku. Aryan masih tidak mau berhenti menggedor pintu untuk berusaha meyakinkanku agar aku segera membukakan pintu. Supaya ia bisa masuk ke dalam untuk memastikan keadaanku.

Aryan tentu tahu jika aku bukanlah wanita yang selamanya kuat. Ia tahu kalau hatiku juga menjerit kesakitan karena mendapat hal tidak mengenakan dari Shinta. Aryan seperti bisa langsung merasakannya. Ya. Merasakan hatiku terluka tiada terkira.

Memang...

Hinaan, cacian dan makian seakan sudah menjadi teman sejati ku jika Shinta sudah datang bertamu ke rumah. Seluruh bisnis milik keluarga besarku memang bergerak di bidang properti. Dan Papa mewariskan begitu banyak perusahaan sebelum wafat. Tidak hanya Papa, Mamaku juga begitu.

A Little Cup And Tea ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang