04 - Lumpuh

200 43 7
                                    

ryodyary's story

•••

"Saya nggak akan luruh dari keinginan saya semula," jelas Ary menunduk patuh pada Ody. "Keinginan untuk kerja sebagai perawat kamu, Athalia Odysée Athena." sambungnya diakhiri dengan senyum.

"Kak Widi, aku haus," ucap Ody. Sesaat setelah Ia mendengar seluruh celotehan panjang milik Ethan Aryan yang sedang mencoba meyakinkannya agar mau untuk menerima dia bekerja untuknya.

Saat itu, Aryan si perawat bertubuh tinggi masih diam mematung di tempat. Menatap wajah cantik Ody sendu. Seperti ada raut kasihan yang terpancar dari wajah Ary. Terlebih saat Ary memaksa untuk tetap menatap Ody dari atas sampai bawah.

Ary melihat dengan jelas kondisi kedua kaki Ody yang memang dapat membuat hati siapapun pilu tidak terkecuali dirinya.

"Sebentar. Biar Kak Widi ambil," balas Widi gesit. Namun sebelum melangkah untuk mengambil gelas dan air di kulkas, tiba-tiba saja tangan Widi ditahan oleh Ary. Ary memegang tangan Widi untuk menahan kepergiannya.

"Biar Ary aja, Kak," kata Ary menawarkan diri. Kemudian mulai mencari gelas dan menuangkan air dingin ke dalam sana. Lalu dengan cepat Ary memberikannya pada Ody. Wanita yang sedang kehausan itu.

Tentu Ody dari awal sampai akhir hanya memberi tatapan remeh tak sukanya pada Ary. Seolah, apa maksud Aryan?! Ody tak mengerti!

Padahal mungkin niat Ary baik. Tapi kalau dipandangan seorang Ody? Mungkin tidak selamanya begitu. Entah. Hanya Ody yang tahu.

Ody malah memberi ucapan kasarnya lagi pada Ary. Ody tidak suka jika pria itu malah seenaknya mengambil keputusan. Padahal Ary mendengar dengan jelas kalau yang Ody suruh adalah Widi, bukan dirinya. Ody hanya tak mengerti dengan jalan pikiran pria yang baru saja dikenalnya itu.

Namun bagi Ary, ini adalah sebuah kesempatan. Kesempatan emas untuk mengambil hati seorang Athalia Odysée Athena. Ya begitulah. Terkadang jalan pikiran dua insan manusia memang berbeda sekali. Tak terkecuali mereka.

"Apa-apaan kamu?!" sungut Ody keras.

Wanita itu juga sengaja tak mengambil gelas berisi air segar yang sudah Aryan siapkan untuknya tadi. "Enggak denger siapa yang saya suruh? Kamu siapa? Lancang!" omel Ody lagi dan lagi.

Semua diam. Kecuali Ary tentunya.

"Saya? Saya perawat baru kamu," jawab Ary santai. Padahal Widi dan Ghia sudah tegang bukan main. Aryan benar-benar tekad dan penuh percaya diri. Hahaha.

Entah petir jenis apa yang baru saja menyambar hati Ary. Yang jelas rasa semangat di hatinya semakin menggelora dan menggebu-gebu.

Ary tak ingin Ody menolaknya. Ary tak ingin Ody memilih orang lain selain dirinya. Ary tak ingin Ody melirik pria lain selain dirinya. Sejak hari itu, Aryan menjadi egois akan Ody. Entah karena apa.

Mungkin karena wajah cantik milik Ody yang baru saja Ary lihat hari ini? Tak ada yang tahu pasti. Saat itu, semua seakan masih menjadi sebuah misteri.

"Sejak kapan? Saya nggak merasa punya pegawai apalagi perawat kayak kamu!!!" balas Ody emosi. "Sok tau lagi! Kamu pikir saya pecinta air dingin?! Seenaknya aja!"

"Sejak tadi." sahut Ary tak mau kalah. Pria itu juga masih berdiri tegak menampilkan senyuman di wajahnya. Sementara Ody tampak tidak peduli. Lalu Ary kembali mengoceh, "Kamu turun ke bawah mau ketemu saya lagi 'kan? Kamu mau terima saya sebagai perawat baru kamu 'kan?"

"Percaya diri banget???" sungut Ody heran.

Widi dan Ghia langsung menahan tawanya. Karena sebuah serangan mematikan baru saja melayang.

A Little Cup And Tea ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang